Sama seperti hari-hari sebelumnya, hari ini pun hujan kembali turun. Tak begitu deras memang, hanya rintik-rintik kecil berjatuhan bagai garis tegak lurus yang saling berpotongan. Namun, mampu menyisakan kepedihan tersendiri dalam hati gadis bermata bening itu.
Untuk kesekian kalinya, ia kembali ke tempat ini. Memandangi sungai Han dengan kesedihan yang sama. Binar kebahagiaan yang pernah memenuhi sepasang netra coklat beningnya, kini meredup seiring berjalannya waktu. Ia masih terjebak dalam masa lalu, dalam kenangan yang tak mampu lagi ia rangkai.
Kedua sudut bibirnya tertarik, melengkung bak pelangi indah yang terbalik. Rambut hitam sepunggungnya yang dipermainkan angin, menampar lembut wajahnya. Tak menghiraukan rasa dingin yang seolah hendak membekukan tulang dan persendiannya. Ia tetap bergeming. Tak kunjung beranjak dari tempatnya. Tubuhnya yang mulai basah terguyur hujan, tak membuatnya goyah.
Hatinya yang pernah sehangat musim semi, kini kembali membeku. Bahkan mungkin, sekeping hati itu telah mati.
Seorang pria berambut cokelat terang, menghampirinya dengan sebuah payung dalam genggamannya. Pria itu menatap sedih pada gadis yang berdiri didepannya. Gadis itu bahkan tak menyadari kehadirannya, ia masih takzim memandangi genangan air didepannya.
"Kau masih saja terjebak ditempat yang sama, pada lubang yang sama."
Gadis itu menoleh, mendapati seorang pria sudah berdiri disebelahnya dan menyodorkan payung padanya. Bukannya menerima, ia justru menatap pria dihadapannya tanpa ekspresi.
"Berhentilah melakukan hal yang sia-sia. Kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri." Kata pria itu dengan sedih.
Gadis itu bergeming. Tanpa mengatakan apapun, ia berbalik dan melangkah pergi. Namun, tangan kekar pria itu segera menghentikannya. Menarik gadis itu kembali berdiri tepat didepannya.
Pria itu menatap si gadis dengan sendu.
"Apa kau akan terus melakukan hal ini padaku, Hye In-ah?"Hye In--gadis itu melengos kearah lain. Menghindari bersitatap dengan pria dihadapannya. Menatap matanya, hanya akan membuat hatinya semakin berdenyut sakit.
"Aku tidak akan memaksamu untuk mencintaiku. Tapi, berhentilah menunggu seperti orang bodoh!"
Hye In mengatupkan rahangnya mendengar kalimat itu. Dengan kasar dihempaskan tangan Hyuk Jae dari pergelangan tangannya. Lantas melangkah pergi tanpa sepatah katapun.
Hyuk Jae hanya terdiam ditempatnya, menatap punggung gadis itu yang semakin menjauh dari jarak pandangnya. Hatinya sakit. Bahkan jika gadis itu berdiri tepat didepannya, ia tetap tak bisa menggapainya. Hye In terlalu jauh untuknya. Sangat jauh.
•••
Semuanya berawal di musim gugur, lima tahun yang lalu.
Saat daun pertama jatuh.
Park Hye In.
Gadis apatis berwajah cantik, kulit putih bak sebening boneka porselaine, sepasang mata coklat bening, hidung mancung, alis tebal, dan sepasang bibir semerah buah plum. Begitu cantik dan mengagumkan.
Namun, jangan kau pikir dibalik wajah cantiknya, akan selalu ada senyuman yang terhias disana.
Kau salah!
Yang membingkainya hanya tatapan sinis dan wajah dingin tanpa ekspresi.
Gadis es!
Begitulah mereka menyebutnya.Tak banyak yang tahu apa yang sesungguhnya tersimpan dibalik wajah dingin serta tatapan itu. Hampir semua yang melihatnya, merasa enggan untuk sekedar mendekatinya. Ia bahkan tak memiliki satu teman pun. Bukan! Ia memang tidak suka berteman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainy Season Fall
Fanfic"Karenamu, aku terjebak pada masa lalu yang sama, pada penantian yang sama selama bertahun-tahun. Aku terus berkeliaran disetiap tempat yang pernah kita kunjungi, seperti orang bodoh. Hujan yang turun di musim gugur, selalu menjadi hal yang paling m...