"Ok, kita kedatangan teman baru dikelas kita, ... silakan masuk,"ucap bu Santi kepada seisi kelas, aku masih berdiri diluar kelas, mengambil nafas sebentar, beberapa siswa sepertinya mulai penasaran dengan siapa murid barunya, mereka membuka jendelanya tapi aku masuk lebih dahulu kedalam kelas sebelum mereka melihatku dari jendela, walaupun ada beberapa yang menarik kembali kepalanya kedalam saat sadar aku sudah lebih dahulu masuk kedalam kelas.
"Silakan perkenalkan dirimu,"pinta Bu Santi.
Jantungku berdetak kencang, badanku masih terpaku, apa ini yang namannya demam panggung? "Na – na," suaraku bergetar, aku teralu gugup, duh, ingat saat latihan kemarin! Ingat saat latihn kemarin! lakukan seperti saat latihan kemarin! batinku sambil mengepalkan tangan dengan jari ditekan dengan kuat, mereka masih memandangku dengan heran, "Namaku Adelia Zahra, dari surabaya pindah ke kesini minggu lalu,"
" .... " sorot mata semua anak laki - laki masih terpaku kepadaku, entah karena mereka melihat gadis cantik memperkenalkan, atau karena rambutku? Sedangkan para kaum hawa mendesiskan lidahnya saat melihat para lelaki terpaku.
"Ok, Adel, kamu bisa duduk disana," sambil menunjuk bangku kosong yang ada dibelakang kelas, tepat disebelahnya ada jendela yang langsung memperlihatkan pemandangan kota diluar, "kalau kurang nyaman dengan tempatnya kamu bisa bilang ke ibu ya," ucap Bu Santi walaupun aku tidak berpikir seperti itu, karena udara bisa lebih muda masuk, yah setidaknya aku dapat angin. "Ya," jawabku.
Aku berjalan menuju tempat dudukku, aku meletakkan tasku disamping kursi duduk, dan mengeluarkan buku pelajaranku. Bu Santi sudah menghilang dari depan kelas di gantikan dengan Bapak guru lain, kalau mengikitu jadwal jam, sekarang ini adalah mapel Fisika, "Hei, rambutmu itu di cat?"
Kata seseorang dari depanku, aku mengangkat kepalaku yang saat itu aku sedang mencari buku paket mapel di dalam tas, matanya masih melihatku, "Tidak, ini asli, ini menganggumu?" tanyaku.
"Tidak, aku hanya berpikir itu keren saja, btw kamu bisa memangilku Intan," kata gadis itu, dia duduk didepanku, gadis ini mengikat rambutnya dengan model ikat ekor kuda, "Semuanya, buka halaman 3."
Kata guru itu, Intan sejenak menoleh kedepan untuk mendengar ucapan guru itu, dan membalikkan badannya lagi kepadaku, "Yaudah bicara nanti ya," katanya, dia membalikkan badannya kedepan kembali, aku juga mulai fokus mendengarkan penjelasan guru.
***
Kriiiing
"Ye~ istirahat," kata siswa lainnnya, ada yang langsung keluar kelas, ada yang masih pergi keteman lainnya, walaupun aku beberapa kali memergokin anak laki – laki yang ketahuan menatapku terus, reaksi mereka selalu sama, saat aku kontak mata terjadi mereka langsung membuang muka mereka, "Hei Del mau istirahatan dimana?" tanya Intan.
"Yah, itu aku masih mau keteman lainnya dulu sekarang," jawabku, dia mengangguk paham, dan pergi ke kumpulan anak perempuan lainnnya. Aku pergi keluar kelas, aku sekarang berada di kelas 10-D, dan aku ingin pergi ke kelas 10-A sekarang, aku masih mencarinya di denah sekolah sebentar, lokasinya kelas 10-A agak jauh dari tempatku sekarang karena beda gedung. Aku pergi kembali, mencari kelasnya.
"Hei Azka," panggilku ke Azka yang berdiri tepat di depan pintu kelas 10-A, dia terlihat seperti berbicara dengan orang lain, yang ada didalam kelas, tapi aku tidak bisa melihatnya dengan siapa karena dia ada didalam kelas, "Yo, apa," jawab Azka.
"Mau istirahatan dimana?" tanyaku.
"Da-dasar penghianat, lu bohong yang bilang enggak ada pacar," kata seseorang dari dalam kelas, sepertinya dia orang yang berbicara dengan Azka tadi, nih orang lebaynya kelewatan, tapi gak apa sih kalo jadi ... WTF pikiran gue! Batinku, bertengkar dengan pikiran sendiri.
"Hahaha bukan – bukan ini Cuma teman lamaku saja," jawab Azka. Aku baru sadar kalau aku saat melihat ke Azka aku agak mendongkakkan kepalaku untuk melihat wajahnya, nah tinggi temannya juga sama, ini membuatku merasa iri karena tinggiku yang hanya sekitaran 161 cm. Aku menoleh ke dia, hmmm, dia sesuai dengan kritera orang jawa umumnya, bedanya dengan tambahan kacamata yang menempel diatas hidungnya, "Yaudanh perkenalkan nama gue Arsha Aditytama, anak terganteng seindonesia,"
Ucapnya, tangannya diulurkan seperti pangeran hendak mencium tangan putri, Mungkin untuknya dia sudah terlihat gagah atau keren, tapi bagiku dia hanya biasa saja, malah lebih seperti dia orang narsis. Mungkin.
Aku hanya memandangnya sebentar, dan membuang mukaku darinya, "Hahaha, sepertinya Adel, gak tertarik ke lu tama."
Kata Azka terkekeh sendiri, melihat kami, aku mendengus kesal, "Yaudah ikut aku Del, aku ajak keliling sekolah, biar tau kamu," ucapnya sambil berjalan pergi, tangannya memberi isyarat untuk mengikutinya, aku mengikutinya, Azka menjelaskan satu persatu gedung – gedung, dan berbagai infrastruktur sekolah lainnya.
"Hei Az, tuh teman lu emang ikut atau Cuma ngikutin kita saja?"
Tanyaku karena melihat si mata empat mengikuti tour kecilku ini, Si mata empat sedang bersiul sambil mengikuti dibelakang kami. Entah mengapa rasanya agak kesal saat melihatnya berpura – pura tidak mengikutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My life from zero : REGAIN
FantasyKehidupan menjemukan dan memuakkan Adit berubah total saat dia hampir kehilangan nyawanya setelah tersambar petir. Ketika sadar dari komanya, kehidupannya tidak lagi sama... Kini, dengan kehidupan dan kekuatannya yang baru, dia harus menghadapi duni...