Chapter 12. Terungkap

441 74 2
                                    

Taedong memeluk perutnya yang mulai meronta, ini sudah lewat 2 jam sejak Donghan pergi dari apartemennya. Yoojung pun tak kunjung datang. Tentu saja gadis itu tidak akan datang. Karena Taedong tidak benar-benar menelpon gadis itu. Ia hanya terlampau emosi kepada Donghan dan berpura-pura menelepon Yoojung agar Donghan segera meninggalkannya.

Taedong menyesali keputusan bodohnya untuk membuang bubur buatan Donghan.

Taedong membuka isi kulkasnya namun hanya ada kimchi dan beberapa kaleng beer disana, bahkan ramyeon pun tidak ada.

Taedong lalu mengambil ponselnya dan memutuskan untuk delivery makanan. Namun nasib sial kembali mengikutinya, ternyata kuotanya habis.

Taedong tidak tahan lagi, dia berteriak dan mengacak-ngacak rambutnya sendiri saking frustasinya.

Saat ini ia terlalu lemas untuk keluar mencari makan, namun mau dikatakan apa lagi? ia memang benar-benar tidak punya pilihan lain
.
.
.
.
Taedong mencium aroma daging yang sangat sedap yang berasal dari apartemen di seberang kamarnya, sepertinya Donghan sedang memasak.
Hidungnya terlena dan tanpa sadar kakinya melangkah menuju ke pintu apartemen Donghan.

Donghan yang sedang makan malam kaget karena ada yang memencet bel apartemennya.

Dengan mulut yang masih penuh Donghan menghampiri pintu apartemennya dan mendapati Taedong sedang berdiri disana.

"Ada apa?"
Donghan masih sedikit jengkel karena perlakuan Taedong tadi.

"Aku belum berterimakasih padamu karena telah membantuku. Jadi untuk membalasnya, aku akan menemanimu makan malam. Aku tau kau kesepian maka dari itu aku kesini"

Good idea Taedong.

Taedong langsung masuk ke dapur Donghan dan duduk di salah satu kursi meja makan

Di atas meja makan sudah terhidang berbagai jenis makanan seperti japchae, bulgogi, telur gulung dan jjigae. Benar-benar surga bagi perut lapar Taedong

"Apa-apaan dia?"

Donghan masih terdiam di pintunya dan hanya melihat saja Taedong yang kini sudah mulai mengisi piringnya dengan makanan.

Taedong mulai melahap satu persatu makanannya dengan khusyuk, ia tidak memperdulikan Donghan yang kini duduk di depannya sambil terus memantau.

"Kalo laper bilang aja, gausah banyak alasan"

Kalimat Donghan tadi sukses membuat Taedong terbatuk karena tersedak telur gulung.

Donghan lalu menuangkan segelas air untuk Taedong yang buru-buru diminum untuk membantu si telur meluncur dengan sempurna dari tenggorokan Taedong.

"Pelan-pelan dong makannya kak." ucap Donghan sambil mengurut-urut punggung Taedong.

Taedong hanya mengangguk, wajahnya merah padam. Bukan karena habis tersedak, tapi karena tangan Donghan yang masih mengelus-elus lembut punggungnya.

"Udah han, makasi" ucap Taedong agar Donghan segera mengakhiri aksinya.

Jika tidak segera diakhiri, hnggghhhhh

ntahlah Taedong tidak tahu lagi apa yang akan terjadi padanya dan Donghan.

Bisa-bisa hal yang sama seperti saat di ruang pakaian akan terjadi lagi.

Membayangkannya saja sudah membuat tubuh Taedong meremang.

Setelah selesai makan mereka berdua hanya diam dalam posisi masih duduk saling berhadapan.

"Han"
Taedong akhirnya buka suara dan menatap mata Donghan

"Hmm?"
Donghan tidak mau kalah dan balas menatap mata Taedong.

Terjadilah aksi saling tatap menatap diantara kedua orang ini.

Duh Tuhan... Donghan makin manis aja... bikin gerrrrrrrr –KTD

Tatapanmu mengalihkan duniaku kak –KDH

"Lo kemana aja selama ini?"
Takut-takut Taedong akhirnya menanyakan pertanyaan yang selama ini berakar di kepalanya

"Gue ada kok" jawab Donghan seadanya

"Lo tau gak gue nyariin lo kemana-mana kayak orang gila?"

"Gue tahu" jawab Donghan pahit

"Lo tahu? Dan Lo gak berusaha hubungin gue dan kasih tahu kabar lo? Tega ya lo"

"Bukannya gitu kak. Gue ngelakuin ini semua demi kebaikan lo"

Mulai panas sepertinya

"Demi gue? Enggak gue gak percaya. Lo lakuin ini semua buat kebaikan diri lo sendiri. Buktinya lo sekarang punya pacar lagi kan? Secepat itu lo lupain gue? Ternyata perasaan lo buat gue gak sedalam yang gue kira"

Mendengar kata-kata Taedong yang menyudutkan dirinya membuat Donghan menjadi terpancing emosi.

"Terus emang perasaan lo ke gue sedalem apa? Hah? Gue tau waktu itu hati lo bukan cuma buat gue kak. Gue tau lo cintanya sama Yoojung dan gue hanya bayang-bayang yang dengan tidak tahu dirinya hadir dalam hubungan kalian. Gue gak pernah ada di hati lo dulu dan bahkan sekarang. Jadi stop bertindak selayaknya elo yang jadi korban disini."

"Siapa bilang gue cintanya sama Yoojung? Gue cintanya sama elo. Gue tulus sama lo. Gak kayak lo yang cintanya cuma di bibir doang.... tapi akhirnya lo malah mutusin gue"

"Gue mutusin elo karena gue tau, cepat atau lambat karena ulah Yoojung elo bakal mutusin gue kan?"

Taedong mulai mengerti situasinya. Alasan Donghan mutusin dia adalah karena salah paham

"Enggak. Siapa bilang?"

Donghan membulatkan matanya menatap Taedong seolah meminta penjelasan atas ucapan Taedong tadi.

"Siapa bilang gue bakal mutusin elo? Malam disaat elo mutusin gue sebenarnya..."

Taedong menarik nafasnya dalam.

Akhirnya ia mendapat kesempatan untuk meluruskan semua kesalahpahaman yang sudah berlangsung sejak sangat lama ini

"...sebenarnya gue mau ngelamar elo."

"Ngelamar? Bercanda lo gak lucu kak. Gue tahu lo gak akan berani. sumpah ini gak lucu"

"Gue emang gak lagi nge lucu. Kalo lo masih gak percaya, bunga mawar kering dan cincin yang lo lihat di kamar gue tadi itu buktinya, bunga itu sebenarnya mau gue kasih ke lo malam itu dan Cincin itu juga yang mau gue kasih ke elo sebagai pengikat cinta kita dan tanda bahwa gue serius sama lo."

Donghan menutup mulutnya yang menganga dengan telapak tangannya. Ia benar-benar shock mendengar jawaban Taedong tadi. Jadi hari yang selalu dikenang Donghan sebagai hari yang paling menyedihkan sebenarnya akan menjadi hari yang sangat membahagiakan jika saja malam itu Donghan tidak buru-buru mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungannya dengan Taedong

"Maafin aku kak..." suara Donghan bergetar, bulir-bulir air mata muncul dari kedua sudut matanya dan sedetik kemudian terdengar suara isak tangis.

Taedong bangkit dari kursinya dan menghampiri Donghan yang sedang menutupi wajahnya.

"Gue beneran cinta sama lo tulus dari dulu..."

"...dan sampai saat ini Kim Donghan"

Taedong lalu memeluk Donghan dan Donghan juga membalas memeluk Taedong dengan erat dan menangis di pelukan Taedong

"Maafin gue kak... Seandainya gue tahu lebih awal... gue pasti... hhh... Maafin gue. Gue juga cinta sama lo kak"

Taedong hanya bisa mengelus-elus kepala Donghan dengan lembut. Ia juga merasakan perih di hatinya, namun setidaknya ia sekarang lega karena Donghan sudah tidak salah paham lagi padanya.

15 menit sudah berlalu dan tangis Donghan pun berangsur reda. Taedong masih setia memeluk Donghan di dalam dekapannya.

"Udah nangisnya?" Taedong mengelap sisa-sisa air mata di pipi Donghan dengan ibu jarinya. Dengan lucunya Donghan mengangguk.

Taedong menakup kedua sisi wajah Donghan dan menatap manik hitam Donghan dalam
"Jangan sedih lagi ya. Mulai sekarang lo harus hidup bahagia. Hum?"

Lagi-lagi Donghan hanya mengangguk lucu yang membuat Taedong semakin gemas

Taedong memencet kedua pipi Donghan membuat bibir Donghan mempout lucu, lalu Taedong mengecup lembut bibir Donghan dan membuat mata Donghan membulat sempurna.





"Jangan pergi lagi" ucap Taedong mengakhiri kecupan singkatnya

Last Love - TaeDonghanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang