Sang Suara Emas

14 1 0
                                    


Tiada kerinduan yang paling indah selain rindu pada-Nya dan Rasul-Nya, karena tampa engkau mengetahui rupa tapi hati berkecamuk menahan rindu ingin bertemu. Rindu yang haqiqih hanya bisa tergambar saat hanya dengan menyebut namanya air mata mengalir, saat mendengar namanya hati berdesir. Dan rasa takut akan dosa yang menghantui kala mengingat nama-Nya adalah bentuk dari sebuah ketaqwaan karena hanya dosalah yang akan menjadi penghalang terbesar bagi engkau yang ingin bertemu dengan-Nya kelak.

🌺🌺🌺

Tok tok tok!!

Pintu yang terbuat dari kayu itu perlahan terbuka dan menampakkan seorang wanita cantik dengan wajah tenang dan lembut. Wanita itu tersenyum kala melihat sang putri dengan serius membaca Al-qur'annya hingga membuat dirinya tidak menyadari kedatangan sang ibu.

Duduk di samping putrinya tampa berniat menghentikan anaknya itu mengaji, namun ternyata sang putri menghentikan bacaannya dan menutup Al-qur'annya mencium lalu meletakkannya di atas meja sederhana yang tak jauh dari ranjangnya.

Tersenyum melihat wanita paruh baya di hadapannya yang tersenyum juga menyambut sangbunda.

"Bunda," ucapnya sambil mengambil telapak tangan kanan sang bunda dan mencium punggung tangan itu dengan lembut.

"Nak bunda ingin bertanya sesuatu padamu." Mengusap kepala berlapis hijab biru itu dengan lembut.

Mengangguk dengan senyuman di bibirnya, mata berbinarnya akan membuat siapa saja yang menatapnya akan kagum dan takjup dengan keindahan dan ketulusan yang terpancar dari mata sewarna jelaga malam itu.

"Nak kamu belajar ngaji dimana dan dengan siapa?" Dua pertanyaan itu terlontar dengan sejuta getaran di hati karena sungguh dia tidak menyangka selama lima belas tahun dirinya membesarkan Hajar, tidak pernah sekalipun dia memperkenalkan anaknya itu dengan Al-qur'an bahkan dia tidak pernah mendengarkan satu ayatpun pada anaknya itu, dan ternyata Allah berkehendak lain. Lihatlah dia yang tidak pernah di kenalkan dengan kalamullah tapi dia mampu melafalkannya dengan sangat fasih bahkan bisa menghafalkannya tampa kesulitan sama sekali.

Bahkan dengan waktu yang tergolong cepat, karena hanya beberapa hari dirinya mendengarkan sang anak selalu melantunkan ayat suci Al-qur'an di kala senja dan sepertiga malam.

"Bunda, Hajar belajar membaca Al-qur'an dari seseorang yang juga memberikan pakaian dan Al-qur'an ini bun," menunjuk Al-qur'an dan hijab yang dia kenakan, menatap sang bunda yang mengerutkan kening tanda bingung. Tersenyum melihat sang bunda yang kebingungan.

"Saat itu Hajar pergi ketaman dekat kota, di sana Hajar bertemu dengan sepasang suami istri yang sedang mengaji. Hajar mendengar sang istri melantunkan ayat Al-qur'an dengan sangat merdu dan syahdu bun, dan suaminya menjelaskan arti dari setiap ayat yang dia baca, hal itu membuat Hajar tertarik," mengingat masa dimana dia bertemu dengan Syuhur dan Salma, matanya begitu berbinar saat menceritakan setiap momen pertemuan mereka.

"Jadi semenjak itu Hajar belajar mengaji pada mereka bun, mereka juga menganggap Hajar seperti anak sendiri bun." Ceritanya dengan penuh semangat, mendengar cerita anaknya Ayu memeluk putri semata wayangnya dengan sangat erat.

"فباي آلاءربكماتكذبن"
Gumam Ayu dengan tetap memeluk sang putri, air matanya mengalir dengan lembut di pipi mulusnya. Menengadahkan wajahnya begitu kaget dengan apa yang baru saja dia dengar dari mulut sang bunda. Namun kekagetannya bertambah kala melihat cairan bening yang mengalir dengan deras di pipi tirus sang bunda, dengan lembut jari jemari lentiknya menyeka cairan bening di kedua pipi Ayu.

"Bunda," menatap takjub pada sang bunda yang tersenyum lembut padanya tangan kecilnya yang masih menangkup wajah tirus sang bunda di genggam erat oleh tangan besar nan-lembut milik bundanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senja Sang HafizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang