Chapter 10

381 8 0
                                    

Alvinia mengerutkan keningnya ketika alarmnya berdering dengan kencang. Dengan perlahan ia membuka mata, mencari-cari dimana benda yang bersuara memekakkan telinga itu.

Alvinia bergegas terbangun sepenuhnya ketika jam di alarm menunjukkan pukul delapan pagi. Ia segera terduduk di kasurnya, kemudian mulai mencari-cari dimana telepon genggamnya berada. Ah, di atas meja nakas rupanya.

Ia membuka kode pengaman pada telepon genggamnya, kemudian terbelalak mendapati inbox nya berisi 12 pesan baru. Penasaran, siapa saja yang mengiriminya pesan-pesan tersebut, Alvinia kemudian membuka inboxnya. Dan melihat nama teman-temannya memenuhi inboxnya, alvinia menghela nafas lega. Setidaknya bukan pesan dari janvier yang tidak ia balas.

Tunggu. Janvier?

Detik berikutnya, Alvinia bergegas membuka aplikasi recent call yang ada pada telepon genggamnya. Lalu kembali menghempaskan diri diatas kasur, ketika melihat nama teratas yang berada dalam recent callsnya.

Janvier.

Urgh, pasti ketiduran lagi… batin alvinia, yang akhirnya mengerutkan kening sembari memejamkan mata, dan menutupi diri dengan selimut kesayangannya.

***

Semalaman tadi, Janvier tidak bisa tidur. Entah mengapa sesuatu seperti mengusik dirinya, mengusir kantuknya. Dan kini dia mendapati dirinya di sebuah kedai kopi yang buka 24jam. Matahari perlahan menghiasi langit Jakarta yang tadinya tampak kelam. Janvier mengerenyit menatap langit, lalu membetulkan letak kacamatanya.

Ia kemudian memilih untuk duduk di bagian luar café, dan menikmati segelas latte miliknya. Menatap kearah mentari yang mulai bersinar cerah.

Kejadian semalam terus berkecamuk di fikirannya.

Tiba tiba telepon genggam miliknya berbunyi dan seketika membuyarkan lamunannya. Nama kakak Alvinia muncul di layar telepon genggamnya.

Janvier mengerutkan kening, bingung. Untuk apa kak Nia menghubunginya sepagi ini? Ada sesuatukah dengan Alvinia?

Lekas, Janvier mengangkat panggilan tersebut.

“Halo?”

“hey, Jan. I need to tell you something.”

“kenapa kak?”

“I hear your conversation with Alvinia at 2am this morning.”

Dan mendadak Janvier merasa seluruh tubuhnya membeku.

***

“I hear your conversation with Alvinia at 2am this morning.”

Janvier terdiam cukup lama, kemudian kak Nia mulai berdeham.

“it’s okay. I won’t tell to anyone. And uh, I also hear when you tell Vee about your feeling.”

Janvier memejamkan mata. Kepalanya kini terasa pening dan mendadak ia merasa sangat sakit.

“it’s okay. I also won’t tell anyone about it. I won’t tell Alvinia.” Kak Nia menambahkan lagi.

“tapi semalam Vee udah tidur kan pas gua bilang kayak gitu?” Janvier mendadak menyela pembicaraan.

“hmm.. mungkin iya. Semalam gue sih dengernya dari luar kamar. Vee nge-loudspeaker suara lo, kebetulan pas gue keluar kamar gue denger. Gue gak enak mau masuk kamar dia.” Jawab Nia.

Janvier menghela nafas berat. Ya tuhan, semoga Vee memang benar-benar sudah tertidur tadi malam.

Putih (Karena Kau Begitu Berarti)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang