10

3.1K 412 16
                                    


"Jelaskan." suara Irene yang dingin kembali menyapa.

Baekhyun yang duduk dihadapannya menghela napas pelan, sebelah tangannya terangkat hanya untuk memijat pangkal hidungnya yang tiba-tiba saja terasa nyeri.

Pikirannya menyalang, membayangkan kembali kejadian satu jam yang lalu disaat ia harus rela meninggalkan Hana dan Hiro sambil menyeret langkah Irene yang begitu berat. Seakan wanita itu enggan untuk beranjak dari sana dan semakin mengacau.

"Byun. Baekhyun." panggil Irene penuh dengan penekanan. Amarah kini sedang menguasainya.

Baekhyun akhirnya mendongkak dan menatap tepat dimanik wanita itu. "Dia puteraku, dan wanita itu adalah seorang Ibu dari anakku." jelasnya.

Irene terkejut, padahal ia menyangka Baekhyun sedang berselingkuh dengan seorang wanita yang berstatus single parent dari satu orang anak. Tapi kenyataan ini, begitu membuatnya pening. Bahkan amarah yang tadi begitu meluap dari dalam tubuhnya, entah hilang kemana.

Irene menangkup kepalanya dengan satu tangannya, sedang matanya menatap ke arah lain dengan tatapan kosong.

Ia terkejut.

Baekhyun sendiri memilih diam dan tidak melanjutkan penjelasannya. Karena menurutnya itu sudah cukup untuk membuat wanita yang telah menjadi tunangannya itu mengerti. Entah kenapa Baekhyun tidak merasa bersalah sama sekali. Yang sedang ia pikirkan saat ini hanya Hana dan Hiro. Bagaimana nasib dua orang yang seharuanya Baekhyun jaga itu? Apakah sudah tiba dirumah?

Baekhyun tidak sempat mengantar Hana dan Hiro pulang karena Irene yang mengamuk dengan menyebut Hana jalang tidak tahu diri. Jadi Baekhyun memilih untuk menyeret Irene dan mengirim pesan pada Hana agar ia meminta supir untuk nenjemputnya pulang. Tapi wanita itu tidak membalas pesannya, membuat Baekhyun diliputi perasaan cemas yang begitu luar biasa.

"Katakan ini sebuah lelucon, Baek ."

"Ini bukan sebuah lelucon, Irene." balas Baekhyun tenang.

Irene mengepalkan kedua tangannya, ia terbiasa bersikap tenang dan jarang tersulit emosi. Namun saat ini, tunangannya begitu membuatnya marah.

Beberapa kali Irene menghela napas pelan hingga akhirnya ia merasa lebih tenang, dan otaknya kembali berjalan dengan benar. Pikirannya mulai memikirkan sesuatu yang bisa membuatnya bertahan dengan status sebagai tunangan Baekhyun. Apapun caranya, ia harus menikah dengan Baekhyun.

"Baiklah, tidak apa-apa."

Baekhyun menatap Irene dengan satu alis terangkat. "Maksudmu?"

Irene tersenyum tipis, tipe senyum yang membuat Baekhyun akan selalu waspada terhadap wanita itu. Karena setahu Baekhyun, Irene tidak sebaik itu. Bahkan Chanyeol selalu memanggilnya si bitchy.

"Kita tetap akan menikah. Aku tidak masalah dengan anakmu itu jika ia akan satu rumah dengan kita nantinya." kata Irene dengan tenang. Memainkan kukunya yang dicat merah dengan wajah menyebalkan.

Jika saja Irene seorang lelaki, Baekhyun sudah melayangkan bogemnya pada wajah itu. Sungguh menyulut emosinya.

Tapi Baekhyun berusaha untuk bersikap tenang seperti Irene, ia tidak ingin wanita itu merasa menang atas kemarahannya. Baekhyun tahu apa yang Irene inginkan.

"Benarkah? Tapi sayangnya aku tidak menginginkan pernikahan ini terjadi." Baekhyun menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa. Terlihat santai sembari menikmati wajah kesal Irene.

Irene tersenyum sinis. Baekhyun menantangnya rupanya. "Kalau begitu jangan salahkan aku jika nanti sesuatu terjadi pada perusahaanmu." ucapnya dengan seringai tipis.

Finally, I Got YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang