4 Years later

4.6K 568 42
                                    


Hana membereskan beberapa berkas yang sudah ia kerjakan dengan rapi. Memilahnya menjadi beberapa bagian sebelum menaruhnya dimeja kerja. Jam sudah menunjukan pukul 5 sore, dan ia sadar jika sudah telat 1 jam dari jam pulangnya.

Dengan segera ia bergegas meninggalkan ruangannya. Jika ia pulang petang hari lagi, maka Hiro akan merajuk. Dan jika Hiro sudah dalam mode on merajuk, Hana yakin ia pasti akan kesusahan untuk mengambil hati anaknya tersebut lagi.

Entah sikap merajuk dari mana yang diturunkan pada Hiro. Karena setahu Hana, Hana tidak pandai merajuk. Ia cenderung lebih mandiri walau menjadi anak tunggal.

Hana memarkirkan mobil BMW nya di teras depan, biarkan paman Kang yang membereskan mobilnya yang jelas Hana harus tepat waktu untuk tiba dihadapan Hiro yang ia yakin kini sedang makan malam bersama kakek, nenek dan ayahnya.

Tepat seperti dugaan Hana, Hiro sudah duduk disisi ayahnya dengan wajah... Cemberut. Astaga, apa Hana terlambat?

Dengan cepat matanya melirik jam dinding yang menggantung di pintu masuk dapur. Sial, ia telat 20 menit. Demi Tuhan, jalanan sedang macet karena jam pulang pekerja kantoran. Dan ia sudah berusaha menyetir secepat mungkin untuk pulang.

Hana menghela napas pelan, lalu mulai mendekati Hiro yang sama sekali tidak menoleh padanya. Hiro baru berusia 4 tahun, tapi entah kenapa tingkah lakunya terkadang lebih dewasa dibandingkan umurnya.

"Duduklah Hana, kakek yakin kau pasti kelelahan." kakek Shin menegurnya dengan lembut saat tahu cucunya itu akan berusaha membujuk cicitnya yang menggemaskan.

Hana hanya tersenyum lalu menuruti ucapan sang kakek, duduk disisi neneknya dengan mata yang sesekali melirik Hiro yang mulai memakan makanannya sendiri. Hiro yang mandiri, dan Hana merasa bersalah karena terkadang tidak bisa membagi waktunya untuk Hiro.

Hana sedang banyak pekerjaan dikantor, Kris dan Luhan sama sekali tidak bisa membantunya karena mereka pun sedang sibuk. Dengan terpaksa Hana mengerjakannya seorang diri meski dibantu oleh asistennya.

"Sini, biarkan nenek mengambilkan makan untukmu--"

"Jangan! Biarkan Hiro yang mengambilnya."

Hiro kecil segera berdiri diatas kursinya lalu dengan lucunya mengambil piring Hana dan mengisinya dengan nasi dan berbagai macam lauk. Meski sedikit kesusahan, Hiro kecil dapat melakukannya dengan baik. Bukankah Hiro anak yang membanggakan?

Hana hampir saja menangis melihat tingkah sang putera yang membuatnya terharu. Ia pikir Hiro akan mendiamkannya seperti yang sudah sudah, tapi ternyata tidak, ia sempat terkejut dengan ucapan Hiro. Namun dengan senyum mengembang, Hana segera menerima piringnya.

"Terimakasih, sayang." Hana mengusap rambut Hiro dengan lembut. Yang segera dibalas dengan senyum kecil dari anak semata wayangnya tersebut.

Melihat sikap Hiro terhadap ibunya, tak pelak membawa kebahagian juga kebanggaan tersendiri bagi Yunho, kakek Shin juga nenek Shin. Mereka selalu bangga dengan semua kejutan yang Hiro berikan melalui sikapnya yang terkadang ajaib. Entah dari siapa ia menuruni sifat seperti itu. Yang jelas Hiro sumber kebahagian untuk mereka.

***

Hana berjalan bersisian dengan Luhan, menyusuri lorong hotel elit yang akan membawa mereka pada sebuah restoran disana.

Luhan sepupunya, memintanya untuk menemani pria itu dalam sebuah pertemuan dengan relasi bisnisnya. Pria itu bilang pertemuan ini sangat penting karena relasi bisnisnya itu berasal dari perusahaan besar yang sudah memiliki cabang dibeberapa negera eropa.

Luhan membuka ruang pintu VIP tempat reservasi itu dibuat lalu meminta Hana untuk masuk lebih dulu, sikap gentlenya itu selalu membuat hati wanita manapun meluluh. Namun tidak untuk Hana.

Finally, I Got YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang