🌸🌸🌸ketiga wanita itu berdiri di sebuah lorong yang sepi, tidak ada yang memulai pembicaraan hingga salah seorang angkat bicara.
"Putri, apa yang terjadi," tanyanya cemas.
"Aku tidak suka di panggil dengan nama itu," protesnya sambil menyandarkan tubuhnya kediding lorong, dan mengisap rokok yang terselit di jari-jari lentiknya sambil menatap kedua wanita dihadapannya dengan malas.
"Ok, lalu apa yang terjadi sama elu Yu?" tanyanya lagi, ya wanita itu bernama Ayu hanya saja jika dia berada di tempat itu maka dia akan menggunakan nama Putri, dengan alasan dia tidak mau menggunakan nama pemberian orang tuanya di panggil oleh para lelaki hidung belang yang ada di tempat terkutuk itu.
"Hajar," ucapnya sembil membanting rokok yang ada di tangannya ke lantai lalu menginjaknya.
"Kenapa dengan Hajar?" Tanya wanita yang tampak lebih tua darinya itu dengan wajah penasaran.
"Dia mengenakan hijab," jawabnya dengan raut wajah yang sulit di artikan.
"Kami sudah tau kok," jawab wanita yang mengenakan mini dres biru, dengan senyuman di bibir merahnya.
Mengerutkan kening melihat kedua sahabatnya itu dengan tatapan bertanya, bagaimana mereka bisa tau tentang anaknya itu, sedangkan dia saja baru mengetahuinya tadi sore saat menemui anaknya itu di kamar.
"Kami tau itu tadi pagi Yu," tutur wanita yang lebih tua.
"Mbak tau?" Tanyanya untuk meyakinkan dirinya.
"Iya saat dia lewat di tempat biasa kami santai dia lewat dengan mengenakan hijab dan juga membawa kitab suci Al-qur'an," tuturnya dengan mengingat kejadia tadi pagi yang membuatnya hingga kini masih kaget sekaligus kagum dengan keberanian gadis mungil itu.
Bukan hanya itu, dia juga begitu terkesan dengan bacaan Al-qur'an Hajar yang begitu indah dan menyentuh hati, namun saat membaca arti dari ayat itu sungguh seakan dunia telah memperoloknya dengan sejuta kesalahannya.
Dia begitu malu, marah dan benci pada dirinya sendiri yang melakukan hal hina itu, sungguh dia tidak bisa berkata-kata seakan mulutnya telah terkunci.
"Mbak, mbak Shinta," melambaikan tangannya kewajah wanita yang bernama Shinta itu.
"Haa," tersadar dari lamunannya dengan mata berkaca-kaca.
"Mbak kenapa?" Tanya Ayu penasaran, sedangkan wanita yang ada di sebelah Shita tau apa yang di lamunkan oleh temannya itu.
"Aku hanya ingat tentang ayat kitab suci Al-qur'an yang di lantunkan oleh anakmu Hajar, sungguh hal itu sangat menamparku dengan begitu keras hingga gema dan sakitnya itu masih begitu terasa tiap aku mengingatnya," ungkap Shinta dengan fikiran yang menerawang ke belakang di mana Hajar melantunkan salah satu ayat yang membuatnya malu.
"Kitab suci Al-qur'an?" Tanyanya untuk meyakinkan diri, karna meski dirinya tidak mengajari anaknya itu berbuat yang buruk tapi dia tidak pernah sama sekali mengenalkannya dengan kitab suci agamanya itu.
"Benar kata mbak Shinta Yu, Hajar membacakan sebuah ayat kitab suci Al-qur'an, jujur saja kami sangat kaget," menghela nafas.
"Apa elu ngajari Hajar membaca Al-qur'an Yu?" Tanya wanita yang membenarkan penuturan dari temannya yang bernama Shinta.
Menggelengkan kepala tanda jika dia tidak mengajari anaknya itu mengaji, karna dia tau jika dia mengajari anaknya mengaji maka sebuah masalah besar akan di peroleh dirinya dan sang putri dari penduduk tempatnya tinggal.
Dan pertanyaannya belajar dari siapa putrinya mengaji, sedangkan selama ini dia tidak pernah sama sekali mengajari ataupun mendengarkan ayat-ayat Al-qur'an padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Sang Hafiz
EspiritualApakah salah jika aku yang putri seorang pelacur ini memiliki cita-cita dan berkeinginan untuk menjadi hafizah? -Hajar Apakah salah jika aku yang seorang hafiz memilih menikahinya yang seorang anak pelacur? Di banding dengan dia yang seorang anak te...