Penerus yang beda

35 4 0
                                    


Story by Anna
Editor by Azri, Ida


Enjoying?

🍒🍒🍒

Duduk di sofa ruang tamu dengan nuansa mewah dan megah dengan berbagai interior mewah dan mahal, sambil meneguk ocha di cangkir kramik bercorak mas itu dengan nikmat.

Dan tak lama datang seorang pemuda tampan dengan mengenakan baju koko putih dengan bawahan sarung berwarna hitam lengkap dengan peci hitam di kepalanya, sungguh pemuda itu terlihat sangat rupawan.

Sepertinya pemuda itu baru selesai sholat hingga masih mengenakan pakaian itu, menghampiri pria paruh baya yang duduk di sofa tunggal lalu meraih tangan itu dan mencium punggung tangannya.

Duduk di sofa tak jauh dari pria itu duduk.

"Ada apa ayah memanggilku?" Tanyanya sopan setelah duduk.

Ditatapnya sang putra yang begitu berbeda darinya, kadang dia bingung mirip siapakah anaknya itu? Mengapa dia begitu berbeda dengannya.

Dia begitu sopan, sederhana dan begitu lembut. Padahal dia dan sang istri adalah orang yang sangat tegas dan sedikit arogan, ya dia mengakui kearagonannya itu, tapi sifat itu tidak ada pada putranya.

Membalas tatapan sang ayah yang menatapnya dari ujung kepala hingga kaki.

"Ada apa ayah?" Tanyanya lagi saat tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang pertama.

"Kadang ayah begitu bingung denganmu, sikap dan sifatmu sangat jauh berbeda dengan ayah," jawabnya sambil menyenderkan punggungnya.

Pria paruh baya dengan setelan jas itu tampak sedang berfikir, sedangkan sang pemuda hanya tersenyum menanggapi kebingungan sang ayah terkasihnya itu.

"Kau begitu mirip dengan pamanmu Syuhur, ya kau sangat mirip dengannya," ucapnya sambil mengangguk-nganggukkan kepalanya untuk mayakinkan pendapatnya itu, kembali pemuda itu tersenyum dengan argumen sang ayah.

"Apakah ayah memanggilku hanya untuk mengatakan itu?" Tanyanya dengan senyum tak lepas dari wajah tampannya.

"Atau ayah begitu cemburu kepada paman Syuhur karna aku begitu mirip dengannya?" Godanya sambil menatap sang ayah yang kini menatap tidak suka padanya.

"Ahahaha ya Allah ayah, apakah ayah sebegegitu cemburunya pada paman sampai ayah memasang wajah seperti itu," godanya lagi, sungguh dia begitu suka menggoda ayahnya itu.

"Tentu saja ayah cemburu, kau itu putraku Azri, bukan putranya," sungutnya dengan melirik ke sang anak yang tertawa puas.

"Ada apa sih kok ribut sekali," protes seorang wanita yang baru muncul dari arah dapur dengan sebuah nampan di tangannya berisi cemilan dan teh, kedua pria itu menatap kepada wanita paruh baya yang merupakan wanita yang mereka kasihi.

"Ini ma ayah cemburu dengan paman Syuhur," jawab pemuda itu senang.

"Ayah ini gimanasih kok adik sendiri di cemburuin, memangnya apa yang di cemburuin?" Tanya wanita dengan baju gamis biru laut dan rambut di sanggul rapi itu sambil meletakkan teh dan cemilan di atas meja kayu jati dengan ukiran bunga melati di pinggirannya, setelah itu dia duduk di samping pemuda yang terus menggoda ayahnya.

"Ini ma kata ayah aku tidak mirip dengannya tapi mirip dengan paman Syuhur," jelasnya pada sang mama sambil mengambil teh yang ada di atas meja.

Tersenyum mendengar penjelasan dari putra sulungnya itu sambil menggelengkan kepala.

"Ya bagaimana tidak mau mirip dengannya, wong dia yang ngasuh kamu dari kecil, sedangkan ayahmu sibuk di kantor dan suka lupa pulang kerumah," sindir wanita paruh baya itu denga melirik sang suami yang telah berwajah cemberut.

Senja Sang HafizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang