Adapting

1.6K 259 14
                                    

U __________

Kalian kembali dari latihan pertarungan pertama kalian saat langit sudah berwarna kekuningan. Setelah kembali dari ruang ganti, murid lainnya memutuskan untuk menunggu Midoriya kembali dari ruangan kesehatan. Kau juga sebenarnya ingin melihat rupa si zero point setelah tangannya remuk parah seperti tadi, tapi keinginan untuk kembali ke rumah dan segera tidur mengalahkan rasa penasaran itu.

Kau mengemasi tasmu setelah kau menyampaikan pada Tokoyami bahwa kau akan pulang lebih dulu.

"Kalau begitu hati-hati."

Kau mengangguk seperlunya dan langsung keluar dari kelas.

Ternyata ada yang lebih dulu keluar dari kelas sebelumnya. Bakugou. Wajahnya terlipat, kesal, namun tidak terlihat semarah biasanya—semua orang tahu dia selalu marah. Ada yang janggal dengan ekspresinya itu. Tapi kau memutuskan untuk tidak mengajaknya bicara, menghindari masalah. Lalu, berjalan melewatinya.

"Teleporter sialan."

Kau menghentikan langkahmu mendengar panggilan itu. Menoleh sedikit, menandakan bahwa kau mendengarkan. Tapi dia tidak memanggilmu, yang tadi itu hanya gumaman. Dan dia terkejut saat kau menghentikan langkahmu, tepatnya dia terkejut bahwa kau mendengarnya.

"AAAAHHH! PERGI SANA! AKU BENAR-BENAR MUAK MELIHAT WAJAHMU!!" Bakugou mengepalkan tangannya kesal, membuat ledakan-ledakan kecil yang kau tahu akan menjadi ledakan besar jika kau tidak pergi sekarang. Tapi dengan bodohnya kau menoleh lebih jauh lagi. "APA YANG KAU LIHAT HAH?!"

"Kau menghancurkan si zero point dengan mudah." Tanggapmu. Walaupun zero point tetap menang.

"Hah?"

"Aku kaget kau bukan murid yang direkomendasikan." Dengan itu kau berbalik dan lanjut berjalan. Bakugou menatap punggungmu tidak percaya. Apa dia memujiku? Si bodoh itu memujiku? Bakugou menggertakkan giginya menahan kesal. Sungguh dia kesal. Tapi untuk pertama kalinya dia tidak memiliki keinginan untuk meledakkan seseorang, dia tidak ingin meledakkanmu. Brengsek, tentu saja aku ingin meledakkan wajahnya yang menjijikan itu!

Dan dia menyangkalnya.

_______________

Keesokan harinya, rutinitasmu masih sama. Perbedaannya adalah kali ini kau tidak lagi dipuji-puji. Interaksi yang terjadi pagi ini hanyalah Aoyama yang mengomentari kostummu—tentang kau terlihat seksi saat memakainya, atau tentang warna kostum itu yang terlalu gelap. Kau hanya memberi anggukan dan gelengan seperlunya, sekedar memberi tanda pada si pirang berkilau itu bahwa kau mendengarkan.

Dan interaksi sepihak berupa tatapan tajam dari Todoroki yang terus-menerus memperhatikan matamu yang sebagian besar tertutup poni (h/c).

Dan kali ini kalian tidak butuh waktu lama untuk diam setelah melihat sosok Aizawa di ambang pintu. Tidak, kalian tidak membuat guru bermata kuyu itu bangga, namun sekiranga kalian tidak membuatnya kesal. Dia berjalan ke meja guru. Penampilannya masih sama dengan terakhir kali kalian melihatnya. Rambut berantakan, cambang dan jenggot berantakan, dan wajahnya yang setengah tenggelam di antara tumpukan kain mirip perban yang membuatnya mirip seperti mayat hidup.

Aku ingin menyentuh kain itu, pikirmu. Kau ingin tahu dari bahan apa kain itu dibuat. Saat menahan Bakugou yang marah pada Midoriya pada saat tes penguasaan quirk tempo hari, Aizawa berkata bahwa kain itu adalah senjatanya, dan itu tidak bisa diledakkan. Kau ingin menyentuh kain itu.

"Aku sudah menerima laporan latihan kalian. Hasilnya bagus, aku akan memperlihatkan rekaman dan hasil nilainya nanti," Aizawa memulai kelasnya. Dia memegang tumpukan tipis kertas yang mungkin adalah laporan hasil latihan kalian. Dia menoleh pada Bakugou setelah dia mengangkat matanya dari kertas-kertas itu, "Bakugou, kau itu berbakat tapi temperamenmu itu kekanak-kanakkan."

Ash (Boku No Hero Academia x Male!Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang