RETAK 14

109 3 0
                                    

Sudahi cemburu pada yang bukan haknya,
Atau jika kau memaksa,
Silahkan dinikmati sesaknya.
-and

"Silahkan dinikmati hidangannya," ucap pelayan. Reina membalas dengan anggukan dengan menyantap makanannya dengan rasa yang campur aduk didalam pikirannya.

Aku enggak akan pernah rela, melihat kamu sama Revan. Kamu jahat, Lyren. Dengan teganya kamu rebut cowok yang aku suka, sahabat macam apa kamu Lyren -Reina

Setelah selesai menyantap menu hidangannya, Reina tidak langsung pulang melainkan memikirkan masalah yang ada di hidup dia kali ini. Hingga Reina tidak sadar bahwa dari tadi ia sedang di mata matai oleh seseorang.

Merasa bosan dengan keadaan tempat makan, Reina pun akhirnya memilih pergi meninggalkan tempat makan. Saat Reina ingin keluar dari pintu, ia tanpa sengaja menabrak seseorang.

Buggh,

"Aw! Sorry sorry sorry," ucap nya dengan panik dan melihat orang yang ditabraknya "maaf, saya tadi tidak lihat." Cowo yang ditabrak oleh Reina tanpa sengaja itu, hanya menatap Reina biasa dan langsung bergegas pergi.

Reina yang merasa dirinya telah diacuhkan oleh seorang cowok, menganggap dirinya telah direndahkan dan diremehkan. Reina mengepalkan kedua tangannya dengan kesal.

Apa iya semua cowok, enggak ada yang suka atau respect sedikit sama gue -Reina

"Misi pertama telah saya jalankan."

"Bagus, pantau terus dan dekati dia hingga mau diajak bekerja sama."

"Baik, boss."

-&-

Ditempat yang berbeda Revan dan Lyren sedang berada ditempat yang indah pemandangannya. Hanya ada mereka berdua ditempat itu, tanpa adanya seorang pengganggu. Hembusan angin yang terasa berhembus dikulit dan pemandangan yang sangat indah jika dilihat di malam hari.

"Kamu suka?" Tanya Revan, menatap Lyren dengan tatapan sayang dan cinta. Lyren mengangguk dan memeluk Revan "sangat suka, terima kasih. Van," ucap Lyren, tanpa Revan sadari bahwa Iren meneteskan airmata saat sedang memeluk dirinya.

Lyren merasa bersalah dengan Revan, karena telah menipunya dengan sandiwara yang telah ia buat.

Revan yang sangat mencitai Lyren, tetapi Lyren hanya menganggap itu seperti ia mendapatkan permen kaki dari temannya biasa saja dan hanya mampu mengucapkan kata terima kasih tanpa adanya balasan kasih.

Revan yang kini telah sadar bahwa Lyren nangis dipundaknya, langsung melepaskan pelukannya "kamu kenapa nangis? Ada yang sakit?" Tanya Revan dengan nada panik. Lyren menggeleng dan tersenyum "aku senang, Van. Bisa melihat pemandangan seindah ini bersama-" kalimat yang menggantung dari ucapan Lyren, membuat jantung Revan deg-deg an, saat ia yakin bahwa kata selanjutnya adalah tertuju pada dirinya. "Aku kan." Lanjutnya dengan PD dan langsung merangkul Lyren dengan semangat.

"Yasudah yuk Van, kita pulang. Hari semakin gelap." Ajak Lyren, Revan mengangguk setuju dan mengggandeng Lyren sepanjang jalan tanpa melespakan sedikitpun, hingga sampai ditempat ia menaruh mobilnya. Seakan ia tidak ingin melepaskan kekasihnya, kepada siapapun.

Sesampainya Revan dirumah, ia melihat Mella sedang berada diruang tamu, menonton acara televisi. Revan tidak menghiraukan keberadaanya Mella, ia langsung pergi masuk kedalam kamarnya. Mella yang sadar kehadirannya merasa jengkel dengan sikap Revan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang