03 - CIRCLE

473 47 53
                                    

    Bau asap rokok membakar ruangan VIP dengan cahaya minim remang-remang, tiga orang pria tengah tertawa ria berkecamuk dengan botol-botol alkohol yang berderet di meja menikmati duniawi yang bisa mereka beli..
Tidak ada yang menghentikan kepulan asap tebal itu, seluruh penghuni VIP begitu menikmati, bahkan para wanita yang mereka sewa pun tengah duduk manis dengan tawa dibibir yang begitu lebar. Bak mendapatkan harta karun, mereka; para wanita itu sangat senang melayani pria-pria tersohor dan kaya raya.

     

Dean mengecup leher wanita yang sudah satu jam memeluk tubuhnya begitu erat,      "Diam dulu, kita bisa bermain nanti sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dean mengecup leher wanita yang sudah satu jam memeluk tubuhnya begitu erat,
"Diam dulu, kita bisa bermain nanti sayang." bisik Dean ditelinga wanita sewaanya.

Rengga tersenyum seduktif, hanya dirinya dan Edgar saja yang masih sadar walau sudah menghabiskan empat botol shampaye. Dua pria itu memang sangat kuat, terlebih Edgar. Jarang sekali mengalami mabuk. Pernah saat SMP Rengga dan Dean mengerjai Edgar memberikan taruhan pada Edgar untuk meminum 7 botol beer jika berhasil Edgar bisa melakukan apa pun sesuka hatinya, dan dengan gilanya, setelah menghabiskan seluruh isi botor beer itu, Edgar masih bisa tertawa terbahak-bahak dengan bangga, lalu menampar wajah Dean dan Rengga bolak-balik dengan tangan kosongnya, yap Edgar tidak runtuh, ia bahkan masih bisa menyetir mobilnya ke rumah.

     "Kau masih tidak ingin menceritakan siapa gadis itu pada kami, Re ?!" bola mata Edgar melirik tajam pada Rengga yang sedang menghisap rokoknya.

Rengga terkekeh pelan, lalu melirik Dean dengan wajah kesal "Kau memberitahukannya ?" sanggah Rengga, mempertanyakan hal yang Dean takutkan sejak kemarin

    Tidak ingin sepenuhnya disalahkan, Dean mengelak, ia tersenyum cengengesan seolah sedang menertawakan Rengga dan Edgar, padahal sedang menertawakan kebodohannya sendiri. "Heii, bukan sepenuhnya salahku semua, Re. Aku saja tidak ingat apa yang aku katakan."

Edgar tersenyum remeh mendengar penuturan Dean yang sedang berusaha membela diri sendiri itu.

    "Salahkan dia tuh, aku mabuk. Dan dia bertanya hal yang tidak-tidak." Dean menunjuk Edgar dengan jarinya. Matanya membulat dengan ekspresi serius.

    "Dasar stupid." gumam Edgar dengan pelan "Aku hanya bertanya, dan kau menjawabnya."

    "Tapi kau bertanya saat aku mabuk, itu curang, Ed."

Rengga menghembuskan nafas panjangnya dengan berat, lalu beranjak dari kursinya.

     "Mau kemana ?" tanya Dean yang tampak bingung melihat Rengga tiba-tiba berdiri.

     "Menamparmu!"

PLAK!!
    "Keparat! Ini asetku, Rengga!" teriak Dean yang langsung mengusap-usap pipinya yang panas dengan satu tangan.

OBSSESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang