CSSI | 01

38.8K 1.2K 21
                                    

لاَ تُؤَخِّرْ عَمَلَكَ إِلىَ الغَدِ مَا تَقْدِرُ أَنْ تَعْمَلَهُ اليَوْمَ

"Janganlah mengakhirkan pekerjaanmu hingga esok hari, yang kamu dapat mengejakannya hari ini."
.

Khayrul Ahmad berjalan dengan langkah lebar menuju mobil alphard miliknya. Tepat saat ia berada di dalam mobil, ponselnya yang berada di dalam saku celana berdering. Khayrul memakai headset sebelum mengenakan sabuk pengaman.

"Ada apa?" tanya Khayrul dengan nada dingin.

Beberapa detik kemudian ia meninggalkan pekarangan area apartemennya.

"Nyokap lo ke sini," kata Azam, teman sekaligus sekretaris Khayrul

"Ngapain Mama ke kantor?"

"Ya ... Nyariin anak kesayangannya lah yang gak pulang selama hampir sebulan ini," jawab Azam dengan nada mencemooh samar.

Khayrul membuang napasnya berat.

"Ya udah suruh masuk aja keruangan gue," ucap Khayrul.

"Iya. Dia udah masuk dari tadi tanpa izin," sahut Azam dengan suara yang terdengar putus asa.

"Okey, 10 menit lagi gue sampai ke kantor," tutur Khayrul.

"Cepetan! Nyokap lo bawel banget!" pinta Azam.

Khayrul menanggapinya dengan gumaman. Lalu mematikan sambungan telponnya kemudian agak mempercepat laju mobil.

Dan sesuai janji Khayrul, ia tiba di kantor 10 menit kemudian. Segera memasuki kantor yang luar biasa besar itu. Sejak pertama kali menginjakkan kakinya, ia sudah mendapat ucapan selamat pagi dari beberapa karyawan, tetapi hanya ditanggapi dengan tak acuh oleh Khayrul.

Khayrul memasuki lift khusus yang disediakan hanya untuk orang yang memiliki jabatan tinggi. Ia menekan tombol untuk menuju lantai 24, lantai tertinggi tempat ruangan Khayrul berada.

Sesampainya di depan pintu ruangannya, Azam sudah berdiri di meja yang tak jauh dari sana.

"Mampus lo. Gak pulang selama sebulan, diomelin selama setahun!" ucap Azam sambil cekikikan.

Khayrul menanggapi hal tersebut dengan merotasi mata, malas. Lalu mulai memutar kenop pintu. Dari balik pintu, sudah dapat terlihat bagaimana ruangan Khayrul karena pintu ruangannya yang terbuat dari kaca tebal.

Pandangan Khayrul menyapu seisi ruangannya yang cukup luas tersebut dan mendapati ibunya tengah berdiri samping rak buku yang berada di sudut ruangan. Ratna--ibu Khayrul berbalik dan mendapati Khayrul yang masih berdiri di ambang pintu.

"Mama? Mama ngapain ke sini?" tanya Khayrul lembut.

Ia berjalan menghampiri Ratna dan mencium punggung tangan Ratna. Khayrul memang lelaki lembut jika berhadapan dengan orang yang lebih tua darinya. Apalagi jika itu adalah ibunya sendiri.

"Kamu kenapa gak pulang selama sebulan ini?" Bukannya menjawab pertanyaan Khayrul, Ratna malah balik bertanya pada putra sulungnya itu.

Khayrul menuntun Ratna dan mendudukkan wanita itu di kursi kebesarannya. Ia lalu berlutut di depan ibunya penuh penghormatan.

"Mama kan tau kalau Khayrul--"

"Sibuk ngurusin perusahaan?" potong Ratna dengan cepat. Ia lalu mendengkus ringan. "Tapi, gak sampai harus gak pulang kan?"

Khayrul hanya diam sesaat. "Maaf, Ma. Khayrul dapat proyek besar dari perusahaan besar. Jadi Khayrul agak sibuk akhir-akhir ini," jelas Khayrul dengan suara semakin dilembutkan.

Cinta Suci Seorang IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang