"Apa maksudnya semua ini?" tanyaku kebingungan.
Seolah tersesat dijalan yang selalu kulaui.
Seakan tak bisa melihat meski keadaan terang-benderang.
Seperti kehilangan pendengaran ditengah kerumunan orang.
"Apakah kamu akan pergi?" tanyamu sedetik kemudian.
"Pergi kemana?" tanyaku semakin bingung. "Kamu ingin aku pergi? Atau kamu yang ingin pergi?"
"Aku lelah." Hanya itu jawaban yang terlontar darimu. Jawaban yang sama sekali tak kutunggu, bukan jawaban yang kuharapkan.
"Apa aku membuatmu lelah selama ini?"
Kamu diam. Atau mungkin mendiamkan aku.
"Maaf jika aku membuat kamu merasa lelah selama ini." Seruku.
"Aku hanya tak sanggup, tak sanggup untuk bertahan." Katamu. "Terlalu banyak perbedaan diantara kita. Perbedaan budaya, politik, kepercayaan. Aku tak sanggup lagi menghadapi semua perbedaan itu. Dan perbedaan bahasa diantara kita membuat kita kesulitan untuk mengungkapkan maksud dari perkataan kita. Aku lelah."
Bak petir yang menggelegar di siang hari. Aku tersambar, tersambar sampai membuat mulutku kelu. Tak mengerti apa maksud dari semua perkataanmu itu.
"Jadi apa maksudnya semua ini?" Kesabaranku mulai kehilangan arah. Aku begitu bingung dengan apa yang terjadi.
"Maaf."
Hanya kata itu yang keluar darimu. Sebuah kata yang dapat mengartikan banyak makna, makna yang membuatku seakan merasakan sakit dibagian itu. Hatiku.
"Aku hanya ingin menjalani hidup dengan mudah saat ini. Aku tak ingin memikirkan banyak hal yang akan membuatku pusing pada akhirnya. Aku hanya lelah." Sambungmu.
"Jadi kamu ingin berpisah?" Pertanyaan itu akhirnya melongos dariku.
"Aku tak tau." Jawabmu. "Aku lelah." Sambungmu.
"Bolehkah aku bertanya satu pertanyaan terakhir?"
Kamu diam, seakan dapat menebak pertanyaan yang ingin kutanyakan. Seakan kamu tau isi kepalaku saat ini. Seaka kamu takut menjawab pertanyaan itu.
"Tentu," jawabmu singkat.
Aku menghela nafas, mengumpulkan sedikit keberanian yang kupunya. Keberanian untuk menerima jawaban apapun darimu. Keberanian untuk siap menerima apa yang akan terjadi pada akhirnya nanti.
"Apakah saat kamu mengatakan kamu mencintaiku itu sungguh apa yang kamu rasakan?"
Dan tentu saja pertanyaan yang sudah kamu duga itupun menghampirimu. Kini giliranmu yang diam, seakan mulutmu kelu. Tapi sedetik kemudian kamu menjawab "Iya, tentu saja."
15 Desember 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalimat Rasa [FINISH]
PoesíaDi alam semesta yang maha besar ini tahukah kamu Tuhan menciptakan kata bukan tanpa dasar. Karena akan kupastikan kamu tidak akan sedih sendiri, aku disini untuk bersedih bersamamu. Kamu takkan mencinta hanya satu sisi, karena kupastikan melengkapi...