Rissa membuka matanya, melongo, menatap seantero kamar, gadis itu mengelus-elus kepalanya, sesekali merintih pusing.
Bersilang tiga menit, suara ketukan pintu menyita perhatian Rissa.
"Masuk." Suruh Rissa dengan suara parau.
Dencitan pintu di buka.
"Udah sadar Kamu, dek." Senyum Irsyad masuk sembari menenteng makanan.
"Nih, makan dulu." Irsyad menyodorkan makanan, Namun Rissa tak minat.
Gadis itu menatap Irsyad, meminta nya untuk membantu Rissa menyenderkan punggung, Irsyad pun berdiri, membantu Rissa duduk.
"Kamu makan dulu, ntar sakit repot urusannya."
Rissa menatap gahar, gadis itu meraba kepala, kejanggalan meraut wajah cemasnya.
"Kok diperban? Kepalaku kenapa, kak?" Tanya Rissa, terus memegang kepalanya.
"Karena luka lah makanya diperban."
"Luka kenapa?"
"Jatuh."
"Sampe kayak gini?"
"Menurut kamu?"
"Kok bisa sih kak?"
Irsyad menyernyitkan kening, heran, bingung menjelaskan.
"Kayaknya benturan di kepala kamu keras, deh dek. Kamu yang ngalamin, kok ngga tau kronologinya."
Rissa diam, mencoba memikir, namun pusing dan denyutan luka semakin memperkuat sakitnya.
"Kamu ingat kronologinya kan? apa perlu di bawa psikeater?"
"Kakak pikir aku sakit jiwa apa?"
Irsyad terkekeh, menatap lucu adiknya yang tampak memikir.
Rissa menyipitkan matanya, menerjang rasa pusing, memikir keras. Tiba-tiba matanya melotot besar, Irsyad menggidik, melongo.
"Ahh iyaaa !!!" Gadis itu memukul bantal dengan kuat.
"NAUFALL !!!!!" Erangnya menggigit gigi kuat-kuat.
Irsyad menganga-nga, memanggut-manggut tak jelas.
"Dia yang bikin aku luka kayak gini kan, kak?"
"Entah."
"Kok entah sih? Dia kak, dia yang yang bikin aku luka."
Irsyad diam, menatap santai wajah Rissa. sampai akhirnya buka suara.
"Tadi tu, aku di telfon sama Wali kelas kamu, katanya pas kamu lagi di gudang, trio jatuh atas kepala kamu, kebentur deh."
"Terus?"
"Terus aku disuruh ke sekolah, dan ketemu Althair di depan UKS."
"Hah Althair? Althair tau? Althair ngomong apa?"
"Yee.. Satu satu kali nanya nya."
"Cepetan kak, Althair ngomong apa?"
"Althair bilang, kamu harus cepat sembuh."
"Bohong." Ketus Rissa kusut melipatkan tangannya.
"Kok bohong?"
"Althair ngga mungkin ngomong gitu, pasti dia marah, dia ngomel kan?"
"Enggak."
"Jujur kak."
"Udah."
"ih, kak." Rissa mencubit lengan Isyad, laki-laki itu merintih pedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
TURATEA
Teen Fictionits times rill Kata orang, cewe itu firstly selalu benar. Ia punya segudang rumus-rumus akurat berupa kamus ala cewe dan pasti berupa List cengeng yg menghibur mereka pas lagi Mood parah atau mellow. tak jarang juga ia bisa mendramatisir dirinya mel...