Chapter 9

428 8 4
                                    

setelah vakum cukup lama, aaah akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan novel ini. Chapter 9 dari cerita Janvier dan Alvinia, happy reading! : - )

                                                                                        ***

Alvinia berjengit ketika telepon genggamnya tiba-tiba berbunyi. Janvier.

Dengan segera, ia menjawab panggilan itu dan memasangnya ke mode pengeras suara. Rasanya letih sekali.

“Hey, lagi sibuk?” Suara Janvier terdengar parau. Sudah pukul setengah dua pagi. Orang macam apa yang sibuk dini hari seperti ini?

Alvinia tertawa kecil. “ngga, kenapa?”

“hmm.. nggak, gue insom aja. Lo kok belom tidur?” suara Janvier terdengar lebih santai sekarang.

“gimana mau tidur kalau kamu telepon?” canda Alvinia. Ia kemudian meletakkan telepon genggamnya dan novel yang baru selesai ia baca diatas meja nakas, lalu bergegas merebahkan diri diatas kasur.

“eeh sorry kalo ganggu, yaudah gue tutup telfonnya..” ujar Janvier dengan tergesa.

“eh ngga usah, aku juga belom ngantuk kok, tadi Cuma bercanda..” jawab Alvinia sedikit berbohong. Belum ngantuk darimana? Barusaja dirinya menguap lebar sekali. Dan badannya juga terasa lelah setelah berjam-jam membaca dalam posisi yang sama.

“ehm.. yaudah.. lagi apa?” Janvier merasa ketegangan mulai terasa diantara mereka. Alvinia tertawa.

“kamu kenal aku berapa tahun sih.. formal banget nanya nya.. lagi tiduran, kamu?” jawab alvinia sembari memejamkan matanya.

Terdengar tawa kecil Janvier di speaker telepon genggam Alvinia. “ Lagi tiduran juga. Bosen nih ngga ada kerjaan, gue belum ngantuk lagi..”

Tidak ada jawaban.

“vee? Halo?” Suara Janvier kembali terdengar. Kemudian Janvier tertawa kecil. Alvinia pasti ketiduran.

“okedeh.. yang udah tiduur, selamat tidur vee, nice dream..” ujarnya kemudian.

Tapi telepon tak kunjung ditutup.

“aku..” suara Janvier kembali terdengar.

“aku sayang kamu vee. Goodnight..”

Klik. Tut tut tut..

Dan telepon pun akhirnya mati.

***

Nia, kakak Alvinia, hendak menuruni tangga untuk mengambil segelas susu, ketika suara berat terdengar dari ruangan kamar adiknya.

Merasa penasaran, Nia mengurungkan niatnya sejenak dan mendekati pintu kamar Alvinia secara perlahan.

***

“vee? Halo?” suara itu terdengar jelas di telinga Nia sekarang. Pasti adiknya ini membiarkan panggilan itu terkuar dari pengeras suara di telepon genggamnya.

“okedeh.. yang udah tiduur, selamat tidur vee, nice dream..” suara berat itu terdengar lagi. Nia berdecak. Pasti Janvier. Dan kenapa Alvinia malah tertidur.. seharusnya adiknya itu mendengar betapa manis Janvier mengucapkan ‘selamat tidur’

Mengira bahwa telepon sudah ditutup, Nia melangkahkan kakinya menjauhi pintu kamar adiknya. Dalam hati berdecak kesal, masa alvinia ketiduran sih, payah sekali.

“aku..”mendadak suara Janvier kembali terdengar. Nia tersentak, kemudian terdiam di tempatnya. mendadak Ia merasa yakin bahwa Janvier akan mengatakan sesuatu.

“aku sayang kamu vee. Goodnight..”

***

Nia terdiam mendengarkan pengakuan Janvier, kepada adiknya yang tertidur, lewat telepon pagi buta seperti ini.

Nia tersenyum lembut. Ia sudah tahu Janvier memendam rasa kepada adik satu-satunya itu.

Hanya saja tidak mengira, kalau ia akan mendengarkan Janvier mengatakannya, live. Lewat telepon.

Padahal adiknya sendiri tidak mendengarnya. Sudah keburu terlelap dibuai mimpi.

Kemudian Nia menyadari sesuatu.

Janvier..mengatakan itu karena tahu Alvinia sudah tertidur. Jadi ini semacam rahasia?

Pasti karena status ‘Sahabat’ itu, gumamnya dalam hati.

Ingin rasanya ia mengatakan pengakuan Janvier itu kepada adiknya, sekarang juga.

Tapi kemudian ia memilih untuk diam, mengunci mulutnya. Menyimpan rahasia yang tidak sengaja ia dengar itu.

Bahwa diam-diam Janvier menyayangi adiknya sedalam itu.

***

Putih (Karena Kau Begitu Berarti)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang