Lelaki bertubuh tinggi dengan penuh tato menggeret tubuh Lami ke dalam gudang berdebu dan kotor itu. Tangan kekarnya menghempaskan tubuh Lami ketembok lalu mencengkram leher Lami dengan kekuatan penuh. Satu orang lainnya memeriksa tas sekolah milik Lami, mengeluarkan seluruh isi didalamnya, sontak Lami memekik melihat seluruh bukunya tumpah dan jatuh ke tanah yang sedikit berlumpur.
Tak pernah terlintas sedikitpun di benak Lami kejadian seperti ini akan menimpanya di hari pertama masuk sekolah. Dia menyalahkan diri sendiri dalam hati. Jika saja dia menerima tawaran Ranu—kakak laki-lakinya untuk berangkat bersama, mungkin sekarang dia sudah berada di sekolah dengan selamat .
"Sialan, bocah kere. Nggak ada duitnya nih." ucap preman lainnya yang berambut orange, ia mengumpat kesal lalu melempar tas kosong itu ke arah Lami.
"Duit lo mana hmm?!" Preman yang menyandera Lami mengangkat tangannya lalu mengelus pipi Lami seduktif membuat mata Lami memicing jijik.
"Gue gak punya duit, lepasin!" Lami mencoba membrontak namun sayang, tenaga orang itu jauh lebih kuat dibandingkan dengannya.
"Diam! Jangan banyak gaya kalau mau selamat." Preman itu mengeluarkan pisau kecil, namun Lami yakin sekali coretan saja pisau kecil tersebut mampu membuat darahnya mengalir deras.
Jujur, Lami ketakutan setengah mati melihat benda tajam itu, membayangkan tubuhnya akan di robek dan di koyak habis-habisan membuat lututnya terasa tidak kuat lagi menopang beban tubuhnya. Tapi dia tidak mau takluk. Matanya menatap garang preman yang setengah mencekik lehernya. Jika dia mati sekarang setidaknya bukan karena menyerah, dia akan berusaha melawan preman gila didepannya, tidak perduli bagaimana hasilnya nanti.
"Kalau nggak punya duit ya tubuhnya boleh juga jadi sarapan pagi." celetuk preman yang memporak-porandakan isi tas Lami tadi. Mendengar hal itu Lami menggeleng. Air matanya keluar begitu saja, sekuat tenaga Lami berusaha melepaskan dirinya dari preman menjijikan itu.
Lelaki bertato itu menyeringai. Bersorak dalam hati. Suara menyeramkan kembali terdengar membuat Lami bergidik ngeri. "Masih SMA ya? Pasti belum pernah ciuman? Mau gue ajarin? Atau kalau mau lebih gue juga bisa."
Preman itu mencondongkan wajahnya hendak mencium lami namun detik berikutnya menjauh lagi karena Lami berteriak di depan wajahnya. "Dasar babi! jangan deket-deket, mulut lo bau"
Lelaki itu geram. Kata-kata kasar Lami memancing emosinya. Hampir tangannya menampar bibir Lami. Si korban memejamkan mata takut membuat preman itu mengurungkan niatnya. Dia kembali menyeringai penuh kemenangan, puas melihat wajah ketakutan Lami.
"Jangan!" Lami tidak bisa berbuat apa apa saat kancing kemeja teratasnya dibuka paksa. Baju sekolahnya rusak. Ia sudah berusaha menghalangi tangan orang itu tapi tetap saja gagal.
"Ini karena kamu melawan" suara robekan terdengar. mata Lami terbelalak. Seluruh kancing bajunya terlepas begitu saja. Bersamaan dengan itu cowok penuh tato yang merobek bajunya pingsan secara tiba-tiba. Tubuhnya tergeletak di tanah. Seorang anak laki-laki berjaket biru menaiki tubuh tak berdaya si preman tadi lalu memukul wajah preman itu tanpa ampun. "Brengsek!!!" Darah segar mengalir dari hidung dan mulut si preman.
"Eh, awas!!"
Telat satu detik mungkin sang penyelamat hidup Lami akan tergeletak tak berdaya bersama preman jelek yang sudah ia taklukan. Untung saja anak yang menyelamatkan Lami tingkat kepekaannya cukup tinggi dan langsung berbalik saat pisau tajam hanya berjarak satu sentimeter dari tubunya.
Anak itu langsung saja menendang teman dari preman yang pingsan. Perkiraannya tepat. Dalam satu kali tendangan preman itu tak lagi bisa berdiri. Gerakannya terbatas karena menahan rasa sakit di bagian bawah perutnya. Tanpa membuang waktu anak laki-laki si penyelamat hidup Lami menuntaskan dua preman tersebut dalam sekejap.
![](https://img.wattpad.com/cover/129900882-288-k739700.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru
Teen FictionBiru tidak akan pernah sama dengan Bintang. Biru ya Biru, Bintang ya Bintang. mereka berdua memang terlahir dari rahim ibu yang sama tapi semua yang ada pada diri mereka sama sekali berbeda. Biru yang nakal, Bintang si penurut. Biru si pemalas, Bint...