Prolog

41 2 0
                                    

Hari ini, dan tepatnya malam yang panjang yang dihiasi dengan bintang-bintang dan terdengar suara piano berasal dari sebuah laptop. Suara yang menyejukkan hati. Seorang laki-laki sedang berada di kamar pribadinya. Dia duduk dengan santai di meja belajarnya sambil membaca diary miliknya. Laki-laki tersebut berambut hitam dan berpostur seperti seorang anak SMA.


Tergambar wallpaper laptop itu tentang pemandangan alam hasil fotografinya. Dia mengambil smartphone miliknya untuk melihat jam saat ini. Terlihat sudah menunjukkan pukul 11 malam.


Jum'at, 23 Januari. Hujan : Tampaknya temanku hari ini sedang tidak ingin diajak bicara. Dia selalu terdiam dan nampaknya malas. Aku tidak peduli, mungkin ini salahku tidak mendengarkan apa yang diinginkannya.


Sabtu, 24 Januari. Pelangi : Dia kembali. Kembali dari awalnya hujan menuju ke gemerlap indahnya pelangi. Dia nampak sangat senang saat aku mendengarkan keinginannya. Dia orangnya lucu dan pintar.


Itulah isi diary yang sudah pernah ditulisnya. Laki-laki itu tersenyum melihat isi diary miliknya. Laki-laki itu lalu membuka lembaran diary berikutnya dan mulai menaruh di atas mejanya.


Laki-laki itu mengambil sebuah pena yang berada di dekatnya dan mulai menulis sebuah cerita yang baru. Dia tersenyum.


"Hmm, nampaknya besok aku harus mendengarkan ceritanya lagi", dia bergumam sambil memandangi bintang-bintang lewat jendelanya. "Ingin sekali melihat bintang bersamamu lagi", dia kembali menulis.


Akan tetapi, di sisi lain..


Di sebuah gedung tua yang tidak berpenghuni dan gedung yang hampir rusak, sekelompok orang berjubah hitam sedang berdiskusi di meja bundar. Terdapat 3 orang yang nampak serius merundingkan rencana. Mereka terlihat membicarakan sesuatu yang serius. Di atas meja tersebut terdapat sebuah undangan serta foto seorang anak SMA yang sedang mengenakan seragam.


"Bagaimana cara kita memasukan bidak tersebut ke permainan?", ucap seorang pria berambut panjang itu.


"Tenang saja, dia akan masuk ke permainan seperti yang sudah direncanakan", seorang wanita membalasnya. "Asalkan acara ini berlangsung dengan meriah", seorang wanita itu tertawa.


"Dia adalah Wiki, anak dari seorang penulis dan aktris. Jika diasah dengan baik, dia akan menjadi seorang yang hebat", laki-laki di samping orang berambut panjang itu membalasnya.


Mereka semua lalu terdiam sejenak dan terlihat sedang memikirkan sesuatu. Sebuah rencana besar nampaknya.


"Jika bidak ini masuk ke dalam, akan terjadi bahaya yang amat besar", seseorang laki-laki mengenakan topi hitam memulai pembicaraan.


"Tidak masalah. Itulah yang aku cari. Dia harus masuk ke dalam permainan itu", laki-laki berambut panjang itu tertawa. "Yang paling penting adalah cari undangan itu dan juga cari cara untuk memasukan dia ke dalam permainan", dia meneruskan berbicara.


"Pertemuan selesai", laki-laki berambut panjang itu mengeluarkan sebuah bola dari sakunya. Sebuah bom asap.


Hanya butuh beberapa detik, semua orang di pertemuan menghilang entah kemana.


Sebuah organisasi yang tidak diketahui keberadaannya itu mulai beraksi.


Jauh dari tempat kejadian mereka menghilang, Wiki seolah seperti merasakan sesuatu. Dia seolah merasa ada yang memanggil. Wiki menengok ke belakang dan nampak tidak ada sesuatu apapun. Dia mulai memejamkan matanya.


"Nampaknya menarik", Wiki nampak tersenyum dan nampaknya senang.




DotWiki : The Silver BulletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang