Assalamualaikum, Adam..
Aku sedang mencoba mengeja setiap kata. Demi menjadikannya menjadi serangkaian kalimat indah, yang nantinya akan kutulis dengan tinta hitam di atas lembaran putih itu.
Hai, Adam..
Lihatlah, sekarang kau telah tumbuh dewasa. Menjadi sosok yang selalu menjadi idola. Sampai saat ini pun, pesonamu tak pernah padam, ya? Dan, aku bangga terhadapmu.
Adam, sejujurnya, aku masih belum tahu lebih banyak tentangmu. Aku tidak tahu kau lahir di bulan ini, atau bulan sebelumnya. Tapi dulu, saat kita masih kanak-kanak, aku melihat kau menuliskan angka lima belas dalam formulir sekolah kita.
Mungkin aku salah melihat bulannya. Aku minta maaf. Tapi, yang pasti usiamu tahun ini mulai bertambah satu. Benar, kan? Dan, yah, seperti yang kau katakan, "Saat usia kita bertambah satu, maka jatah hidup kita di dunia juga mulai berkurang satu."
Adam, mungkin kau tidak suka dengan ucapan ulang tahun. Sama sepertiku; tidak suka dengan kejutan, meski setiap tahun terpaksa merayakannya karena teman-teman. Tapi, kali ini saja, bolehkah aku mengucapkannya? Meski aku hanya bisa melakukannya di dalam doa sambil berharap yang terbaik untukmu.
Mungkin ini aneh. Mengingat kita hanyalah teman biasa. Tapi, apakah kau tahu? Bagiku keberadaanmu selalu menjadi yang teristimewa. Sedari dulu, ketika kau berucap bahwa kau akan membuatku selalu tersenyum. Hari itu aku sudah berikrar, bahwa aku akan bertahan untukmu. Mencoba mengesampingkan kesedihanku dan tersenyum saat mengingatmu. Kau adalah alasanku untuk terus tersenyum. Tanpa kau sadari, kau sudah membuatku menjadi seseorang yang tegar. Walaupun aku gagal mempertahankan kesepianku; itu terjadi ketika aku berpisah denganmu.
Adam, apakah kau tahu? Kehadiranmu selalu memberi setitik harap untukku. Yah, setitik. Karena aku tidak berani berharap lebih banyak lagi terhadapmu.
Semangatmu, senyumanmu, perhatianmu. Kau tahu? Tidak ada yang berubah darimu. Kau adalah seseorang yang berarti untukku. Meski kita hanyalah sebatas teman, aku bersyukur karena Allah telah mempertemukan aku dengan seseorang sepertimu.
Apakah kau ingat? Dahulu, kau sering menyemangatiku untuk meraih semua impianku. Kau yang sudah membuatku bertekad untuk melanjutkan sekolahku, di saat kedua orang tuaku memaksa agar aku berhenti. Berkat semangat kecil darimu, aku bisa menyelesaikan sekolahku. Meski aku belum bisa membuat orang tuaku bangga hingga saat ini.
Adam, ada banyak hal yang ingin kusampaikan kepadamu. Terlalu banyak hal yang selama ini selalu kusembunyikan darimu. Namun aku selalu merasa aku tidak pantas mengatakannya. Aku takut, malu, dan aku berpikir kau tidak akan mempercayainya.
Aku hanya gadis biasa. Tak punya apa-apa, tidak bisa apa-apa. Aku bukanlah apa-apa. Aku malu jika aku mengatakan bahwa, aku selalu menunggumu.
Andai kau tidak datang saat itu. Mungkin aku sudah jatuh dalam lubang yang kubuat sendiri. Dan, aku takut jika aku tidak bisa berdiri. Tetapi kau datang di saat aku memikirkanmu malam itu. Kau datang, memberikanku cahaya itu, mengembalikan senyumku; sama seperti janjimu waktu itu.
Andai aku bisa mengatakan langsung padamu, tapi pikirku kembali menyadarkanku. Sekarang aku sudah jauh tertinggal darimu. Aku mungkin tak layak bagimu. Aku bukanlah apa-apa. Harapku untuk meraihmu pun tiba-tiba mundur.
Adam, hari ini ingin aku mengucapkan terima kasih. Atas semua kebaikan yang mungkin kau tidak pernah merasa melakukannya. Untuk semua kebahagiaan kau berikan hingga detik ini. Terima kasih atas semua itu...
Ah, mungkin agak sedikit terlambat juga atau mungkin sebenarnya ini memang hari spesial untuk desembermu. Barakallah fii umrik, Adam.. Doaku tak akan pernah putus untukmu.
Aku tak mungkin bisa mengatakannya di dunia nyata. Terlalu malu menjelaskan ini padamu, tapi aku harap kau selalu berbahagia. Sama seperti kau memberikan kebahagiaan itu kepadaku.
Teruntuk Adam, dariku yang mungkin kau lupakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Desember [Complete]
PoetryMake it December to remember! (Tulisan random di bulan Desember)