By. Riesta meyliandinie
"Nak," suara Sumi diujung telepon, Ibunya Sertu Bayu itu menyempatkan dirinya untuk menghubungi anaknya yang sedang Pratugas.
"Iya Bu, bagaimana kabarnya? Ibu dan Ayu baik-baik sajakan?" sahut Bayu khawatir, tidak biasanya Ibunya itu menghubunginya terlebih dahulu.
"Alhamdulillah Ibu dan Ayu baik-baik saja Nak, kamu lagi ada kegiatan tidak? Ibu mau bicara sebentar," sahut Sumi ragu, Bayu semakin was-was, kelihatannya memang ada sesuatu yang terjadi atau mungkin telah mengganjal hati ibunya itu, ya semenjak kejadian Abel dan Prasetyo, Bayu belum sempat membicarakan hal tersebut dengan Ibunya itu.
"Ibu mau bicara apa? Bayu sih nggak ada kegiatan lagi sore ini, tapi kalau ada yang serius, besok Bayu bisa pulang ke rumah, ada IB." sahut Bayu, Sumi terdengar menghembuskan nafasnya.
"Ya sudah Ibu tunggu di rumah besok ya Nak, sekalian istrimu diajak, kasihan Ayu nangis terus menanyakan Abel," suara Sumi membuat Bayu sontak bingung, bagaimana mungkin besok dia bawa Abel ke rumah orangtuanya itu, sementara urusan mereka saja belum selesai?
"Tapi Bu, Bayu langsung dari tempat pratugas, nggak mampir dulu ke asrama," akhirnya kata-kata itu yang lolos dari bibir Bayu, dirinya tidak bermaksud bohong, tapi keinginan Sumi yang menginginkan menantunya di ajak, membuat kepala Bayu jadi pusing mendadak.
"Pulanglah dulu ke asrama, apa kamu ndak kangen sama istrimu itu? Ibu saja kangen sama Abel, sudah lama dia tidak main ke sini, ya Nak jangan tidak," kali ini Bayu benar-benar dibikin bingung.###
Suasana asrama sedikit ramai sore itu, ijin bermalam yang di berikan oleh kesatuan benar-benar di manfaatkan, setidaknya dapat sedikit melepas rindu pada keluarga yang akan ditinggal tugas. Tetapi tidak dengan Bayu dan Abel, walau satu rumah, Bayu sudah enggan bicara dengan Abel, untuk menatapnya saja sudah tidak sudi, masih ada luka yang menganga lebar di hatinya.
"Bang, aku sudah masak masakan kesukaanmu, mau makan dulu atau gimana?" tegur Abel pelan, ada banyak rasa bersalah di sana, tapi sulit bagi dirinya untuk mengucapkan kata maaf saat itu.
Bayupun enggan untuk menjawab, dibawanya tubuh lelahnya masuk ke kamar mandi. Mungkin setelah membasuh tubuhnya dengan air dingin dapat sedikit mengurangi rasa kecewa dan amarahnya pada Abel, mungkin.
"Ibu dan Ayu mau ketemu, aku tunggu di pertigaan dekat rumah Ibu, awas kalau nggak datang," ujar Bayu tanpa basa basi, dengan sedikit ancaman dia berharap Abel datang dan tidak banyak bicara nantinya, cukup dia yang memberi tahu Ibunya itu tentang masalah mereka saat ini. Abel hanya diam tanpa memberikan ekspresi apapun, barangkali sudah saatnya dia jatuh di depan mertuanya itu, bukankah selama ini, kebaikan dan keanggunanannya hanyalah topeng belaka untuk menutupi kebejadan dirinya yang sudah menduakan suaminya, ya mertuanya itu hanya tau Abel adalah mantu idaman yang sangat mencintai anak dan keluarganya.###
"De Abel kok saya lihat-lihat makin cantik aja ya?" ujar Prasetyo saat tidak sengaja bertemu Abel di warung nasi depan asrama, Abel yang saat itu tidak masak terlihat tersipu malu, gestur tubuhnya mulai menggeliat kesenangan, sudah lama dia jarang mendengar laki-laki lain memuji dirinya, yang dulu ketika gadis termasuk kembang desa, selain Bayu, suaminya yang jauh, jauh sekali dari kata romantis.
"Bener loh De apalagi kulit De Abel yang putih mulus, sangat sayang jika di biarkan terbakar matahari, gimana kalau pulangnya Mas antar pake mobil?" rayuan Prasetyo si playboy batalyon, ya semua orang juga tahu kalau Prasetyo adalah laki-laki penggoda, tapi selama ini aman-aman saja, karena dia belum beristri.
"Nggak perlu Mas, Abel bawa payung kok," tolak Abel, sedikit menyesali keputusannya. Andai tadi dia menolak Bang Bayu yang menyarankannya bawa payung karena panas,
"Ya sudah lain kali Mas ajak ke salon ya, perawatan kulit De Abel, kasihan sedikit kering gini," bisik Pras sambil mengelus kulit tubuh Abel, lembut tapi menggoda. Abel mengganggukkan kepalanya pelan, pipinya mulai merona. Entah setan mana yang mulai menggandoli dirinya, pujian laki-laki lain yang seharusnya dia abaikan, malah dia nikmati, hadeh.
"Minta no WAnya ya, biar gampang Mas hubungin kamu," dan lagi-lagi mata hatinya mulai tertutup, Abel segera menyebut angka-angka, diakhiri perjanjian mereka untuk lanjut di jaringan pribadi, astaga.
Semenjak itu diam-diam Abel meladeni semua japri-an Prasetyo, yang terlihat begitu memuja dan romantis, apa lagi Prasetyo tidak pernah segan-segan mengiriminya pulsa atau sekedar memberinya beberapa ribu rupiah, uang untuk Abel, yang bisa dipergunakan untuk kepentingan pribadinya, entah untuk nyalon, beli cream perawatan atau sekedar pegangan buat Abel. Ya sebagai wanita memang kita senang akan sebuah pujian dan tentu saja segala sesuatu yang sifatnya gratis, tapi apa iya harus mengorbankan sesuatu dan nyemplung ke limbah dosa? Wallahu a'lam bishawab.###LANJUTKEPART5###
Maaf ya baru nongol, sedikit selingkuh tapi bukan pelakor kok😁😁😁 monggo di komen inshaAllah di bales, kritik paling disuka tp yang sifatnya membangun loh bukan menjatuhkan, makasih yang masih tetap setia lope u puol deh😘😘😘
Ingin berteman? Fb Riesta Bundanya Fawas