Kise membuka matanya, dilihatnya Aomine tertidur sambil memegangi tangan Kise di dadanya.
"Aominecchi.."
Panggil Kise membuatnya segera membuka matanya menatap Kise.
"Kise! maafkanku! Maafkanku! Maafkanku! Aku tidak akan melakukannya lagi! Maafkanku kumohon!"
Mohon Aomine. Kise hanya diam dan menatapnya.
"Apa yang sudah mengganggu pikiranmu ?"
Tanya Kise menyentuh lembut pipi Aomine.Sudah setengah tahun mereka tinggal bersama, tapi Aomine tidak bercerita apa-apa tentang masa lalunya dan apa yang dia lakukan selama ini untuk bertahan hidup. Aomine terdiam.
"Aku hanya tidak ingin kau terluka. Aku tidak ingin jadi pemimpin!"
Jawabnya setelah diam beberapa saat.
"Bukan itu yang mau kudengar, Aominecchi. Aku sama seperti dirimu. Jadi kau tidak perlu mengkhawatirkanku."
Balasnya tidak puas dengan jawaban Aomine. Aomine kembali terdiam.
"Kalau tidak ingin bercerita ya sudahlah. Aku tidak akan memaksamu."
Ucap Kise akhirnya menutup kembali matanya.
"Dulu terjadi insiden pembataian di rumah yang kami tinggali. Waktu itu aku baru berumur 5 tahun dan tidak tahu apa yang terjadi. Kakakku mati saat melindungiku. Hanya diriku yang selamat. Kakak yang akan jadi penerus tewas dan aku harus menggantikannya. Jika saat itu aku tidak menghalangi kakakku membunuh musuh, maka kakakku tidak akan tewas, dan seharusnya aku yang ma.."
"Sstt"
bisik Kise menahan pembicaraan Aomine dengan jari telunjuknya di bibir Aomine.
"Jadi itu yang mengganggumu ? Kau tidak perlu menyesalinya, Aominecchi. Kau sekarang hidupkan ? Jadi jalani saja kehidupanmu saat ini dan tinggalkan masa lalu menuju ke depan."
Ucapnya, Aomine terdiam.
"Aku tidak berhak mengatakannya, tapi aku juga pernah diselamatkan oleh kelembutanmu. Jadi akan kukatakan berapa kalipun untukmu. Suatu kebetulan kita bertemu."
Sambungnya.
"Ini bukan kebetulan! Ini takdir kita yang harus bertemu!"
Bantah Aomine mencium tangan Kise dan kemudian keningnya.
"Terima kasih, Kise. Aku merasa lebih baik sekarang."
Ucapnya.
"Seharusnya aku yang berterima kasih padamu. Kau menyelamatkanku dari kegelapan. Aku beruntung bertemu denganmu."
Ucapnya mulai terlelap kembali. Aomine tersenyum dan menciumnya lagi.
"Aku yang beruntung bertemu denganmu, Kise"
Bisiknya sambil tersenyum senang.Semua bebannya seperti terlepas dari tubuhnya, untung saja Kise bersamanya saat ini, jika tidak maka dia tidak yakin dia bisa menahannya lagi dengan mimpi buruk yang selalu menyerangnya.
Dia bersyukur bertemu dengan Kise, baginya itu sebuah takdir yangs sudah tertulis olehNYA.
Fin~
KAMU SEDANG MEMBACA
Break The Ice
FanfictionBreak The Ice! Break The Ice! GIve me More! Give me More! Jika seseorang yang memulai maka dia yang harus mengakhirinya.. Kise seorang pembunuh berdarah dingin yang berhasil dibekuk oleh Aomine saat melakukan aksinya. Dia tidak takut pada kematian y...