CSSI | 02

10K 505 4
                                    

Manusia hanya perlu menanam kebaikan, dan bersabar menunggu hasil. Percayalah, Allah akan memberikan buah manis atas apa yang ditanam.
.
.


Raisya Fathia ar-Rahmah atau biasa disapa Raisya itu sedang duduk di dalam taksi menuju ke rumahnya. Hari ini adalah kepulangannya dari Surabaya setelah menuntut ilmu di sana selama bertahun-tahun.

Keheningan dalam mobil membuat Raisya memilih memandang keluar, memperhatikan salah satu ciri khas ibukota--macet. Raisya sangat merindukan saat-saat seperti ini, terutama keluarganya. Ia memang agak kecewa karena tak ada satu pun keluarga yang menjemputnya. Tapi, Raisya bukanlah gadis yang suka marah hanya karena hal sepele. Ia tidak marah tidak ada keluarganya yang menjemputnya karena kata mamanya, kakaknya--Riana--dilamar oleh kekasihnya. Raisya tidak menyangka jika saat-saat bersama kakak tersayangnya itu tidak akan lama lagi. Raisya sangat merindukan kakaknya yang selalu mendukung Raisya untuk menggapai cita-cita.

Raisya sampai di rumahnya jam 5 sore. Keluarganya yang terdiri dari Bayu --ayahnya--, Maya--ibunya--dan tak lupa kakak kesayangannya, Riana.

Raisya langsung menghampiri orang-orang yang sangat dirindukannya. Raisya mencium punggung tangan Maya lalu kemudian memeluk Maya dengan erat. Air mata kerinduan pun tak dapat ditahan oleh Raisya.

"Ya Allah, Bu. Raisya kangen banget sama Ibu," ujar Raisya.

"Ibu juga kangen banget sama Raisya," balas Maya.

Maya pun tak sanggup menahan air mata kerinduannya. Bagaimana tidak, selama bertahun-tahun ia tidak bertemu dengan anak perempuan yang sangat membuatnya bangga itu. Maya mencium dahi Raisya yang tertutup kain menyisakan bagian mata.

Raisya juga mecium punggung tangan Bayu dan memeluk ayahnya sambil melepas kerinduan. Setelah ayahnya, Raisya beralih ke Riana.

"Kamu gimana kabarnya, Rai?" tanya Riana.

"Al-hamdulillah baik, Mba. Mba gimana kabarnya?" Raisya melepas pelukannya dan keduanya berpegangan tangan.

Senyum Raisya tak pernah pudar setelah bertemu keluarganya, meski tersembunyi di balik kain bernama cadar.

"Baik. Oh ya, Mas Rayhan gimana kabarnya? Kok gak pernah ngasih kabar?" tanya Riana.

"Mas Rayhan sibuk kerja, Mba. Pulangnya aja selalu larut malam," jawab Raisya.

"Anak itu bener-bener gak berubah ya. Selalu gila kerja," ujar Maya sedikit geram.

"Sudah. Ayo masuk! " sahut Bayu.

🍁🍁🍁

Raisya sedang mengatur pakaiannya yang ia bawa dari Surabaya. Memang tidak semua pakaiannya ia bawa ke Indonesia, hanya satu koper saja. Sambil memebereskan barang-barangnya, Raisya dengan setia mendengar curahan hati Riana yang asik bercerita mengenai Khayrul.

Mendengar nama Khayrul, Raisya terdiam sejenak. Memori tentang kejadian beberapa tahun lalu terulang kembali. Raisya menggeleng pelan mengusir ingatan yang membuat hatinya terasa sakit walau hanya mengingatnya. Ia sudah berusaha untuk melupakan kejadian tersebut. Tapi tetap saja ia tidak mampu. Raisya berfikir, tidak mungkin Khayrul yang menyakitinya dulu adalah calon suami Riana. Mungkin hanya kesamaan nama saja.

Raisya dapat melihat tatapan penuh cinta dari mata Riana. Raisya sangat yakin kalau Khayrul yang selalu diceritakan Riana adalah sosok yang spesial sehingga membuat Riana yang aslinya adalah wanita super cuek sama orang lain bisa luluh sama lelaki bernama Khayrul itu.

"Kamu juga jangan terlalu lama ngejomlonya. Ntar jadi perawan tua, loh!" kata Riana.

Raisya agak kaget karena tiba-tiba Riana membahas mengenai statusnya.

Cinta Suci Seorang IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang