Pliss boleh besuk

47 0 0
                                    

Rasanya, kebencian Althair pada Naufal mulai membuncah. Tak ada sepatahan kata apapun yang keluar didalam kelasnya. Dari pagi saat Althair melangkahkan kakinya di kelas, tak ada sapaan hangat yang seperti biasa keluar dari mulutnya. 

Ia hanya menjalankan harinya secara ambisius. Sultan telah mendekati Althair lima belas menit sebelumnya, namun dempretan dan tatapan bak harimau di tuainya. Alih alih sempat bertanya 'kenapa? ', saat itu juga Sultan ciut dan kembali ke bangkunya dengan wajah kebingungan.

"Mukanya kayak semen di damplasin batako. Tebel." Titah Sultan pada rei si keamanan kelas. Cowok itu mendekati meja rei dan duduk di atasnya.

"Loe tau rei? Ini paling gue sebelin dari jatuh cinta. Ngga ada faedahnya."

Rei melirik sekilas, kemudian kembali membagi perhatiannya pada handphone.

"Gue tau mantan gue banyak, dari Sd sampe sekarang kira-kira 30an, serius gue. Tapi kayaknya gue ngga marah-marah amat kalo cewe gue deket sama cowok lain."

"Hm.."

"kemaren pas gue putus, ngga ada tuh gue guling-guling nangis ngga jelas. 3 hari gue langsung dapat pengganti."

"Hmmm.."

"Kalo di itung-itung gue hebat ya, punya mantan banyak, kalo nanti gue nikah, kira-kira mantan gue datang ngga ya?"

"Cihh."

"Gue itu suka punya nembak cewe banyak-banyak biar kemungkinan di terimanya banyak. Jadi gue bisa milih. Hebat ngga gue?!"

".........."

Plakkk!!

"Sakit bodat'!" Rintih Rei saat kepalanya terhantam buku besar. Ia tau apa akibat dari sikapnya. Sedangkan Sultan memasang wajah datar saat mengetahui Rei tak mendengarkannya dari tadi.

"suara keyboard loe berisik!" Kesel Sultan sambil menyepak ujung kursi Rei. Cowok bernama Rei itu hanya terkekeh seraya membetulkan letak kacamatanya.

"Udah berbusa mulut gue, tapi loe malah anggap gue lalat."

Rei tertawa kemudian berdiri.

"Loe yang berisik. Punya mantan banyak aja bangga, itu mantan apa hadiah kawinan?"

"Karena banyak yang suka sama gue, gue kan cakep."

Rei mengangkat setengah alisnya, cowok itu menepuk pundak Sultan seraya tersenyum.

"Suka suka loe, kalo emang loe cakep, sampe sekarang loe ngga mungkin jadi jomblo akut."

Sultan menepis tangan Rei, wajahnya berubah asam seperti jeruk purut, sedangkan Rei berjalan keluar kelas.

"SEMINGGU LAGI GUE BAKAL PUNYA PACAR BANYAK! LIAT LU YA, GUE PACARIN SEMUA CEWE-CEWE CAKEP, JUGA GURU PPL SEKALIAN!"

hening. Berpasang-pasang mata tertuju pada cowok kepedean itu. Sultan menelan salivanya cepat, ia menoleh sekawanan teman-temannya. Ada mantan gebetannya rupanya.

"Typo deh gue!" Ucapnya pelan. "Ha-hai Dinda.." Sultan melambaikan tangannya pada Dinda, namun sayang gadis itu tersenyum sinis.

"Hm.. Ada yang mau jadi pacar gue?"

Stress loe!

****

"Azraaa!!"

Langkah Azra terhenti saat suara lantang menggema di ujung koridor. Matanya menatap heran saat seorang cowok menghampirinya disertai suara kelelahan.

"Kak Nau-fal?!" Bakunya memperhatikan Naufal yang acapkali berantakan. Naufal berkacak pinggang sembari mengatur nafasnya yang terengah-engah.

"Ri-Rissa dimana?!"

"Kak naufal abis ngapain? Berantem?"

Naufal menggeleng, ia menarik nafas panjang. Sementara Azra masih kalut memperhatikan Naufal yang sangat berantakan.

"Rissa ada masuk sekolah?"

Azra menggeleng, namun tatapannya masih membaku pada seragam Naufal yang sudah berwarna hitam.

"Terus dia dimana?"

"Hmm.." Azra kembali ke titik fokusnya. "Kak Rissa dirumah, katanya kepalanya masih sakit."

"Parah nggak?"

Azra tersenyum. "Ah, enggak kok kak. Cewe kayak dia itu ngga peduli sama dirinya sendiri, cukup di kasi makan, minta ini itu pastu langsung sembuh."

Naufal terkekeh, ia menyibak rambutnya kebelakang.

"Dimana rumah kamu?"

Azra mengerutkan dahinya, matanya hampir melotot saat Naufal menanyai alamat rumahnya. Untuk apa?

"Aku ingin membesuk Rissa."

Yah! Pupus deh disamperin cogan!

Naufal menunggu jawaban sementara Azra sedang mengarang jawaban.

"Kenapa tiba-tiba Kak Naufal mau menjeguk kak Rissa?"

"Karena yang bikin Rissa celaka kan aku." Ucap Naufal menyunggingkan senyum semanis mungkin.

"Karena kak Naufal yang bikin kak Rissa celaka, pasti kak Rissa ngga akan mau ketemu."

"Makanya dari itu aku pengen minta maaf."

Azra menggigit bibir bawahnya. Benar memang, bahwa Rissa memang marah pada Naufal. Gadis itu saja sudah berulang kali cerita pada Irsyad jika dia benar-benar marah. Harus bilang apa Azra sekarang?

"Zra, aku janji deh bakal bawain Rissa makanan yang banyak banget, terus aku juga janji bakal bawain dia Boneka kesukaan dia, kalo dengan itu cara aku nebus salah."

"Tapi kak, apa sakitnya kak Rissa bisa di gantiin sama boneka? Konyol banget deh, kak."

Naufal menjepit pelipisnya.

"Bukan itu maksudnya, Zra. Aku cuma pengen kasih apa yang bikin dia seneng aja. Plis dong, kasih tau dimana rumah kamu. Aku janji 15 menit sampai disana."

"Janji mulu."

"Makanya kasih tau."

Azra diam sebentar. Langit-langit koridor melukiskan kecemasan hatinya. Apa akan dijadiin pepes cewek kecil itu oleh gorilla betina?
"Zraaa!"

"iayayya!" Azra menarik setengah poninya. "Jl pangasanan no 15 komplek jayakarta."

"oke."

Tak banyak bicara, Naufal pun pergi. Azra di buat kalut oleh tingkah kakak kelasnya itu. Matanya menatap langkah Naufal yang hilang.

"Smoga ini bukan pertanda kalo kak Naufal suka sama gorilla betina. Semoga bukan!"

Dasarr aneh!

****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TURATEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang