Untuk melanjutkan hidup, aku berusaha menghapus beberapa kenangan..
Hye In terdiam memandang ibunya yang sedang terisak ditepi ranjang. Meskipun sorot ketakutan terpancar jelas dalam matanya, gadis yang berusia tiga belas tahun tersebut--bergeming ketika ayahnya dengan marah melempar semua perabotan di dalam kamar hingga pecah.
Hye In hanya memandang keduanya dari celah pintu kamar yang sedikit terbuka dalam diam. Ia hanya bisa melihat kedua orang didalam sana saling melemparkan tatapan kebencian dan makian.
Kenangan yang ingin aku lupakan bahkan jika aku harus mati untuk kesekian kalinya..
"Jika kau tak tahan lagi, pergi dari rumah ini!" Ujar ayahnya dengan kejam. Nafasnya memburu, menahan kemarahan yang menumpuk dalam dirinya.
Ibunya menatap ayahnya dengan wajah yang sudah basah oleh airmata. Wanita cantik yang berusia setengah baya itu mulai tak tahan dengan setiap kalimat kasar dan cacian yang dilontarkan lelaki dihadapannya.
"Baiklah! Bersenang-senanglah dengan wanita itu! Dan tanpa kau minta, aku akan pergi dari neraka ini!" Nyonya Park membalasnya dengan tak kalah emosi, ia hendak beranjak dari tempatnya. Namun..Plak!
Tepat saat itu, sebuah tamparan keras mendarat di wajahnya, hingga tubuhnya yang lemah terhempas ke atas tempat tidur. Hye In tak tahan lagi melihat setiap perlakuan sang ayah terhadap ibunya. Gadis cantik yang baru menginjak usia remaja tersebut--berlari kearah nyonya Park dan memeluk wanita itu dengan erat. Melindungi wanita rapuh itu dari tangan ayahnya yang hendak menggapai kembali tubuh ibunya.
Melihat apa yang dilakukan anak perempuannya, tuan Park semakin marah. Ia mengepalkan kedua tinjunya dengan erat hingga buku jarinya memutih--menahan amarah yang semakin membludak.
"Kalian berdua sama saja!" Tuan Park berbalik pergi dengan sisa kemarahan dalam dirinya. Meninggalkan keduanya yang kini terisak.Keesokan harinya, nyonya Park keluar kamar dengan dua koper di tangannya. Wajahnya terlihat sembab karena menangis semalaman. Ia sudah memikirkan dengan matang langkah mana yang akan ia pilih. Dan pada akhirnya, ia lebih memilih pergi. Percuma untuknya mempertahan sesuatu yang sudah tidak mungkin. Hal itu hanya akan membuatnya semakin tersiksa.
"Ibu!" Wanita itu menoleh, mendapati Hye In dan Jung Soo tengah berlari kearahnya. Hati wanita itu berdenyut nyeri, ia merasa begitu egois untuk memilih pergi hanya karena rasa sakitnya sendiri. Nyonya Park segera merentangkan tangannya, menyambut keduanya dengan pelukan. Airmata kembali mengaburkan pandangannya ketika Hye In dan Jung Soo berada dalam pelukannya.
"Apa ibu sungguh akan pergi?" Jung So berujar dengan sedih. Kedua matanya tampak berkaca-kaca, anak lelaki itu berusaha menahan tangis.
Nyonya Park mengusap punggung kedua anaknya dengan sayang.
"Kita akan sering bertemu nanti, jangan khawatir." Hiburnya, yang sebenarnya adalah penghiburan untuk dirinya sendiri.Wanita itu melepaskan pelukannya, ditatap kedua anaknya dengan airmata yang sudah mengalir dari pelupuk matanya.
"Aku ingin bersama ibu.." Hye In mencengkram erat pundak sang ibu. Gadis itu seolah tak ingin nyonya Park meninggalkannya.
Sedangkan Jung So terlihat lebih tegar dan dewasa. Ia tidak ingin terlihat lemah, karena ia harus melindungi adiknya. Menjadi kekuatan untuk ibunya.
Nyonya Park menggeleng lemah, diusapnya lelehan airmata dipipi Hye In.
"Tidak, Hye In-ah. Kau harus tetap disini dan bertahan. Kau adalah anak ibu yang kuat. Jung Soo oppa akan menjagamu." Wanita itu berpaling pada anak lelakinya. "Kau akan berjanji bukan, Jung Soo-ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainy Season Fall
Fanfiction"Karenamu, aku terjebak pada masa lalu yang sama, pada penantian yang sama selama bertahun-tahun. Aku terus berkeliaran disetiap tempat yang pernah kita kunjungi, seperti orang bodoh. Hujan yang turun di musim gugur, selalu menjadi hal yang paling m...