MGL-Four

42 11 3
                                    

"Tetep disini. Gue takut sendirian rangga."
(Sasha nathania wijaya)

Sasha pun berlari ke kamarnya dan menggambil handphonenya yang ada dinakas kasur kamarnya lalu segera kembali ke ruang keluarga. Tangan sasha gemetar memegang benda pipih berwarna abu abu itu, sasha ketakutan sebenarnya bang aji tidak tau kalau sasha phobia sendirian atau sepi. Walau sasha sering sendiri dikamarnya tapi sasha selalu mendengarkan lagu dari music box dikamarnya jadi tak terlalu sepi tapi sekarang walau sasha sudah menyalakan tv dengan volume yang bisa dibilang cukup kencang tetap saja sasha ketakutan. Akhirnya sasha pun menekan nomor yang akan sasha hubungi.

💦

Rangga yang sedang menonton tv sendiri terlonjak kaget karena handphonenya bergetar disaku celananya, mengecek siapa yang menelfonnya malam malam begini. Rangga menyerjitkan alisnya bingung untuk apa sasha menelfonnya.

Ga angkat, gue butuh lo. Gue takut. Batin sasha

Sasha yang menunggu akhirnya bernafas sedikit lega karena rangga mengangkat panggilan telfonnya. Sedari tadi sasha sudah menangis menahan rasa takut

"ada a.." ucapan rangga terpotong karena mendengar isak tangis dari seberang sana

"G-a ke-ru-m-ah ce-pet gu gue ta-kut g-a" ucap sasha terbata bata karena isak tangis

"Oke tunggu gue otw" ucap rangga sambil menutup sambungan telfon secara sepihak

Rangga yang mendengar suara tangis sasha untuk yang kedua kalinya menjadi tak tenang, rangga langsung menyambar kunci mobilnya di atas meja belajar tergantung dengan rapih. Langsung masuk ke mobil dan melaju dengan kecepatan lebih dari rata rata. Rangga khawatir terjadi apa apa pada sasha karena mendengar isak tangis sasha yang sangat sangat ketakutan. Setelah beberapa menit mengendarai mobil rangga melihat rumah sasha kosong seperti tak berpenghuni tapi gerbangnya terbuka lebar, rangga pun memasukan mobilnya dan memarkirkan nya sebentar. Lalu baru rangga mengetuk pintu

TOK TOK TOK

"Sha lo didalemkan? Sha lo gapapa kan? Sha buka pintunya? Sasha ini gue cepetan bukain" ucap rangga panik

Sasha yang mendengar ada ketukan keras dan suara akhirnya berlari kencang ke arah pintu depan untuk membuka pintu. Sasha yang melihat rangga ada didepan pintu langsung memeluknya erat dan kembali menangis dipelukan rangga. Rangga yang tiba tiba dipeluk hampir terjatuh untung rangga bisa menyeimbangkan tubuhnya kembali dan membalas pelukan sasha sambil mengelus pundak sasha agar merasa tenang.

"Lo kenapa?" tanya rangga

Sasha hanya diam dipelukan rangga seolah tak ingin rangga pergi sasha langsung mengeratkan pelukannya.

"Yaudah yuk duduk dulu" ucap rangga sambil mengangkat kaki sasha dan mengijakkan kaki sasha ke atas kaki rangga

Sasha yang masih menangis dipelukan rangga, rangga hanya diam, rangga berjalan sambil mengeratkan pelukannya agar sasha tak terjatuh. Rangga pun mendudukan sasha di sofa ruang tamu. Rangga duduk dibawah menatap sasha yang sedang menangis.

"Gue ambil munim buat lo dulu" ucap rangga sambil berdiri ingin beranjak namun ditahan oleh sasha

"Kenapa?" tanya rangga

Sasha hanya menggelengkan kepalanya dan menepuk sofa sebelahnya untuk segera rangga duduki. Rangga hanya menuruti itu karena mungkin Sasha tak mau ditinggal oleh rangga sementara ini.

My Gray Life (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang