04 - DIA DATANG

410 38 20
                                    


Masih di satu hari yang lalu, saat keberangkatan Valeria menuju Australia. Gadis kurus itu menderek dua koper besarnya, langkahnya mengayun dengan gontai mengingat kejadian pahit semalam bersama Rengga.

Valeria kembali menangis, rasanya masih tak percaya bila dirinya akan selemah ini. Rasa kecewa yang begitu dalam membuat Valeria terus membungkam mulutnya sejak kemarin malam.

Di Airport Valeria menggunakan kacamata hitamnya, ia tidak ingin menjadi bahan tontonan orang-orang karena harus berjalan dengan air mata yang terus mengalir. Valeria membiarkan air matanya berjatuhan dimana saja, tidak ia seka tidak ia tahan, ia biarkan dirinya menangis tanpa suara.
Sejak 30 menit tadi, selama didalam pesawat Valeria tidak melihat ke kanan dan ke kirinya, ia hanya fokus pada bayangannya sendiri yang menyedihkan. Sampai pada saat pesawat yang ditumpanginya akan take off, Valeria melepas kacamatanya.

"Kau baik-baik saja ?" ucap seseorang disampingnya, Valeria menoleh melihat ke arah sumber suara, mendapati seorang pria belasteran sedang menatap iba dirinya.

Oh god!

Valeria menganggukan kepalanya pelan, tatapannya kembali kosong, air mata Valeria kembali luruh.

"Kau tidak baik-baik saja." ucap seseorang itu lagi, tangan pria itu mengayun dan dengan berani mengusap air mata dipipinya.
"Kau menahan air matamu yang terus ingin keluar, menangislah, percuma kau menahannya. Itu tidak berguna."

Mendengar kalimat itu, hati Valeria luruh. Perasaan Valeria yang mudah tersentuh mendadak kumat. la berkaca-kaca sedih akan ucapan yang terlontar dari pria asing itu barusan. Suaranya melirih saat bertutur, "Kalau aku membiarkan hatiku menangis, aku akan semakin terlihat menyedihkan."

"Tidak, saya jamin tidak akan ada orang yang melihatmu seperti itu." urai seseorang itu lagi.

Valeria menangis, bibirnya bergetar. Tangisan itu kali ini mendengarkan suaranya, Valeria tersendu-sendu ditengah keheningan pesawat. Kenangan paling indah yang pernah ia alami seketika muncul dalam benaknya. Potongan kejadian di masa lalu ketika ia pertama kali merasakan cintanya pada seorang pria, Rengga Orlando.
Ia juga teringat selembut dan sebaik apa cara Rengga memperlakukannya selama ini, semua keindahan itu hancur lebur saat Valeria mendengar sebuah pengakuan bahwa ternyata Rengga hanya menganggapnya adik, selama ini. Rengga menjelaskan dengan hati-hati saat mengatakan bahwa dirinya sedang menjalin sebuah hubungan serius dengan seseorang.

"Aku buruk sekali, aku begitu buruk. Aku benci diriku sendiri.." lirih Valeria dalam tangisannya..
"Aku kehilangan semangat hidupku saat ibuku tiada, aku hidup dengan setengah nyawa, dan sekarang nyawa itu telah pergi juga..."

Valeria menatap pria asing disebelahnya, pria itu terus mengusap air mata dipipinya dengan setia, tidak tersenyum tidak juga ikut menangis, Valeria hanya merasakan bila wajah datar dihadapannya itu sedang begitu peduli pada dirinya.

"Kenapa kau memutuskan untuk jatuh cinta diusiamu yang begitu muda.." gumam pria itu begitu pelan, kalimatnya bahkan tidak terdengar penuh ditelinga Valeria


***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
OBSSESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang