CSSI | 03

13.6K 872 3
                                    

2 Minggu Kemudian ....

Khayrul berjalan mondar-mandir dari lemari ke tempat tidur sambil membawa beberapa pakaiannya dan memasukkannya ke dalam koper. Setelah semuanya rapi, ia tinggal menarik ritsleting untuk menutupnya. Bibirnya mulai membentuk senyuman setiap kali melihat layar ponsel yang di sana terdapat foto masa kuliahnya bersama Riana. Jari-jarinya mulai menari di atas layar sementara bibirnya tidak lelah membentuk senyuman. Ia membuka kontaknya dan mencari nomor wanita yang sudah membuatnya tergila-gila.

Setelah menemukan nomor Riana, Khayrul menekan tombol call  lalu mendekatkan benda persegi itu ketelinganya. Tidak butuh waktu lama, suara yang sangat terdengar merdu ditelinganya itu mulai terdengar.

"Halo, Mas."

"Halo, Sayang. Kamu lagi sibuk?"

"Gak kok, Mas. Ada apa?"

"Mas cuman mau beritahu kamu kalau Mas mau ke Samarinda karena ada urusan kerja," kata Khayrul.

Hening, selama beberapa saat.

"Tapi kan Mas, pernikahan kita minggu depan!" pekik Riana agak kesal.

Bagaimana tidak, hari-hari menjelang pernikahan mereka Khayrul masih saja mengurus pekerjaannya.

"Kamu tenang saja, Sayang. Aku pasti pulang sebelum pernikahan kita. Kamu yakin kan sama aku?" Khayrul meyakinkan. Meski ia tahu kekasihnya saat ini pasti sedang jengkel, Khayrul akan berusaha untuk membujuknya. "Kamu tenang saja, Riana Sayang. Mas di sana cuman 5 hari kok. Jadi tenang saja ya?"

Riana masih terdiam. Hingga Khayrul mendengar suara yang terdengar asing di telinganya.

"Mba ada yang nyariin." Demikian suara yang diyakini Khayrul bukan milik Riana.

"Iya. Nanti Mba ke sana." Kali ini Khayrul mendengar suara Riana.

"Mas, aku tutup dulu telponnya. Dan awas kalau Mas terlambat pulang!" ancam Riana.

"Iya, Sayang," kata Khayrul dengan lembut.

"Ya udah aku tutup ya. Bye"

"Sa--"

Tuuut ....

Khayrul hanya menarik napasnya dengan berat. Beberapa saat kemudian, bibirnya membentuk senyuman lagi. Hanya mengingat Riana saja sudah mampu membuat bibir Khayrul membentuk senyuman lagi.

Dasar cinta!

Kahyrul memandang ke arah pintu yang terbuka dan menampilkan mamanya. Ratna menghampiri Khayrul yang masih duduk di tempat tidur. Ratna pun ikut duduk di samping Khayrul.

"Kamu tetep akan ke Samarinda?" tanya Ratna

"Iya, Ma. Di sana ada klien penting Khayrul," jawab Khayrul

"Tapi, kamu kan harus mempersiapkan acara pernikahanmu."

"Nanti Khayrul suruh Azam yang ngurus semuanya."

"Terserah kamu saja. Tapi, ingat pesan Mama, kamu jangan terus-terusan mementingkan pekerjaan kamu itu. Setelah nanti kamu menikah, kamu juga harus memperhatikan istrimu. Kamu jangan sampai mengabaikan istrimu hanya karena kerjaan kamu itu!" pesan Ratna.

"Baik, Ma. Mama gak usah khawatir. Khayrul pasti akan selalu membahagiakan Riana dan akan selalu memperhatikan Riana," ucap Khayrul penuh percaya diri. Ratna mrngembuskan napasnya tidak rela. Memang ia tahu Khayrul adalah laki-laki yang selalu memegang janjinya. Namun, entah kenapa kali ini firasat keibuannya mengatakan hal lain.

Cinta Suci Seorang IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang