Kedelapan

10.3K 1.1K 37
                                    

Happy Reading :)

***

"Parasayu, kamu ngapain disitu?" tanya orang didepannya.

Mata Paras menyipit saat orang didepannya bertanya. Sekitarnya mulai memperhatikan keduanya. Apa tampak kurang jelas?

"Ck... Menurut anda saya sedang apa tuan Iqbaal yang terhormat?" saut Paras tak mau kalah.

Ya. Tak lain dan tak bukan, pria dengan vixion hitam itu ialah adiknya. Paras tahu, nada bicara adiknya itu seperti sedang menggodanya. Mereka terlihat formal atau terkesan kaku diluar, tapi lain lagi jika di rumah.

Bisa dibilang keakraban keduanya menjadi abnormal, tiada hari tanpa bertengkar, merebutkan hal yang sepele. Seperti serial kartun yang sering di tonton Kayla minggu pagi.    

Menyadari segerombol anak perempuan berseragam abu-abu sedang bergosip ria membicarakan mereka di pojok halte. Paras bergegas mengambil helm dari tangan Iqbaal.

"Bale, kamu sadar ga?" tanya Paras sambil mengenakan helmnya.

"Apa?" tanyanya "Oh, yang dipojokan?"

Paras menjawab dengan anggukkan kepalanya. Harus di akui, tingkat kepekaan adiknya memang tinggi dan merespon sekitar dengan cepat.

"Mereka terpesona mungkin." tebak Iqbaal.

"Iyuh, andai aja mereka tahu. Who's the real you."

Paras menaiki vixion yang ditumpanginya. Iqbaal menyalakan motornya, suara mesin mulai terdengar. Melaju dalam kecepatan sedang, menyalip diantara mobil yang berbaris rapih menunggu depan darinya segera berjalan.

Matanya terpejam, menikmati semilir angin sore bersama kemacetan dan irama jalanan. Paras mempererat pegangannya, bersandar pada pundak didepannya. Sungguh hari yang melelahkan, semoga cepat berlalu.

"Mbak sudah nyampe mbak, enak ya meluk abang sepanjang perjalanan?" Iqbaal membangunkan Paras yang sepertinya terlelap dalam pundaknya.
"Hm... Sudah sampai?" matanya sukses terpejam untuk beberapa saat yang lalu.

Paras berjalan lunglai menuju teras rumah, nyawanya belum terkumpul penuh padanya.

"Helm copot dulu kali mbak."

Iqbaal mengikuti Paras memasuki rumah. Membenarkan rambutnya yang acak-acakan oleh helm yang dipakainya.

"Nih." Paras menyodorkan helm yang dipakainya. Iqbaal yang melihatnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

"Segitu capeknya mbak.. mbak.." ucap Iqbaal mengambil helm dari tangan sang kakak.

Ruang keluarga tampak sepi, hanya terdengar percikan air dari kamar mandi. Paras yang lelah meninggalkan Iqbaal sendirian di bawah menuju kamarnya. Merebahkan diri sejenak untuk padatnya jadwal hari ini. Tepatnya mengunci diri diruang tiga kali dua meter miliknya.

.
.
.

Paras terbangun saat perutnya minta segera diisi. Entah sekarang jam berapa. Tangannya mencari jam weker di atas nakas samping tempat tidurnya. Jam menunjukan pukul lima tiga puluh pagi. Artinya ia melewatkan makan malamnya.

Duduk di tepian kasur, masih mengumpulkan sejumlah kesadaran disana. Tangannya menangkup wajahnya sekilas kemudian mengusap matanya hingga terbuka. Tujuan utamanya saat ini ialah kamar mandi, membersihkan diri dan turun kebawah.

"Iqbaaalll..." teriak Paras dari lantai atas, matanya membelalak kaget saat melihat penampakan dirinya dikaca kamar mandi. Alisnya menyatu, kelopak matanya membentuk bulatan hitam besar. Di tangan kanannya bertuliskan pesan "Jangan kaget ya, lop yu".

Dengan cepat ia membersihkan diri, memakai pakaian dan segera turun kebawah. Matanya mencari sosok kupret satu itu, ia menemukan ibunya sedang membuat sarapan di dapur. Ia mengambil segelas air dan meneguknya habis.

"Kamu ngapain Yu, teriak pagi-pagi? Kalau tetangga denger, dikira ada apa-apa nanti." kata ibu meminta penjelasan.

"Ini semua kerjaan Iqbaal! Iqbaalnya mana bu?" tuduh Paras kesal.

"Kenapa nyariin? Kangen?" sahut Iqbaal yang dari balik kulkas.

"Bagus ya, ngerjain gue lagi. Sini lo! Sinii!" tangannya meraih lengan Iqbaal dan siap untuk menyubitnya. "Jangan lari!" Paras mengejar Iqbaal yang mencoba menghindar darinya.

"Aduhh sakit mbak... sakit..." rengek Iqbaal yang mencoba melepaskan capitan jari Paras.

"Yaudah maafin adikmu yang ganteng ini yaa mbak? Peace." Iqbaal mencoba berdamai, tangannya masih mengusap bekas cubitan itu.

"Udah-udah, nanti Kayla nya bangun. Kalian itu kalo ngumpul kaya anjing sama kucing aja." ucap Hanum yang baru keluar kamar, diikuti Mas Yudha dibelakangnya.

"Mending kalian bantuin ibu masak di dapur sana." ucap Mas Yudha menambahkan.

"Kamu sih, pagi-pagi bikin ulah." Paras ikut menyalahkan Iqbaal. Tak merasa bersalah, Iqbaal berjalan menuju ruang keluarga, meraih remote dan menyalakannya.

Sehabis sarapan, Paras menuju kamarnya mencari benda kecil yang tidak disentuhnya semalaman. Ia mengecek ponselnya, syukurlah baterainya masih terisi. Ada beberapa notifikasi pesan dan sepuluh panggilan tak terjawab yang muncul di layar notifnya.

Getsa-yang

Bebb?? 20.11

Bebb... Aku mau ngomong :'(( 20.12

Aku telfon ya? :( 20.12

Ko ga diangkat bebb?? 20.13

Parasayu... Kamu dimanaa??! 20.13

Penting beb... :'( 20.14

Udah tidur ya??? Yasudah selamat tidur ParasQ :') 20.14

Dear Paras, I'm so sorry. I know this is a very sudden. But I must leave, really sorry. Stay in Melbourne with my mom there. The hour of my departure at eight this morning. I hope you come for the last time. With all regrets -ghaitsa- :') 04.01

Pergi? Melbourne? Secepat itukah?!

***
Jeng jeng jeng...
TBC
Jangan lupa tinggalkan voment kaliann :) -HAYP-

BOSS-AN PAK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang