08.Hamil?

17.5K 339 76
                                    

Mohon vote dulu sebelum baca🙏

Happy reading💕
____________________________________

Dua minggu kemudian..

Minggu demi minggu telah mereka lalui bersama, semenjak adanya kegiatan pawang belajar antara shalsa dan randy mereka lebih sering bersama-sama. Bahkan shalsa lebih sering sekali menginap di apartemen randy. Karna paksaan dan ancaman randy yang mampu membuat shalsa harus terus menuruti kemauan-Nya.

Kini gadis mungil berambut pendek sebahu,dan memiliki mata sipit itu tengah tenggelam dalam pikiran kelabunya. Shalsa kini sedang berada di sebuah toko beras yaitu tempat pekerjaannya. Tanpa ia sadari bahwa sedari tadi ada yang berbicara denganya. Tetapi entah sengaja atau tidak shalsa hanya diam mematung,entah memikirkan apa itu.

"Kalo dari tadi kerjanya ngelamun terus mendingan kamu pulang deh shal,kalo lagi banyak pikiran makanya banyak-banyak piknik biar otak bisa fresh" gertak mba erni.
Shalsa tetap tidak bergeming,ia hanya memandang lurus kedepan dengan wajah datar andalannya itu. Sesaat kemudian.

Brakk!

Shalsa terlonjak kaget, Astaga ia melamun? lagi. "Ya allah, maaf mba,shal ga tau kalo mba manggil maaf mba maaf" gumam shalsa sambil terus mengeluarkan kata maaf.

Mba erni menghela nafas kasar,sebenarnya ia tidak marah terhadap shalsa. Hanya saja karna melihat shalsa yang terus menerus Melamun dan tidak fokus bekerja itu membuat mba erni jengah,seharusnya jika shalsa memang sedang banyak pikiran lebih baik ia istirahat dulu dirumah. Atau refreshing untuk sekedar menghilangkan rasa bosan supaya lebih rilex.

"kamu ini sebenernya kenapa si shal? kalo ada masalah bagi-bagi sama mbak,jangan di pendem sendiri"ucap mba erni.

"mba maaf mba, aku lagi banyak pikiran.. Jangan pecat aku ya mbak? aku mohon mba" jawab shalsa yang menangkupkan kedua tangan mungilnya tanda memohon.

Begitu pentingnya kah pekerjaan?

"Mba gak ada niatan sama sekali buat pecat kamu,tapi kamu kalo emang lagi ga fokus kerja,mending cuti dulu sehari.. Banyakin piknik biar otak bisa fresh" titahnya.

Shalsa mengangguk perlahan,dan wajahnya kian menunduk. "Maaf mba,shal lagi banyak pikiran" ujarnya.

Mba erni menghela nafas sejenak,"Masalah apalagi?" tanya mba erni "kamu kalo masih nganggap mbak cerita dong"lanjutnya.

Tetapi bukanya malah menceritakan shalsa malah semakin menunduk,dan memilin ujung bajunya bertanda bahwa ia sedang takut dan gugup. Ini bukan saat yang tepat untuk cerita pada mba erni,bukanya shalsa tidak mau bercerita tetapi ia bingung harus menceritakan apa,pasalnya shalsa kini di selimuti rasa bimbang di hatinya. Entah bimbang untuk apa itu iapun tidak tahu.

Cuaca di siang hari ini nampaknya sedang tidak baik,langit yang mendung dan menghitam seperti siap mengguyur alam semesta beserta isinya. Angin yang sepoi-sepoi membuat orang-orang yang sedang dirumah Terburu-buru mengangkat jemuranya. Suasana hening seperti ini membuat shalsa menggigit bibir bawahnya karna takut. Sungguh ia takut akan kemarahan mba erni,dulu terakhir kali mba erni marah karna shalsa yang sedang sakit tetapi masih memaksakan untuk bekerja.

Shalsa tidak berani menatap wajah mba erni, hingga hembusan nafas kasar keluar dari hidung mba erni,dan sedetik kemudian mba erni pergi meninggalkan shalsa yang sedang berdiam diri tanpa berniat mengeluarkan kata sepatahpun. Rasa takut menjalar di setiap tubuhnya kini badanya terkulai lemas sehingga ia tidak mampu menopang berat badanya dan..

*

Mata gadis cantik itu,mulai terbuka dan mengerjap beberapa kali, bau obat menyengat di hidungnya. Hingga mata itu terbuka sempurna hal yang pertama shalsa lihat adalah putih. Ya shalsa sedang berada di rumah sakit,tadi ketika mba erni pergi meninggalkan shalsa untuk mengambil kunci mobil ke ruanganya ketika kembaliba erni melihat shalsa tergeletak lemah di lantai.

Sungguh jika shalsa menganggap mba erni marah atau akan memecatnya shalsa salah,mba erni justru akan mengantarkan shalsa pulang karna ia tidak akan membiarkan Shalsa bekerja dengan tidak fokus dan kebanyakan melamun apalagi shalsa adalah pekerja kesayangan mba erni yang sudah mengabdi padanya selama 3 tahun silam.

"Shal kamu udah bangun, maaf shal tadi mba ga bermaksud buat kamu takut" jelas mba erni.

Shalsa menggeleng dan tersenyum lemah.
"Enggak mba,mba bener seharusnya shal izin dulu hari ini"

Tangan mba erni meraih tangan shalsa yang tidak terdapat infusan,"Shal? kamu kenapa ga pernah cerita sama mbak"tanya mba erni.

Dahi shalsa mengkerut, "Maksud mbaknya apa?"

Raut wajah mba erni kini berubah menjadi sendu,menandakan bahwa ia sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. "Emang kamu ga tau?" ucapnya "Kalo kamu itu--"

Dengan cepat shalsa memotong.
"Kenapa mba? aku kenapa?"

"Kamu hamil shal"

Tiga kalimat itu bagai petir di siang hari,membuat genggaman shalsa pada mba erni sedikit mengendur. Bagaimana? bagaimana bisa ia hamil sedangkan ia tidak pernah bercinta sama sekali,apakah mba erni tidak waras. Mana mungkin shalsa hamil,enggak,enggak. Pasti mba erni cuma bercanda.

Shalsa tertawa terbahak,membuat mba erni semakin sedih. "Mbak ini apa-apaan si? mana mungkin aku hamil punya pacar aja enggak,mbak jangan ngada-ngada deh.. Kalo mbak bercanda sumpah mbak candaan mbak lucu banget"

Mba erni menggelengkan kepalanya,dengan tersenyum sumbang. "Shal mbak ga bercanda ini serius. Dokter yang bilang kalo kamu itu hamil,mbak gatau pasti apa yang kamu lakuin di dunia luar tapi bisa kamu jujur sama mbak. Anak yang di kandungan kamu ini anak siapa?"

tak terasa buliran bening jatuh dari kelopak mata shalsa,gadis itu menangis. EntahLah ini bagaikan berita saat dirinya di skors karna tuduhan mencuri tas milik viona si Queen bully yang selalu mengganggu hidupnya di sekolah. Ya memang semenjak shalsa dekat dengan randy banyak sekali murid wanita yang sering menjahilinya bahkan menerornya. Sehingga loker tempat penyimpanan barang pun pernah ada bangkai cicak dengan note yang menyuruh dirinya menjauhi randy atau tidak ia akan mati. Sungguh teror recehan.

Tess.

Tess.

Tess.

Shalsa menangis,iya dia menangis meratapi kesialan yang ia alami saat ini. "Aku gatau mbak,aku gapernah ngelakuin hal yang dilarang agama. Bahkan jalin hubunganpun aku gak pernah" desisnya.

"Shal tatap mbak"titah mba erni sambil menatap shalsa.

Shalsa menoleh dan menatap mba erni, "Mba akan bantu kamu ngebesarin anak ini,tapi dengan satu syarat"

"Sya_syarat? apa mba?"

"Menikahlah dengan adik mbak"

Jleb..

Cobaan apalagi ini ya tuhan,belum cukupkah siksaan yang telah kau berikan kepadaku? mengapa diriku selalu mendapat derita,Mengapa diriku tidak pernah bisa berbahagia seperti yang lain? apa salahku tuhan apa dosaku. Mengapa kau memberikan siksaan ini secara bertubi-tubi. Aku lelah tuhan aku lelah,lebih baik aku kembali kepadamu lebih baik aku menyusul ibuku.Rintihnya dalam hati

Tangisan shalsa kini semakin pecah,sepertinya tuhan tak henti-hentinya memberikan cobaan terhadapnya. Shalsa menangis tersedu-sedu dan semakin menjadi-jadi. Ia hancur ia sudah tidak memiliki harapan apapun,sekarang hidupnya sudah tidak berarti. Tetapi pantaskah ia mendapat kebahagiaan?

"Kamu taukan shal? gimana kerasnya hidup tanpa seorang ayah,anak kamu butuh kasih sayang dari seorang ayah.. maka dari itu bersedialah menikah dengan adik mba"

Shalsa menggeleng kuat-kuat.
"nggak,aku bakal gugurin anak ini."

Mba erni melotot tak percaya "Jangan shal,dia gak salah kamu jangan gugurin anak ini. Dia anugrah dari tuhan dia pantes dapet kebahagiaan"

**

Tbc maav kalo absurd

Suamiku kakak tirikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang