"Kamu kenal dia ?" tanya Edgar dengan mimik penuh tanya.Saat ini mereka berada di lantai atas, Edgar langsung membawa Valeria ke tempat lain, membentuk ruang private dari kedua sahabatnya; Dean dan Rengga.
Valeria mengangguk kecil, lalu tersenyum berusaha menampilkan sisi terbaiknya pada Edgar.
"Kamu kenapa ? kamu baik-baik aja kan ?" tanya Edgar dengan suara cemas yang tak dapat ia sembunyikan. Valeria menggeleng pelan
"Aku baik-baik aja kak.""Orang yang baik-baik aja engga mungkin kasih respon berbeda buat satu pertanyaan, Valeria." Edgar menatap lekat mata gadis dihadapannya, tidak ada linangan air mata, tidak ada getaran hebat yang ia lihat diwajah gadis itu. Aneh.
Hal itu yang membuat Edgar menahan Valeria sedikit lebih lama, ia bingung dengan Valeria, tembok apa yang sedang dibangunnya sampai ia sulit meraba apa yang dirasakan gadis itu.
"Bilang Valeria, saya harus bagaimana ? saya tidak tahu kalau kamu juga mengenal Rengga." pertanyaan Edgar lagi-lagi berhasil membuat Valeria terkekeh kecil. Pasalnya baru kali ini ia melihat mimik Edgar begitu cemas dan serius. Hal ini sangat berbeda dari Edgar yang ia kenal kemarin.
Hawa panas mulai menjalari wajahnya saat pandangannya beradu dengan Edgar beberapa detik.
Cesss!!
Sialnya, eye contact itu berhasil meraba luka yang mati-matian ia tutupi satu minggu ini..."Aku baik-baik aja kak, kamu engga perlu ngapa-ngapain buat aku." balas Valeria dengan suara yang sedikit bergetar.
Nyatanya Edgar tidak semudah itu dibohongi, ia tahu ada goresan luka dari tatapan Valeria tadi, ia jelas melihatnya. Edgar segera meraih tangan kiri Valeria,
"Kamu mau saya usir mereka sekarang ? Saya bisa usir mereka, Vale." ucap Edgar, ia memang tidak tahu hal apa yang terjadi antara sahabatnya dan Valeria, namun dari sorot mata gadis itu, Edgar dapat merasakan bahwa Valeria sedang menahan diri dari Rengga."Engga perlu, kak. Toh Vale mau ke kampus juga,"
Edgar langsung berbalik meninggalkan Valeria "Biar saya usir mereka dulu." ucapnya dengan cepat membuat Valeria membulatkan matanya dan segera meraih tangan Edgar, menahan pria tersebut untuk tidak melakukan hal yang baru saja di ucapkannya.
"Jangan kak, Vale engga mau hubungan kalian berantakan gara-gara Vale."
"Engga bakal Vale."
"Jangan...." Valeria tetap menolak dengan keras, "Please, please... bersikap biasa aja kak, jangan peduli sama aku."
"Orang tua kamu sudah menitipkan kamu kepada saya Valeria, wajib bagi saya melindungi kamu." Edgar melihat sorot putus asa dari wajah Valeria, tangan kecil gadis itu juga langsung melepas pelan tangannya.
"....Kak, Rengga orang yang aku ceritain di pesawat," lirih Valeria pelan bibirnya melukiskan senyuman lagi. Senyuman penuh luka yang dapat dirasakan Edgar.
"Rengga dunia aku, kemarin..."
Keduanya hanya berdiri mematung, saling mencerna keadaan masing-masing. Edgar terkejut mendengar pengakuan singkat Valeria tentang Rengga.
Edgar tahu sifat Rengga seperti apa, ia jelas tahu Rengga memainkan banyak wanita disini, karena inilah pergaulan bebas yang mereka jalani, namun Valeria ? Kenapa ada rasa tak rela saat Valeria menyebutkan Rengga adalah alasan dibalik dunianya hancur.
Penghancur itu, kenapa harus sahabatnya?!
****
Pada akhirnya, Valeria di antar ke kampus oleh Rengga, tidak sulit bagi Rengga menyingkirkan ego Edgar yang menolak dirinya mendekati Valeria.