Traktiran paksaan

57 2 0
                                    

Adonan warna pagi menghantarkan gelap menjadi berwarna. Deretan Jalanan aspal yang mulai padat mengundang debu polusi di pagi hari.

Irsyad yang sebelum itu sedang asik bermimpi indah di bawah alam sadar, lagi-lagi harus menggerutu karena Azra merengek dan meminta Kakaknya untuk mengantarkan ia dan Rissa ke sekolah.

"Dasar manja !!" Gerutu Irsyad sebal, menatap sengit kedua adiknya.
"Biasanya juga sekolah diantar pake motor."

"Kalo terus-terusan pake motor bosan kak, Gak ada sensasinya." Besit Rissa santai.

"Sensasi apaan?"

"Sensasi biar temen-temen pada liatin kakak dan terpesona." Sambung Azra genit.

"Kan dengan title Anak Harvard bisa memikat cewe-cewe. Mbak Aya penjual Cilok di kantin juga pasti bakal suka kok sama kakak."

"Idihh !!!" Mual Irsyad Geram.

Laki-laki itu sesekali menguap dan tak begitu fokus menyetir. Pakaian amburradur kakaknya menghentakkan pikiran Rissa begitu saja. Gadis itu memperhatikan Irsyad dari atas sampai bawah. 'Luar Binasa !'

Baju tidur piyama yang masih melekat ditubuhnya, rambut yang sangat berantakan, alas kaki bermodal sandal jepit. Ah.. Sama-sekali nggak Srekk di mata wanita.

(Pantesan aja Gak punya pacar. Siapa yang mau pacaran sama cowo urakan kayak gini?)
Celetuk Rissa dalam hati. Sementara Azra di bangku belakang sibuk membuat Vlog seraya menunjukkan Earphone barunya yang ia pasang di leher.

Rissa lengah melihatnya. Ia memutar arah pandang ke kiri jendela. Gadis itu membuka kaca mobil dan membiarkan angin masuk melalui celah kecil.

Drettt !!

Ponsel Rissa bergetar di tangannya. Gadis itu membuka layar Clock dan satu pesan masuk dari nama yang sangat familiar.

-Althair Hendry-

|Loe dimana? gue dari tadi nunggu di depan rumah loe. buruan keluar.|

Rissa menepuk jidatnya. Ia merautkan wajah lupa. Perangainya itu mengundang Irsyad yang sedari tadi memperhatikan adiknya dengan kesan heran.

"Kenapa?" Tanya irsyad dengan pandang fokus menyetir.

"Aku lupa kasih tau Althair kalo hari ini aku gak berangkat bareng dia."

"Dia dimana?"

"Depan rumah kita."

"Hayo kamu." Sercah Irsyad menghebohkan.

"Pasti dia capek nunggu kamu dari tadi, kalo aku jadi dia pasti marah banget."

"Althair bukan orang yang gampang Sensian. Kakak jangan memperkeruh suasana dong."

"Siapa yang memperkeruh?" Ujar Irsyad yang mulai membenarkan rambutnya.

Rissa menggigit-gigit Bibir nya.
Tak lama, Message baru muncul di layar ponselnya.

-Althair Hendry-

|Sa, buruan keluar dong. Loe mau bikin Pak Siddiq ngamuk apa?|

Rissa membalas pesan itu dengan aura bersalah.

|Maaf, Air. Aku udah berangkat dari tadi dan udah mau nyampe kesekolah.|

|Loe berangkat sama siapa? Kok Gak kabarin gue?|

|Maaf, aku lupa. Aku sama Azra dianter sama kak Irsyad.|

Althair tak membalas, hanya di Read saja. Rissa menatap layar ponselnya dengan hampa seraya berteluk pasrah. Apakah Althair akan marah padanya?

"Dia masih didepan rumah?" Tanya Irsyad tak ubah arah pandang.

TURATEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang