U.A. Academy

5.3K 407 39
                                    

(M/n) Male name
(L/n) Last name
(F/c/f/d) Favorite color/food/drink
_____________________________________________________

"CONGRATULATIONS FOR YOU, (M/n) SHOUNEN! Kehebatan quirk mu telah dinilai pantas oleh para juri untuk menjadi siswa di UA!"

Matanya berkedip cepat, tidak menyangka bahwa sosok All Might lah yang akan muncul di layar hologram itu. All Might dalam pakaian formal kuning bergaris dan dasi biru, dan disana dia mengumumkan bahwa dirinya adalah salah satu guru di UA. Wajah (M/n) berubah cerah, dia tersenyum tipis—namun lantas kembali pada ekspresi datarnya, kecuali sinar bahagia masih ada dimatanya. Dia tidak terkejut akan hasilnya, dia tahu dia akan lolos, dia tahu benar quirk nya kuat. Yang membuat dia bahagia adalah All Might akan mengajar disekolahnya, bersama para pro lain.

Second person POV

Layar hologram itu mati secara otomatis dalam beberapa menit setelah All Might menayangkan apa saja yang telah kau lakukan di ujian praktek masuk, saat melawan robot-robot itu. Menunjukkan bagaimana tubuhmu langsung menghilang saat Present Mic meneriakkan aba-aba, menjadi gumpalan abu dan debu yang dibawa angin masuk ke arena mendahului peserta lain. Abu itu menyusup ke sela-sela engsel robot yang mengamuk, dan mendadak BAAM! Robot itu meledak seperti terkena malfungsi. Kau tersenyum puas pada berapa banyak robot yang sudah kau ledakkan dalam waktu lima menit, itu tidaklah sulit.

Kau tidak mengekspresikan kebahagiaanmu atau kepuasanmu dengan baik, daripada tersenyum kau memilih langsung memejamkan mata dan bersandar lebih jauh pada punggung kursimu. Besok akan jadi hari yang menarik.

________

Kau tiba di kelas 1-A lebih dulu dari semua murid kecuali satu orang, anak berkacamata yang bertanya pada Present Mic sebelum ujian praktek dimulai. Dia mendekatimu dengan gesture berjalan yang sangat kaku, lantas menggerakkan tangannya saat dia mulai memperkenalkan diri padamu, "Namaku Iida Tenya! Kuharap kita bisa berusaha bersama dalam memenuhi ekspektasi UA untuk menjadi hero yang hebat kedepannya!" Oh. Kau tampak tidak tertarik, tapi kau menyambut tangannya dan setengah berbisik saat mengucapkan, "(L/n) (M/n-"

Suara hentakan mengejutkan dari pintu mengejutkan kalian berdua. Di dekat pintu raksasa itu, pemuda berambut pirang pucat berantakan menatap kalian dengan mata merahnya. Dengan suara keras dia menghentak, "Apa yang kalian lihat, HAAAAHHHH?!" Dia memicingkan sebelah matanya, bagimu tampak seperti seorang yakuza. Iida sigap memarahinya, membuatnya menerima banyak makian dari pemuda yakuza itu, dan tampaknya Iida sama sekali lupa bahwa tangannya masih menjabat tanganmu. Kau berdecak ringan, menekankan sedikit kuku ibu jarimu ke sendi ibu jari Iida. Si kacamata menghentikan omelannya saat menyadari bahwa dia masih mencengkeram tangamu, "Ma-Maafkan aku, (L/n)!" Kau mengibaskan padamu tanda tidak peduli, sekaligus mengusirnya agar dia tidak berada didekatmu jika ingin berdebat dengan si yakuza pirang.

Setelah beberapa saat berdebat, lantas mereka mendadak terdiam, seolah beerhenti untuk memperhatikan sesuatu. "Itu dia!" Suara Iida terdengar dari meja si yakuza, terdengar sedikit lebih enteng dibandingkan nadanya ketika berdebat dengan yakuza pirang. Iida buru-buru berjalan ke aarah pintu. Kau menoleh pada asal suara dan mendapati Iida sedang memperkenalkan dirinya dengan gerakan-gerakan tangan yang aneh. Kau meneliti anak ringkih berambut hitam kehijauan itu dari atas ke bawah, itu anak yang menghancurkan robot berpoin nol. Kau memutuskan untuk ikut mendekati pintu.

Dari yang kau dengar, anak ini bernama Midorima atau apalah, dia memukul habis robot itu karena dia hendak menyelamatkan seseorang. Kau mendekat padanya dan menatapnya dengan ekspresi yang kosong, itu membuat si bocah zero point merasa terintimidasi.

"A-Ada yang bisa kubantu?" Tanyanya dengan suara pelan bergetar. Kau menyandarkan bahumu ke dinding, "Kau tidak terlihat seperti seseorang yang mampu menghancurkan robot raksasa dalam sekali pukul. Apa quirk mu, zero point boy?" Si zero point berkeringat, menelan ludah dan putus-putus berusaha menjelaskan quirk nya. Tapi penjelasannya tidak sampai di telingamu dengan jelas, kau menghela nafas berat, mengingat bahwa kemarin kau tidak bisa memasuki robot raksasa itu dalam wujud abumu. Dan mendadak robot itu sudah ambruk, oleh seorang anak yang terlihat lebih kecil darimu. Kau berdecak, masa aku kalah dengan bocah ini. Namun kau mendadak tersenyum miring, mungkin itu hanya keebetulan. Mungkin anak ini hanya berruntung, mungkin robotnya sedang malfungsi saat itu. Kau mengulurkan tanganmu, "(L/n) (M/n), kau Midorima..?"

"A-aku Midoriya! Midoriya Izuku!" Dia gelagapan menjabat tanganmu yang terasa dingin ditelapak tangannya; hal itu membuatnya terkejut, jadi dia buru-buru melepas tanganmu setelahnya. Kau, tanpa peduli ekspresinya, kembali ke tempat dudukmu.

Untuk anak yang bicara saja malas, cukup mengejutkan saat mengetahui bahwa kau memilih duduk di depan. Namun itu hanya karena saat ini kau butuh duduk di depan. Sejak ujian praktek kau kehilangan sebuah bagian dari retinamu karena kau terlalu lama berada dalam wujud abumu, dan kini kau sedang dalam masa regenerasi sel, pandanganmu saat ini sama saja dengan penderita miopi minus 3. Kau butuh duduk di depan untuk sementara waktu agar kau bisa melihat papan tulis.

Dalam beberapa menit kelas sudah ramai. Anak yang duduk di belakangmu, Aoyama Yuuga, terus menanyaimu apa rambutnya terlihat tampan hari ini. Kau ingin mengabaikannya, tapi dia tidak berhenti sebelum kau benar-benar menjawab dan menyampaikan pujian. Bukan, kau bukan orang yang mudah kesal seperti si Yakuza pirang yang marah-marah tadi pagi, kau hanya malas berbicara. Akhirnya kau menanggapi Aoyama dengan memaksa tubuhmu berbalik menghadapnya, "Kau terlihat sempurna, oke? Apalagi kalau kau menyimpan suaramu untuk hal-hal yang lebih penting, bukan untukku," ujarmu, lantas kembali menghadap ke depan. Aoyama terkejut. Tentu saja! Kau mengatakan hal manis dengan raut wajah datar yang seram, siapa yang tidak akan terkejut.

Pandanganmu teralihkan ketika kau melihat seorang pria paruh baya keluar dari kantung tidur kuningnya. Wajahnya kuyu.

... Tunggu sebentar.

Kau melihat pantulan wajahmu sekilas di layar ponselmu. Wajahmu tidak jauh berbeda dengan pria itu, bedanya dia hanya lebih tua dan matanya lebih merah.

"Kalian butuh 8 detik untuk diam, tidak baik, apa kalian benar-benar ingin menjadi pahlawan?" Kata pria bermata kuyu itu, "Aku Aizawa Shouta, wali kelas kalian." Pria itu mengeluarkan sesuatu dari kantung tidurnya. Seperti sebuah hero suit namun lebih sederhana, warnanya mengingatkanmu pada hero kesukaanmu di Amerika sana, Captain America dari organisasi Avengers. "Pakailah ini dan pergilah ke lapangan, aku menunggu disana jadi cepatlah." Hanya begitu lantas dia berbalik meninggalkan kelas.

Apakah kalian akan langsung melakukan pelajaran kepahlawanan? Ini akan mudah. Kau bersemangat soal ini, hanya satu yang mengecewakanmu, wali kelasmu rupanya bukanlah All Might.

______to be continued

Hai, hai. Makasih udah mampir. Oke iya gitu aja, saya bingung mau ngomong apa. Sekali lagi, kalau anda tidak suka Yaoi mohon gausa baca gaes. DAN IYAHAHAHAHA, SAYA BIKIN MKALIAN SATU UNIVERSE SAMA PARA SUPERHERO MARVEL (ah, ga kreatif lu, thor) biarin anj.

Ash (Boku No Hero Academia x Male!Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang