"Layaknya seorang teman, tapi bukan hanya sekedar teman.
Seperti seseorang kekasih, tetapi bukan kekasih."
Kicauan burung yang merdu dan sinar matahari yang masuk lewat jendela kamar gue, mengawali minggu pagi hari ini. Perasaan itu masih ada dan masih sama seperti biasanya. Harapan harapan akan sosok dirinya juga masih terus berlalu lalang di benak gue. Entahlah sampai kapan perasaan itu akan terus ada, bahakan mungkin akan terus tumbuh. Berusaha melupukan sering ku coba, tapi hasilnya sia-sia, bukannya hilang malah tambah melekat. Yah, kadang hidup se konyol itu. Yaa begitulah mengharap kan seseorang yang dekat dengan kita dahulu, atau mungkin juga sekarang yang mengharapkan orang lain. Aneh, jelas. Mengharapkan seseorang yang jelas tidak mengharapkan kita. Percuma? PASTI.
Dut dut ... tiba tiba handpone Rina bergetar. Terlihat pesan dari Rifan masuk ke handpone yang berada di atas kasurnya itu.
"Pagi cantik. Sudah baikan? Jalan yok bosen nih di rumah."
"Pagi, alhamdullilah. Hmm,boleh gue juga lagi pengen jalan nih."
"Oke, gua jemput jam 10.00 ya."
Setelah pesan singkat dari lelaki itu masuk. Rina langsung cepat-cepat mandi dan bersiap siap. Dengan menggunakan kemeja hitam bergaris merah yang di buka begitu saja dengan kaos hitam dan rok hitam, Rina terlihat sangat cantik dengan pakaian itu plus tata an rambut bergelombang yang di urai menambah keindahan untuk di pandang.
"Assalammualaikum, Rina, Rina" kata Rifan sambil mengetok pintu berwarna dop hitam itu.
"Waalaikumsallam, eh Rifan. Mau jemput Rina ya??" kata mamanya setelah membuka pintu rumahnya.
"iya te." Jawab Rifan, sambil memunculkan senyuman
"Rina, Rina .... ini ada Rifan" teriak mamanya.
"iya maa" balas Rina dengan teriakan dari dalam kamarnya
"lamaa amat kamu nak, udah cantik kok gak usanh ngaca terus lah dari tadi"
"ihh mama apasii"
"yaudah Rina pergi ya mha assalammualaikum"
Rina dan Rifan pun langsung melesap pergi dengan cepat, setelah berpamitan. Entah mereka mau pergi kemana, Rina tidak memikirkannya, yang dia fikirkan hanya, kemana pun tujuan ini yang penting Rifan slalu bersamanya.
Rasa ini rasa ini yang sulit ku hilanggkan dari mu Rifan rasa nyaman dan ketergantungan ini yang menjadi salah satu aku susah untuk melupakanmu. Seandainya kau tahu apa isi perasaan ini terhadap mu. Entah apa yang akan terjadi, mungkin saja engkau akan mengerti tapi mungkin saja kau juga akan menjauhi ku. Diam adalah jalan satu-satu nya
Di tengah tengah perjalanan tiba tiba saja motor Rifan mogok. Mereka pun bingung kenapa motornya mogok begitu saja. Setelah Rifan cari tahu apa yang terjadi dengan motornya. ternyata bensin motornya itu habis. Rifan dan Rina kebingungan dan memutuskan untuk berjalan mencari pombensin terdekat.
"Rina maaf ya"
"ah iya gak apa, santai kali. Kayak baru kenal gue aja Fan Fan"
"masih lumayan jauh nih, lo kuat?" tanya Rifan, memastikan Rina tidak lelah.
"Rina kok lemah, ga ada rumusnya Rina lemah"
"baru aja kemarin ada yang pingsan Cuma gara gara KEPUKUL BOLA, sok sokan gak lemah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Seandainya Kau Tahu
RomansaRahasia mu begitu membuatku terkejut. begitu membuatku kecewa. bukan dengan dirimu, melainkan kecewa dengan diriku sendiri. harus menempatkan perasaan ini pada kamu. kalau aku seorang dewa cinta, sekarang, detik ini, mungkin aku sudah mengubah peras...