By. Riesta meyliandinie
Wajah Abel basah oleh air mata, matanya sendu menatap wajah mertuanya penuh harap, mungkin kali ini, dia bisa membujuk Sumi, untuk mencegah Bayu mengajukan proses cerai mereka di batalyon.
"Bu tolonglah Abel, Abel nggak mau di cerai oleh Bang Bayu, bagaimana dengan Ayu kalau kami sampai berpisah nanti? kasihankan?" pinta Abel pada Sumi, semua rasa malu Abel, yang telah menghianati suaminya, sudah dia buang jauh-jauh. Dia berharap banyak pada mertuanya itu, sebab yang dia tahu, suaminya itu, Bayu sangatlah patuh pada Ibunya. Sumi menarik nafasnya berat, setelah apa yang di ceritakan Bayu pada dirinya kemarin, tidak mungkin dia membujuk anaknya itu untuk tidak menceraikan Abel, bukan apa-apa, dia tau dan pernah merasakan sakitnya di khianati oleh pasangan, ya suaminya dulu meninggalkan mereka hanya untuk seorang wanita, yang mungkin kelakuannya seperti Abel.
"Ibu ndak bisa ikut campur lagi Bel, Bayu sudah pada keputusannya, sebagai laki-laki, Ibu yakin harga dirinya sudah sangat terluka oleh kelakuanmu itu," serak suara Sumi, bagaimanapun hatinya ikutan terkoyak oleh perselingkuhan Abel. Abel menundukkan kepalanya prustasi, dia sudah tak tahu lagi harus minta tolong pada siapa lagi.
"Ibu nggak kasihan apa sama aku, sama Ayu, cucu Ibu? kalau kami berpisah, terus gimana dengan nasib Abel nantinya?" bujuknya lagi sambil terus mengeluarkan air mata,
"Kamu, apa kamu ndak kasihan sama Ayu, sama Bayu? ketika kamu selingkuh Bel? dan sekarang kamu tanya sama Ibu tentang nasib kamu? apa kamu ini ndak tau malu? nanya nasib kamu setelah semua yang kamu lakukan?" balik Sumi bertanya, dirinya sudah teramat jengkel, dari bujuk rayu menantunya itu, dia merasa tidak ada sedikit pun rasa bersalah dan permintaan maaf yang tulus, hanya kekhawatiran Abel, akan statusnya nanti. Gegas tubuhnya berdiri meninggalkan Abel yang masih bersimpuh di lantai.
"Pulanglah Bel, Ibu ndak mau ikut campur lagi dalam keputusan Bayu, biar Ayu Ibu yang urus nanti," ujar Sumi sambil berlalu. Abel makin prustasi, usaha apa lagi yang bisa dia lakukan? Bayu sudah mengajukan gugatan perceraian dan sekarang Ibu mertuanya pun tidak dapat dia bujuk untuk membantunya.***
Dengan langkah gontai Abel melangkahkan kakinya menuju rumah, sedikit sakit dan malu, dia terima tatapan sinis dari beberapa Ibu-ibu asrama yang berpapasan dengannya. Setelah tadi provost memberinya peringatan keras karena meninggalkan rumah dinas tanpa ijin mereka. Ya kasusnya sedang berjalan jadi dirinya diawasi penuh.
"Kemarin Ibu Abel kami perbolehkan keluar karena Pak Bayu sudah minta ijin, tapi hari ini, Ibu keluar tanpa ijin, kalau sekali lagi seperti itu maaf Ibu bisa kami sel, paham?" sentak Provost yang dulu dia kenal sangat baik pada dirinya dan Bayu, tapi entah mengapa setelah perselingkuhannya terbongkar, jangankan Provost, Ibu mertuanya saja yang baik hati jadi berubah jahat terhadap dirinya.
"Mas, kamu nggak bisa bantu aku kah?" sms singkat Abel kirimkan ke Prasetyo, kali ini dia coba mencari bantuan dari pacarnya, Prasetyo yang menyebabkan kesulitan semua ini terjadi.
Lama tidak ada respon, sebenarnya Abel sudah mengetahui tidak bakal ada jawaban, karena Prasetyo sedang di sel karena penggerebekan mereka kemarin, jangankan membantunya, untuk membantu dirinya sendiripun Prasetyo tidak mampu, tapi pikiran Abel sudah begitu buntu, kemana lagi dia harus mencari pertolongan, siapa yang bisa membantunya keluar dari kesulitan yang telah dia buat sendiri?
"Shi, tolong aku," kali ini dia coba hubungi Sashi sahabatnya, yang selama ini selalu memberinya nasihat yang tak pernah Abel dengarkan. Karena hatinya telah tertutup oleh semua rayuan-rayuan maut Prasetyo.
Ting
Hpnya berbunyi, gegas di bukanya sms, berharap ada balasan dari Sashi.
Matanya berubah sendu, tangannya lemah melempar hp ke atas meja, bukan sms jawaban dari Sashi tapi dari operator yang memberi tahu pulsanya tidak cukup untuk melayangkan sms. Semuanya sekarang menjadi sulit, Abel rasakan belakangan ini, mungkinkah ini balasan dari semua perbuatannya? Rasa sesalpun mulai perlahan merayap di hatinya yang sudah beku.
Memang benar kata semua orang kalau penyesalan itu akan datang di akhir. Penyesalan datang karena ingin memberi tahu kalian dimana sebenarnya letak kesalahan kalian. Itu juga salah satu cara Tuhan membesarkan dan membahagiakan kita, dengan meletakkan sebuah penyesalan di belakang. Supaya kita bisa tau apa kesalahan kita. Dan nantinya kita bisa belajar dari sebuah kesalahan menjadi sebuah kebaikan.***LANJUTKEPART-8***
Taqobbalallahu minna wa minkum, taqobbal yaa kariim.
Mohon maaf lahir & batin ya prens 🙏😊