"Lagian kenapa bisa sampe kena bola sih lo ngelamunin apa sampe gak tau kalo ada bola yang sudah siap menerjang kepala lo?" kali ini laki-laki ini membuka suara untuk yang kedua kalinya
"lo" jawab Rina dengan suara yang sangat kecil, dan serak.
"Ha? Apa? Rin!?" tanya Rifan.
"Ha? Enggak. Gue tadi seketika melamun mikir UN nanti aja, hehe" Balasnya cepat, sambil menyengir.
"gue gak suka."
"gak suka kenapa?"
"gak suka sama pemikiran lo."
"lah kok? Apa yang salah? Mikirin UN kan malah bagus."
"bukan masalah UN nya."
"lalu?"
"gue gak suka sama semua yang ngebuat elo bahaya."
"Rifan."
Seketika ruangan yang di penuhi alat medis sekedarnya itu menjadi hening beberapa saat. Tatapan Rifan yang begitu tajam melihat dirinya yang sedang terbaring di atas kasur UKS Membuat dirinya menjadi susah bernafas beberapa saat.
Suara Rifan memecahkan keheningan dan tatapan yang ada di antara mereka berdua. "gue anter pulang!"
"gue bisa sen ...."
"bisa apa? Sendiri? Gue bilang apa? Gue ga suka sama semua yang ngebuat elo bahaya. Lo belum pulih, gue gak bisa ngebiarin elu pulang sendiri. Lagian juga supir lo kan lagi izin hari ini. Tunggu gue di pager sekolah, gue ngambil motor."
Sebelum Rina menjawab sepatah kalimat lagi, Rifan langsung cepat meninggalkan ruangan itu untuk mengurus permit keluar mengantar Rina dan izin Rina. Yah. Dan Rina hanya bisa terpaku di atas tempat tidur itu melihat cowok yang super dupel menjengkelkan itu berubah pesat menjadi cowok yang mungkin di dambakan oleh semua wanita. There is Rifan. Betapa istimewah nya dia bukan.
Rina yang sudah tepat berada di depan pager sekolah masih menunggu Rifan yang sedang mengambil motor di parkiran.
"Rin, ayok!"
"kok lama betul"
"sorry tadi ngurusnya agak ribet ke BK nya, ya lo tau sendiri lah."
" iya aja, lagi males ribut, udah cepet anter gue pulang." Jawab si muka pucat dengan sinis sambil menaiki kendaraan yang sudah berda tepat di depannya.
"Rin pegangan" kata Rifan berteriak, karena suara kendaraan yang sangat bising.
"apaa?" tanya Rina yang tidak begitu jelas mendengar kalimat yang di ucapkan Rifan.
"cepat pegangan nanti jatuh" ujarnya sekali lagi.
"iya iya." Kata Rina, yang sedikit ragu dan langsung mengikuti perintah Rifan.
Rina pun memeluk pinggang Rifan dengan erat. Baru kali ini dia sebegitu perhatiannya, apakah gue harus sakit dulu agar dia selalu bersamaku tuhan? Bisik Rina dalam hati.
gue yang sambil berfikir didalam pelukan Rifan. kenapa gue hari ini? Ini bukan lo yang tegar yang selalu bahagia, sejak kapan Rin elo sampai pingsan Cuma gara gara enggak enak badan saja? Apa yang salah dengan dirimu Rin? Apakah sakit hati? Apa iya, sakit hati dapat membuat siapa saja yang merasakannya menjadi lemah? Apa iyaa?
"Rin?" Suara khas itu memanggil Rina
"Rin,Rin?" panggilnya sekali lagi.
Rinapun bangun dari tidurnya yang tidak di rencanakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seandainya Kau Tahu
RomansaRahasia mu begitu membuatku terkejut. begitu membuatku kecewa. bukan dengan dirimu, melainkan kecewa dengan diriku sendiri. harus menempatkan perasaan ini pada kamu. kalau aku seorang dewa cinta, sekarang, detik ini, mungkin aku sudah mengubah peras...