"Valeria, tunggu saya." Edgar mengejar Valeria dengan langkah yang terburu-buru, nafasnya tercekal kepalanya mendadak pening. Ada apa ? Apa dirinya begitu takut membuat Valeria gadis yang baru ia temui sehari itu terluka hanya karena perkataan, Dean ?Setelah sebelumnya dimobil Valeria tidak menyahut satu pun pertanyaan Edgar yang terlontar, suasana seperti semakin keruh saat Edgar melihat Valeria membanting pintu mobil begitu saja.
"Valeria, saya bilang tunggu saya." Edgar menggapai tangan Valeria dengan cepat, tubuh kecil itu limbung berputar sembilan puluh drajat tepat pada dadanya.
"Saya bilang tunggu, Valeria."
Valeria diam, bibirnya tertutup rapat dengan wajah yang begitu merah dibagian pupil mata. Edgar tahu itu, iya Edgar tahu Valeria sedang menahan tangisnya. Wajahnya persis seperti wajah yang ia lihat saat di pesawat.
"Ada apa, kak ?" sahut Valeria dengan suara penuh keraguan.
"Kamu marah sama saya, Valeria ?"
Valeria menggeleng sumbunya masih menatap Edgar, "Saya marah sama teman, kakak."
"Dean ?"
Valeria mengangguk mengiyakan pertanyaan Edgar. "Orang tidak sopan itu." urai Valeria
Hati Edgar melongos, rasa sesak yang semula terletak entah ada dimana mendadak hilang mendengar jawaban Valeria, entah mengapa hatinya terasa lega saat tahu Valeria tidak sedang marah padanya.
Senyuman kecil yang terbesit dibibir tipis Valeria membuat Edgar semaki diam, menunggu kalimat yang akan dilontarkan gadis itu kembali
"Saya bukan pelacur yang kakak sewa, memang tampang saya seperti wanita-wanita seperti itu, kak ?"
Lucu sekali, anak itu. Berusaha menyuarakan kemarahan tapi senyum-senyum dulu sebelum bicara.
"Tidak."
"Terus kenapa dia merendahkan saya di depan umum, Kakak juga engga bela saya ?!"
"Jadi mau dibela seperti apa Valeria ?"
Edgar diam, mendadak pegangan tangannya mengendur membuat Valeria langsung menghempaskan tangan Edgar dari dirinya.
"Saya juga bukan adik kakak."
"Loh ?"
"Mana ada adik kakak yang makan diresto retro malam hari,"
Pupil keduanya beradu, untuk kali pertamanya Valeria dan Edgar saling menatap satu sama lain dengan jarak begitu dekat.
"Terus kita ini apa ?" Edgar bertanya pura-pura tak mengerti.
"Orang asing-lah," sahut Valeria dengan cepat, dua tangannya kini menyilang di dada.
"Ooh, yasudah. Sensitif banget, yang habis diputusin."
Bola mata Valeria membulat mendengar kalimat yang Edgar ucapkan, terkesan menyinggung dirinya dengan blak-blakan.
"Jomblo." ceplos Edgar lagi
"Saya punya pa-ca-r !!." bubuh Valeria kemudian langsung melenggang pergi meninggalkan Edgar yang masih diam mematung mencerna kalimat yang terlontar dari gadis kecil yang sebelumnya merengekan seorang pria dipesawat....
"Saya..." decih Edgar, tersenyum kecil melihat pemandangan punggung Valeria yang menghilang ditelan pintu.
"Valeria valeriaa kadang saya, kadang aku, kadang kamu, kadang kakak, besok-besok apa lagi ?"