Bab 2

3.9K 616 20
                                        

Author playlist : Ed Sheeran - Perfect

***

Abhi beranjak turun dari atas ranjangnya yang nyaman. Sudah hampir tiga bulan dia tinggal dalam satu atap yang sama dengan Largo, dan sejauh ini, Abhi merasa nyaman bekerja dengan pria itu.

Sama seperti dirinya, Largo termasuk orang yang tertutup, dan tidak seperti bujangan kaya lainnya, Largo tidak terlalu suka datang ke pesta-pesta yang diadakan kaum jetset. Pria tidak menyangkal bahkan tidak keberatan dengan pemberitaan mengenai orientasi seksualnya.

Sebenarnya Abhi tidak masalah jika Largo memang memiliki orientasi menyimpang, tapi dia mengubur pemikirannya itu saat tahu jika Largo pergi berkencan beberapa kali dengan wanita-wanita kelas atas.

Anehnya Largo selalu berkencan dengan wanita-wanita yang sudah pernah menikah. Abhi tidak pernah melihat Largo mengencani seorang gadis. Mungkin Largo berpikir jika wanita-wanita yang pernah menikah itu akan lebih mudah diajak bekerjasama dalam merahasiakan hubungan mereka, sementara para gadis akan sulit menahan diri.

Atau mungkin karena perbedaan service di atas ranjang?

Satu alis Abhi diangkat naik. Dia menggelengkan kepala pelan, tertawa. Ia menertawakan pemikirannya. Untuk apa dia memikirkan hal itu?

Abhi melirik jam digital yang diletakkan di atas meja nakas di samping ranjang berukuran queen. Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, tapi kedua kelopak matanya masih belum mau dipejamkan.

Wanita itu mendesah, terdengar berat. Insomnianya semakin parah belakangan ini. Abhi bahkan tidak ingat kapan terakhir kali dia bisa tidur dengan nyenyak?

Terkadang dia merasa iri pada mereka yang bisa tidur lelap setiap malamnya. Entahlah. Dia hanya merasa kesepian.

***

"Kau tidak bisa tidur lagi?"

Pertanyaan itu menyentak Abhi. Wanita itu berbalik dengan cepat. Air susu hangat di dalam gelasnya nyaris tumpah karena gerakannya yang tiba-tiba.

"Aku mengagetkanmu?"

Abhi ingin sekali memutar kedua bola matanya. Tentu saja Largo mengagetkannya.

Largo berjalan ke arahnya dari seberang tempat Abhi berdiri kaku. Pria itu berjalan menyebrangi ruangan menuju bar kecil di belakang punggung Abhi. Ia menuangkan liquor ke dalam gelas kristal untuk dirinya sendiri. "Apa kau sakit?" Largo meneguk minuman kerasnya saat Abhi menatapnya dengan satu alis terangkat. "Aku sering melihatmu turun untuk membuat susu hangat di tengah malam," sambungnya sembari menunjuk gelas yang digenggam Abhi.

Suara tawa renyah Largo memecah keheningan canggung dinatara keduanya. "Kau heran?"

Abhi tidak menjawab.

"Aku memasang CCTV disetiap sudut rumah ini," terang Largo. "Dan aku seringkali memeriksa rekamannya setiap kali bosan."

Hening.

Largo mendesah. "Pertahanan dirimu sangat sulit ditembus," keluh Largo. Pria itu mencondongkan tubuhnya ke depan. "Kenapa Abhi? Kenapa kau menutup hatimu begitu rapat? Apa kau takut jatuh cinta padaku?"

"Anda mabuk."

Largo kembali tertawa. Lebih keras kali ini. "Aku hampir saja lupa jika kau bisa bicara," guraunya. "Selamat malam, Abhi!" gumamnya sebelum beranjak meninggalkan Abhi di belakangnya.

*** 

"Kita akan terbang ke Paris, pagi ini."

Abhi hanya mengangguk pelan. Dia sudah mulai terbiasa dengan rutinitas pekerjaan Largo. Kesibukannya membuat pria itu harus bepergian ke beberapa kota besar di seluruh dunia, tapi pagi ini ada yang berbeda. Abhigail yakin jika urusan Largo kali ini tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.

Largo - Walcott Series #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang