Chapter 3 : Kemampuan

431 30 6
                                    

"Dulu ada seseorang yg pernah berkata, Menundukkan iblis adalah bagaimana kamu bisa menyerahkan hatimu. saat kau menyerah atas hatimu, sekumpulan iblis akan respek padamu dan pergi dengan patuh."

"DEMI MENAKLUKKAN IBLIS, SESEORANG HARUS MELAWAN KEGELAPAN DIDALAM HATINYA."

Itu adalah hal yang kupelajari dulu darinya, bahkan sekarang pun, aku masih terus mengutip, dan mengingat kata-katanya, tapi ... sekarang ... aku telah gagal untukk melawan kegelapan yang ada di didalam hatiku, dan membiarkan 'Iblis mengendalikanku.




***

Aku terbangun dari tidurku, aku mengerjapkan mataku beberapa kali, ingatan tentang yang kualami itu terasa seperti mimpi, aku memegang kepalaku dan menutup mataku sebentar untuk menenangkan pikiranku.

'Tap tap tap."

Suara langkah kaki terdengar dari arah pintu, 'Kreaak' suara pintu membuka, terlihat seorang pria dewasa yang menurutku berumur sekitar 30 tahunan, wajahnya termasuk lumayan, dia memiliki tubuh tinggi, dan badan yang tegap.

"Kamu sudah bangun ya, kebetulan ada air,kamu pasti haus sekarang" sambil meletakan segelas air di meja yg berada disampingku, aku mencoba mengambil posisi duduk, dan bersandar.

"Uhhh,"desahku, lengan kiriku terasa sakit saat mencoba memakai tanganku untuk membantuku duduk.

"Oh, untuk lengan kirimu jangan teralu banyak digerakin untuk sementara sampai tanganmu sembuh total, masih ada memar dan beberapa luka dalam di lengan kirimu," ucapya, sambil membantuku untuk duduk. Lengan kiriku masih agak terasa sakit, dan ada bekas sayatan golok yang menebas lenganku.

"Bolehku lihat sebentar?"tanya pria itu, melihat tanganku, aku memberikan lenganku agar dia bisa mengechecknya," Coba gerakkan tanganmu," aku menggerakan tangan kiriku mengikuti instruksinya, "Sepertinya sih kamu sudah bisa dibilang sembuh tapi aku sarankan untuk tidak melakukan aktifitas yang berat dulu sekarang, takutnya nanti gak kuat tangan kirimu," ucap pria itu sambil beberapa kali memijat lengan kiriku untuk memeriksa lenganku, aku hanya meringis karena pijatannya terasa agak nyeri.

"Pak, dimana ibuku?"tanyaku, menatapnya, sambil tangan kananku terus memijat lembut lengan kiriku.

"Ibumu sekarang lagi bantu istri saya di dapur sekarang, katanya dia tidak enak kalau hanya numpang tinggal tapi tidak membantu, waktu ibumu datang kesini sekitar dua hari yang lalu kayanya"jawab pria itu.

Aku terkejut mendengar perkataan pria itu, karena aku baru sadar setelah dua hari aku tidak sadarkan diri.

"Uhm, begitu ya."

"Mau aku panggilkan ibumu?" tanyanya ke aku.

"Oh tidak tidak , nanti saja, aku mau tanya yg lain."

"Ohhh tanya apa?" sambil mengambil kursi, dan duduk disampingku.

"Aku ada dimana?"

"Di desa dekat kota pare, lokasinya perbatasan jawa timur sama jawa tengah."

"Umm, kamu Dokterkan?"tanyaku.

"Ya bisa dibilang begitu, aku dokter di sini," jawabnya

Terlintas lagi ingatanku saat membunuh empat orang dua hari yang lalu, aku pingsan didalam hutan saat di sana, tapi bagaimana aku bisa disini? Aku melihat kembali kearah dokter itu dan bertanya "Siapa yg menemukanku, dan ibuku ?"

"Hmm menurut laporan saksi ibumu mengendongmu, dan kebetulan ada warga yang tidak sengaja menemukan kalian saat sedang ronda malam."

"Yasudah, boleh aku jalan sebentar disini?"

"Oh silakan saja, aku masih ada kerjaan juga sekarang," jawabnya. Aku turun dari kasur, keinginan awalku sekarang, aku ingin lihat – lihat rumah ini sebentar, walaupun kakiku rasanya masih sedikit terasa bergetar.

Aku berkeliling melihat sekitar rumah ini, suasana tempat ini masih benar benar asri tidak ada polusi sama sekali, aku berhenti berkeliling rumah, dan duduk di teras rumah ini.



"Dit! Adit," panggil ibu, dari dalam rumah, sepertinya ibu sudah tahu kalau aku sudah sadar.

"Disini buk"balasku, sambil berjalan menghampirinya.

"Huh, baru saja sadar sudah keliaran kemana – mana, setidaknnya bilang dulu ke ibu kalau sudah sadar" kata ibu, sambil mencubit lengan kananku.

"Aww, ya itu juga biar gak ganggu ibu saja,"kataku,

"Yasudah, sudah tidak ada yang sakit lagi kan?" tanyanya sambil melihat badanku dari berbagai sudut.

"Enggak ada, tinggal tangan kiri saja,"

"Kalau begitu mungkin besok kita bisa pulang."

"Ibu gak nelpon kakak, pas sudah sadar ibu?"tanyaku.

"Ibu sudah menelpon kakakmu tapi katanya gak bisa datang, jadinya ya sekarang rencana ibu kita pergi bareng Om rudi saja sekalian, soalnya kebetulan katanya mau ke batu."

"Ya sudah lah, aku mau duduk diluar saja dulu sekarang, angin diluar kayanya enak," kataku sambil melangkah keluar rumah.

"Ohh mau keluar rumahya? Gak lapar?"tanya ibuku.

Sambil berjalan keluar rumah aku menjawab "Gak~, aku tidak la 'Krunyyuk'"suara perutku berkata lain dengan pikiranku. aku baru merasa lapar,"Jadi, makan dimana?" sambil senyum sendiri karena malu, ibu yang melihatku langsung mencubit pipiku , "kamu ini ada ada saja ya."

Aku hanya bisa meringis kesakitan karena cubitannya ibuku membawaku ke dapur, dan mengenalkan aku kepada istri Dokter tadi, setelah berbicara aku cukup terkagum dengan istri dokter ini, dia masih muda, dan juga pintar, dia bilang kalau umurnya masih dua puluh tahunan. Setelah aku makan, ibu memanggilku lagi, aku menghampirinya "Ada apa Bu?"

"Sini ikut aja ayo!" sambil memegang tangan kananku

My life from zero : REGAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang