Aomine kecil sedang asyik bermain dengan bola pemberian ibunya di taman rumah belakangnya yang luas. Tetapi setelah beberapa saat terdengar suara ribut dari depan rumahnya yang hingga terdengar oleh telinga Aomine. Dia pun bergegas keluar melihat keributan apa yang terjadi dalam rumahnya dan yang dia lihat adalah darah bercecer dimana-mana. Semua orang yang dia kenalnya dan kakak-kakaknya tewas begitu juga dengan orang-orang yang tidak dia kenali bersimbah darah tak bernyawa. Dan tinggal kakak tetuanya dan seorang yang berbadan kekar dan bertato seluruh tangannya. Mereka berdua bertarung dengan sengit.
"Onichan..."
Panggil Aomine dengan suara bergetar karena ketakutan. Karena panggilannya orang bertubuh kekar melihat ke arahnya dan bergerak akan menyerang Aomine yang berhasil ditahan kakaknya, dengan sekuat tenaga dia melindungi Aomine hingga dia ambruk di depan Aomine bersamaan dengan orang itu.
"Onichan!!"
Teriak Aomine kecil yang tersadar setelah melihat keduanya tidak bergerak.
"Kau harus hidup Aomine, hiduplah untuk kami.."
Pesan kakaknya sambil tersenyum hangat.Aomine menggenggam tangan kakaknya yang berdarah dan menangis. Setelah itu tangannya terlepas dan kakaknya berhenti bernapas karena kehilangan banyak darah. Dan orang-orang dari ayahnya datang tapi mereka terlambat, semuanya sudah tewas kecuali Aomine yang hanya pingsan karena shock.
Aomine terbangun dari tidurnya, dia terlihat kacau. Keringat dingin membanjiri tubuh telanjangnya. Dia pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil bergumam
"Kenapa sekarang teringat?!"
sambil menghela napas panjang.
"Mimpi buruk lagi ?"
Tanya Kise membuatnya berpaling.
"Apa aku membangunkanmu ?"
"Mana bisa aku tidur dengan dirimu yang sekarang. Ada apa ? sejak kepulanganmu dari rumah tetua kau jadi sering bermimpi buruk ? Apa ada sesuatu yang terjadi ?"
Tanya kise yang sudah benar-benar membuka hati seutuhnya untuk Aomine.
Benar sejak kepulangan nya dari rumah ayahnya, dia mengalami mimpi buruk yang membuatnya gila. Seharusnya sudah dia lupakan tapi karena tanpa sengaja mendengar aliansinya bergosip, jadi mimpi buruknya kembali menyerang.Seharusnya bukan dia penerus klan, seharusnya dia tidak perlu menderita begitu, seharusnya dia berakhir bersama kakaknya waktu itu maka semua masalah tidak akan pernah Aomine alami.
Tapi kakak yang akan menjadi penerus klan mati karena melindunginya dan memintanya untuk tetap hidup demi mereka, dia tidak mau mengecewakan para saudaranya untuk mati sia-sia. Menjadi tetua klan bukanlah pilihan melainkan kewajiban yang harus di tanggung olehnya.
Aomine lebih suka jadi orang biasa yang tidak perlu diincar setiap harinya. Tapi karena janji pada ibunya dan kakaknya sebelum meninggal, dia harus hidup dan menderita. Jika saat itu dia menggantikan kakaknya dan mati d isana maka dia akan tenang dan tidak menderita seperti itu. Terbayang-bayang dengan kematian kakak-kakaknya. Dia juga harus menderita tekanan batin dan fisik dari ayah dan aliansinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Break The Ice
FanfictionBreak The Ice! Break The Ice! GIve me More! Give me More! Jika seseorang yang memulai maka dia yang harus mengakhirinya.. Kise seorang pembunuh berdarah dingin yang berhasil dibekuk oleh Aomine saat melakukan aksinya. Dia tidak takut pada kematian y...