"karena hal menyenangkan akan lebih
berarti setelah melewati hal yang menyedihkan."
Rin balik, kuy!
Mereka pun menuju ke gerbang sekolah bersama bersama, terlihat dari jauh Rina melihat sosok lelaki yang memakai seragam sekolahnya, dengan headset di telinganya laki laki yang begitu di femiliar bagi Rina, yak! tentu sekali itu Rifan. Rifan yang sudah melihat Rina sedari tadi yang sedang menuju ke arahnya bersama teman temannya tersenyum dengan begitu lebar.
"yok Rin, udah siapkan?" tanya Rifan sambil memakai boomber berwarna hitam miliknya, yang membuat dia menjadi lebih tampan.
"owhh pantes aja kita ajak ke salon tadi enggak mau, mau pergi toh sama pacarnya eh maksudnya Rifan." Kata Chika sambil cekikikan, menggoda sahabatnya itu.
"apasi kalian ini, dia Cuma minta temenin beli sesuatu aja kok." Kata Rina membela diri.
"yaudah ya selamat bersenang senang ya!" ujar Desti sambil melambaikan tangannya. Rina dan Rifan pun pergi meninggalkan teman temannya dan pergi ke sebuah toko aksesoris wanita menggunakan motor ninja milik Rifan yang di hadiahkan oleh ayah nya pada ulang tahun Rifan bulan lalu.
"kita ke toko aksesoris wanita? Untuk apa Fan? emangnya elo mau pake acessoris wanita apa -_-* ?"
"ya enggak lah Rin, Gue mau beliin kado untuk teman gue." ujar Rifan sambil masuk ke dalam toko tersebut.
Mereka pun melihat melihat barang barang seperti kaca mata, topi kalung, dan lain lain. Mata Rina bertuju pada 1 kalung yang berliontin balerina yang sangat indah.
"Rin, Rin, ini bagus gak?" panggil Rifan yang tidak di tanggapi oleh Rina karena tidak mendengarnya.
"Rina ngeliatin apa sih ?" ujar Rifan sambil memegang pundak Rina.
"eh sorry Fan, enggak fokus. Itu ngeliatin kalung itu yang liontin nya balerina, bagus ya" kata Rina sambil menunjuk kalung yang berliontin balerina itu.
"iya, kenapa gue gak ngeliat dari tadi ya, mbak coba lihat kalung yang berliontin balerina itu?" pinta Rifan pada pemilik toko itu.
"Rin, coba lo pake geh cukup gak sama lo, sini gue pakein" kata Rifan.
"Wahh, bagus Rin, jadi tambah cantik deh" puji Rifan setelah Rifan melihat kalungnya yang sudah berada di leher Rina.
"yaudah mbak , saya ambil yang ini ya satu" Rifan pun membeli kalung tersebut.
"Yok Rina pulang, gue anter elo ke rumah ya" pinta Rifan yang di setujui oleh Rina.
Setelah beberapa menit akhirnya Rifan dan Rinapun sampai di depan Rumanhnya Rina. Karena kebetulan tokonya pun dengan rumah Rina tidak begitu jauh. "Rina makasih ya udah nemenin."
"Iya sama sama, yaudah sana gih cepat pulang mendung tauu" Rina pun masuk kedalam rumah, dengan senyuman manis terakhir Rina menatap Rifan sebelum masuk ke dalam pintu rumahnya itu.
"mahh Rina pulang..."
"eh anak mama kenapa senyum senyum sendiri?" tanya mamanya curiga dengan tingkah lakunya Rina.
"gak papa mah, Rina kekamar dulu yaa"
Rina pun menganti pakaian nya. Lalu mengerjakan tugas dari guru bahasa Indonesia.
Gak bakal terjadi lagi di hukum guru kayak tadi. Batin Rina dalam hati. setelah beberapa menit kemudian tugas yang di berikan oleh guru pun sudah di selesaikan oleh Rina. Dia langsung berniat untuk bermain sosmed miliknya. Rina pun melihat lihat postan dari akun akun quote yang memang Rina sudah Add sebelumnya. Rin pun melihat foto foto Rina dan ke 3 sahabat mereka yang tadi sempat di ambil di sekolah, di antara foto selfi mereka ada salah satu foto yang menurut Rina bagus untuk menggambarkan kejadian hari ini.
Nah lucu nih foto, cocok ni untuk mengambarkan kejadian hari ini, apa yah capction nya hmm? Tanya Rina pada diri sendiri "sahabat memeng selalu ada buat kita, sahabat adalah seseorang yang selalau ada dalam masa sulit kita, bukan sahabat namanya jika dalam masa sulit, kita di tinggalkan. Tahank's sahabat sahabat gue, untuk hukumannya hahaha." Dah unggah deh.
Tidak lama setelah postan itu di unggah di akun insatgaram milik Rina. Komen komen bermunculan dari ke tiga sahabatnya itu.
"Dih muka gua paling cantik!"
"Capt nya ashooooy :v"
"Yaa ulah siapa tu coba ngegosipin guru, istighfar anak anak. Tidak baik."
"Yaa elu itu chik. DASAR!"
"Woi muka gua cantik woi!"
"Bodo amat Han"
Rina yang melihat isi komen foto unggahannya itu hanya bisa tercekikik di depan layar hanphone nya itu melihat komen komen yang di lontarkan oleh teman temannya itu.
Rifan, oh iya Rifan sudah sampai belum ya dia? Aduh mana ujan lagi. Jangan jangan dia sekarang kehujanan, dan sekarang lagi neduh di warung kopi. Kesian banget deh kalo sampe kek gitu. Kalo kayak gitu kan mending tadi gue balik pake taxi, terus dia langsung pulang aja. Jadikan gua gak keujanan terus dia juga gak keujanan. Kan adil. Ah bego. Telat pemikirannya Rina Rina. Cerocos Rina pada dirinya sendiri.
Apa gue telphone aja kali ya. Tapi iss, nanti dia kege-eran lagi. Tapi kan kalo dia kenapa kenapa juga tanggung jawab gue, karena dia nganterin gue pulang, nanti kalo ada apa-apa terus berkaitan sama polisi misalnya, pasti gue juga yang di introgasi, secara gue orang terakhir yang sedang bersama dia hari ini. Ah. Cerocos Rina lagi, yang sebenarnya untuk menutupi hal ke khawatir dan ke gengsian dia akan Rifan.
Rinapun mengambil hanpone nya yang tepat berada di sebelahnya, dan langsung menguhubungin Rifan.
"Halo"
"Halo Fan, lo dimana?"
"Aaaa cieee kangen yaa"
"Dih jijik amat. Seriusan dimana?"
"Baru juga sejam yang lalu ketemu Rin masa udah kangen"
"BODO AMAT FAN!"
"Hahahaha, iya iya. Di rumah lah."
"Owhh yaudah."
"Kenapa?"
"Gak papa"
"Nah gak jelas. Pasti lo khawatirkan, takut gue ke ujanan. Iyaa kan???"
Lah kok dia bisa tau yak. "idiih mana ada. Najiss khawatirin elu. Taku lo ketabrak mobil gitu kan siapa tau, terus nanti kan pasti gue yang bakal di introgasi sama polisi karena orang yang terakhir ketemu elu."
"Gilaaa ni bocah. Pengen bener gue mati yaa! Kangen mampus lo!"
"Bodo ah. Bye."
Darah tinggi bener ngomong sama orang satu ini yaallah. Untung aja via telphone kalo langsung aja udah gue gibeng ntu orang. Hadeh.
�Ɩ�5�
KAMU SEDANG MEMBACA
Seandainya Kau Tahu
RomanceRahasia mu begitu membuatku terkejut. begitu membuatku kecewa. bukan dengan dirimu, melainkan kecewa dengan diriku sendiri. harus menempatkan perasaan ini pada kamu. kalau aku seorang dewa cinta, sekarang, detik ini, mungkin aku sudah mengubah peras...