Bab 3 - Selangkah Lebih Dekat(Part a)

5.5K 720 48
                                    

"Enggak mungkin, lo berdua pasti bercanda. Udah deh nggak lucu" Lami menggeleng tak percaya. "kak Bintang itu ganteng, baik, pinter, perfect, nggak mungkin punya adik kayak.... ih" Lami menenggelamkan kepalanya di atas meja.

"Tapi lo nggak bisa pungkiri mereka berdua mirip" Skakmat. Lami menelan ludah. Benar, wajah Biru memang mirip dengan Bintang. "lagi pula akhiran nama mereka sama sama ada Angkasanya. Lo nggak punya alasan buat nggak percaya"

Lami mengangkat wajah lalu mengusapnya gusar. Bagaimana ini? Dia sudah memperlakukan Biru dengan tidak layak. Menendang anak itu di depan banyak orang, tidak menutup kemungkinan Biru akan merusak reputasinya di depan Bintang.

"lagian lo ngapain juga nendang anak orang, abis lo kalo dia ngelapor sama abangnya"

"Aduh Difaaa lo nggak liat mukanya sengeselin itu? jelas gue tending lah. Lo inget nggak cowok yang nyanyi di kafe coffe, nah orangnya itu dia , adiknya Kak Bintang"

"What! Jadi yang nolongin lo dia" Lami mengangguk lemah. Sekarang juga Lami harus bertindak sebelum Biru bercerita pada Bintang tentang dirinya. "Gue mau nyamperin Biru, sebelum dia ngomong yang aneh aneh sama kak Bintang" Lami berdiri dari duduknya kemudian beranjak ke luar kelas, masih ada waktu sebelum bell masuk belum berbunyi.

Belum genap sehari Biru bersekolah di SMA Angkasa dia sudah mendapatkan banyak teman. Lihat saja dia yang duduk di salah satu kursi kantin di kelilingi banyak cewek. "Dasar cowok genit" gerutu Lami tak sadar, dia memandang Biru dan gerombolan anak cewek dari kejauhan. Ada Nadine si pentolan sekolah juga, sesekali mereka tertawa. Sejak kapan Nadine sudah seakrab itu dengan Biru, Lami saja yang lebih dulu mengenal Biru tidak berani merangkul Biru seperti itu, dan tentu saja Lami tidak mau melakukannya.

Mungkin Lami harus berfikir dua kali jika ingin mengajak Biru bicara sekarang. Biar nanti saja dia minta maaf, lebih baik sekarang dia kembali kekelas.

"Haduhh!" saat akan berbalik wajahnya menabrak sesuatu yang cukup keras. Sejak kapan ada tembok di sana, Lami mendongak dan mendapati Bintang. Jadi tadi wajahnya menabrak dada Bintang? "Maaf Kak" Lami mundur selangkah.

"yang harusnya minta maaf kan gue Mi, lo nggak papa?" Lami mengangguk. Bibirnya kelu, mendadak bisu, dia kehabisan kata-kata. "lain kali hati-hati ya" betapa terkejutnya Lami saat Bintang tiba-tiba menggenggam tangannya. "temenin gue makan yuk, sekalian gue mau kenalin sama seseorang"

***

Ternyata orang yang ingin Bintang kenalkan pada Lami adalah Biru. Makan bersama itu tidak bisa Lami hindari dan pada akhirnya dia terpaksa makan dengan dua adik kakak yang sifatnya seperti bumi dan langit. Biru tak henti membuatnya kesal di hadapan Bintang, bahkan Biru mengaku bahwa mereka sudah saling kenal. Dasar bocah tengil!

"Mi lo kenapa sih, dari masuk kelas sampe sekarang bel pulang masih aja itu mulut monyong monyong kayak pantat ayam mau betelor"

Lami membereskan semua bukunya di atas meja. Memasukannya satu persatu kedalam tas. "gue kesel Dif" keluh Lami.

Tas sudah siap di punggung Difa, dia hanya tinggal duduk mendengarkan Lami berbicara. "dari tadi kesel mulu dah, kenapa?"

"ini semua gara gara bocah tengil itu, tadi kak Bintang ngajakin gue makan bareng di kantin dan sekalian bareng Biru, masa di depan kak Bintang dia ngaku kita udah kenal lama, dia bilang kalo gue sama dia tuh deket. Stress gue, dia mempersulit gue untuk mendapatkan hati kak bintang"

"makanya Mi udah gue bilang kan? Mending lo sama adiknya aja. Kayaknya dia naksir tuh sama lo"

Jesica menjentikkan jarinya. "setuju, gue restuin banget lo sama Biru Mi, ganteng dia sama kak Bintang tuh beda. Bintang gantengnya kalem, kalo Biru tuh menggelegar, dia agak menjurus ke badboy sih menurut gue, tapi bad meaning good you know"

BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang