Chapter 11

374 6 2
                                    

Dalam hitungan hari, Janvier akan mengetahui kelanjutan garis hidupnya. Entah dia akan diterima atau tidak di perguruan tinggi negeri yang sudah dipilihnya.

Sedangkan Alvinia sudah mulai mengemas barang-barang, bulan depan ia akan segera meninggalkan Jakarta, dan entah kapan akan pulang.

Dan hingga kini, belum ada salah satu dari mereka yang mau angkat bicara tentang perasaan yang mereka pendam sendirian.

***

Janvier tidak tidur semalaman. Gusar menunggu pengumuman yang bisa dilihat dalam hitungan jam, secara online. Perguruan tinggi ini adalah salah satu dari mimpi terbesarnya.

Janvier meletakkan pensil sketsanya, melepas earphone yang sedari tadi melekat di telinganya, dan menangkupkan tangannya di wajah. Sketsa design mobil yang ia buat tidak kunjung selesai. Begitu banyak hal berkecamuk dalam pikirannya.

Bagaimana kalau ia ternyata tidak diterima? Lantas apa yang harus ia lakukan?

Ia kemudian menghembuskan nafas dengan berat, kemudian teringat sesuatu. Alvinia.

Ah, tetapi mungkin sahabatnya itu sedang tertidur pulas. Sekarang pukul setengah empat pagi.

Janvier kemudian meletakkan kembali telepon genggamnya, mengurungkan niat untuk menghubungi Alvinia.

Dan kembali bergulat dengan pensil sketsa yang sudah tumpul, dan kertas gambar yang sedari tadi tidak kunjung Ia rampungkan. Kemudian kembali memasang earphone untuk mendengarkan lagu kesukaannya.

Kesukaan Alvinia juga.

Strawberry Swing, dari Coldplay.

***

Alvinia menghempaskan dirinya ke sofa kecil yang terletak di sudut kamarnya. Sudah pukul setengah empat pagi, tetapi kantuk tak juga datang mengusiknya.

Janvier akan mendapatkan pengumuman penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi itu hari ini, dan dirinya ikut kebagian resahnya.

Janvier sangat menginginkan untuk kuliah di universitas itu. Janvier juga sudah berusaha keras, belajar mati-matian hingga larut. Yah, beberapa kali Alvinia menemaninya belajar, meskipun seringkali justru Alvinia yang tertidur lebih dahulu.

Alvinia sangat berharap sahabatnya itu diterima.

Kemudian ia teringat sesuatu. Telepon genggamnya.

Ia kemudian bergegas mencari telepon genggamnya, berniat untuk menghubungi Janvier. Mungkin sekedar bercanda, atau yah apalah. Mungkin menanyakan perasaannya menjelang pengumuman, apakah ia deg degan ataukah optimis.

Alvinia kemudian menghembuskan nafas berat. Klise sekali obrolannya. Mungkin jatuhnya jadi terasa garing. Tidak seru. Dan yah, bagaimana kalau Janvier justru sedang tertidur lelap?

Alvinia kemudian mengurungkan niat untuk menelepon, dan kembali meletakkan telepon genggamnya diatas meja.

Kemudian ia meraih iPodnya, ingin menghilangkan kegusarannya, dan mendengarkan lagu kesukaannya.

Kesukaan Janvier juga.

Strawberry Swing, dari Coldplay.

Putih (Karena Kau Begitu Berarti)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang