Chapter 10. 💋💋💋

457 82 4
                                    

Dengan sisa-sisa tenaganya Donghan membopong badan Taedong yang sudah terkulai lemas. Donghan lalu berhasil membaringkan Taedong di atas kasurnya.

Rambut Donghan acak-acakan, ujung kemejanya sudah terlihat kusut dan lengan kemejanya juga sudah terlipat.

Donghan lalu menyeka keringa, air mata dan ingusnya yang seakan berlomba-lomba untuk membasahi wajah tampannya.

Donghan merogoh saku celananya, meraih benda berbentuk persegi panjang kemudian menekan beberapa angka.

"Hallo, dokter Daniel? Bisa tolong datang ke apartemen XXX lantai 25 kamar nomor 252? Aku benar-benar butuh pertolonganmu ini darurat"

Donghan bernafas lega ketika mendapat jawaban yang diinginkannya.

Ia lalu duduk di tepi Rajang Taedong, wajah Taedong masih terlihat sangat pucat, bulir-bulir keringat muncul dari keningnya dan mengalir hingga ke lehernya

Ragu-ragu Donghan meraih beberapa lembar tissue kemudian mulai menyeka keringat Taedong. Saat tangan Donghan tidak sengaja bersentuhan dengan kulit wajah Taedong, terasa suhu tubuh Taedong yang lumayan panas. Pantas saja ia berkeringat.

Pandangan Donghan beralih pada T-shirt yang digunakan Taedong, bagian leher hingga dadanya terlihat basah oleh keringat. Pasti tidak nyaman.

Donghan kemudian beranjak untuk mencari baju ganti untuk Taedong. Donghan mencari-cari dimana letak lemari Taedong namun tidak ketemu, sampai akhirnya ia menemukan sebuah pintu yang tersembunyi di balik tembok.

Donghan menatap kagum, ternyata Taedong mempunyai sebuah ruangan khusus untuk menyimpan semua pakaian dan aksesorisnya. Ratusan baju, kemeja dan jas tergantung di ruangan tersebut. Donghan berjalan menyusuri ruangan tersebut sambil melihat-lihat barang pribadi milik Taedong, ia bahkan lupa tujuan utamanya kemari.

Donghan menarik sebuah laci yang menampilkan puluhan koleksi dasi milik Taedong. Belum puas, Donghan menarik laci yang ada di bawahnya lagi. Donghan tersenyum, nampak deretan beberapa underwear milik Taedong yang disusun rapi disesuaikan dengan warnanya.

Donghan kemudian beranjak, ia terpaku menatap etalase kaca berbentuk balok. yang terlihat sangat mewah

Ada beberapa koleksi jam tangan milik Taedong yang disimpan disana, kebanyakan merupakan jam dengan merk terkenal yang sudah pasti harganya selangit. Donghan kemudian terbelalak melihat sebuah jam berwarna silver yang dipajang disebuah kotak kaca yang lain.

Donghan mengingat jam tangan itu, jam tangan pemberiannya saat Taedong berulang tahun. Taedong bahkan berjanji akan menggunakan jam tangan itu seumur hidupnya.

Donghan tersenyum kecut.

Donghan kembali berjalan, matanya tidak berhenti menyelidiki setiap jengkal tempat ini secara detail.

Donghan lalu menemukan sebuah kotak berukuran sedang yang bertuliskan "A Day to Remember".

Donghan mengocok-ngocok kotak tersebut dan semakin penasaran.

Bolehkah ia mengintip sedikit isinya? Toh ia hanya melihat sebentar.

Donghan duduk di sebuah sofa kemudian perlahan membuka kotak tersebut, namun wajahnya agak sedikit kecewa melihat isi di dalam kotak.

Hanya ada bouquet bunga mawar yang sudah mengering dan sebuah kotak lain yang ukurannya lebih kecil.

Donghan melirik kanan kiri depan belakang, seakan takut jika aksi intip-mengintipnya ketahuan.

Donghan kemudian membuka isi kotak kecil itu perlahan.

Sudah kepalang tanggung, sekalian saja ia intip semuanya.

Last Love - TaeDonghanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang