Meriah.
Pesta sialan itu berjalan dengan lancar. Sangat-sangat lancar.
Kabar baik dan kabar buruk mulai bermunculan di dalam sini.
Kabar baiknya, bayangan tentang kejadian mengerikkan itu nyatanya tak pernah terjadi.
Sunee tak pernah mencium pipi Taehyung. Gadis itu hanya memberinya ucapan selamat serta sebuah pelukan yang terlihat begitu hangat.
Hei. Aku iri. Tidak apa, kan?
Kabar buruknya, gadis cantik bernama Sunee yang sekarang mengenakan gaun pendek berwarna putih itu selalu menghindari tatapanku.
Mungkin dia jijik melihat orang penyakitan sepertiku?
Dan itu sangatlah menyakitkan sebetulnya. Tapi saat ini aku juga tak bisa membiarkan air mataku terjatuh, bukan?
"Selamat ulang tahun, Tae. Semoga kau selalu bahagia."
Ucapan selamat itu aku lontarkan pada Taehyung yang sedang duduk bersama teman-temannya di ujung sana.
Sekali lagi kukatakan, 'teman-teman'.
Sementara aku?
Park Jimin ini hanya duduk di atas kursi roda di depan meja paling ujung bersama seorang wanita tua di sampingnya.
Sejak kami datang, Ibu tak pernah melepaskan tangannya dari pundakku. Mengusapnya dengan lembut setiap saat. Dan membuatku merasakan kenyamanan sekaligus rasa malu karena beberapa orang menatapku remeh saat ini.
Sebetulnya aku sudah terbiasa, tapi tetap saja rasanya sangat tidak nyaman. Apalagi dengan keberadaan Ibu yang terus di sisiku sejak acara dimulai.
"Oh, Park Jimin? Kapan kau datang?"
Bolehkah aku tertawa? Menertawai diri sendiri, apakah itu hal yang wajar?