Jogging with My Mom

4.9K 430 6
                                    

Bagian 13
Jogging with My Mom

Aku duduk termangu di teras rumah. Masih pagi. Matahari belum menampakkan cahayanya. Aku terbangun begitu saja. Ah tidak, aku tidak tidur semalaman.
Mama melihatku dari dalam kemudian menghampiriku.
"Rino...mama ikut sedih kalau kamu begini." Mama tampak gelisah.

"Gapapa kok, Ma. Ini masalah Rino. Jadi Rino sendiri juga yang harus menyelesaikannya." Aku menjawab tegas. "Mama nggak ke perusahaan hari ini?"

"Huh, siapa juga yang mau bekerja di akhir pekan seperti ini."

"Hari apa ini, Ma?"

"Astaga, stres ini membuatmu melupakan hari ya, Rino. Kehidupan masih berjalan kok. Mama jadi ikut kepikiran kalau kamu begini terus." Mama terlihat iba padaku.

"Emm, nggak papa kok, Ma." Aku tersenyum.

"Kalau begitu, untuk sejenak melupakan masalah, ikut mama jogging, yuk? Biar lebih fresh!" Mana menarikku.

"Ih, mama apaan sih, norak." Aku ogah-ogahan. Masa iya jogging sama mama. Malu kalau dilihatin orang.

"Gapapa, ayo!" Mama menarikku lagi. Dan terpaksa aku pun jogging bersamanya.

Cukup menyenangkan sebenarnya. Udara begitu segar pagi ini. Aku berlari ringan di belakang mama.
"Ma, jangan cepet-cepet napa!" Aku mengeluh. Entah kenapa mamaku begitu semangat. Mungkin karena ia juga masih muda. Astaga bahkan jika berjalan bersama seperti ini pasti orang-orang mengira kalau mamaku itu adalah kakakku.

"Hei, No. Kau itu masih muda. Apalagi lelaki. Bagaimana bisa kau lemah seperti ini?" Mama mengejekku. Menyebalkan.

"Mungkin karena mama dulunya atlet. Jadi kebawa. Udah tua juga tetep kuat larinya." Aku mencari alasan.

"Ey! Mama ini masih muda ya. Berani-beraninya kamu bilang mama sudah tua. Kamu itu banyak alasan!" Percuma berdebat dengan mama. Aku pasti kalah. Pasti. Ia ahlinya masalah perdebatan. Katanya waktu kuliah dia menjadi bintang MUN di kampusnya. Itulo, ajang semacam debat yang mirip dengan sidang PBB. Bisa dibilang itu adalah simulasi sidang PBB. Makanya aku udah ngaku kalah kalau harus berdebat dengan mama.

Aku mulai bosan karena diejek mama mulu. Aku lari di belakangnya dengan nafas ngos-ngosan.

"Mama duluan aja deh. Aku nggak kuat lagi." Aku merasa akan pingsan. Aku benar-benar lelah mengejar mamaku yang lincah itu. Lihatlah dia tersenyum mengejek. Awas, Ma!

"Mama tunggu di perempatan depan ya!" Mama tetap lari meninggalkanku. Menyebalkan. Tadi katanya mengajakku jogging. Tapi apa ini? Dia meninggalkanku. Hiks.

Aku duduk di bangku pinggir jalan. Aku menerawang ke sekeliling. Jalanan mulai rame karena banyak yang jogging ketika akhir pekan. Sampai aku menemukan seseorang dengan kaos dalam putih khas miliknya. Lengan yang berotot dan perut roti sobeknya yang berjumlah enam kotak tercetak dari kaos itu. Juga rambut basah karena keringatnya. Ia berlari kecil dengan begitu gagahnya. Kak Reinthard?

"Kak!" Aku sontak memanggilnya.

"Rino! Kamu jogging juga? Tumben!" Ia mengelap dahinya. Bagaimana bisa ia seseksi ini. Ingin aku...me...me..lupakan! Pergi jauh-jauh pikiran kotor!

Ia mengahampiriku.

"Aku tadi jogging sama mama. Tapi dia ninggalin aku. Nyebelin kan. Larinya lincah banget."

"Payah banget kamu. Masa kalah sama mamanya. Hahaha." Senyumnya itu indah meski intinya ia mengejekku.

"Kak Rein sama aja. Nyebelin." Aku memalingkan wajahku. Aku hendak pergi.

"Hei!" Ia menahan tanganku.

Kemudian ia menarikku hingga jarak kami hanya satu jengkal. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku. Ia mendekatkan wajahnya.
Plis. Kumohon. Wajah berkeringat itu bisa membuatku tak terkontrol. Apalagi aromanya yang membuatku...arghhh!

Ia memiringkan wajahnya. Mendekatkan bibirnya ke bibirku. Jantungku berdetak kencang. Dan...

Bibir kami bertemu.

Karena aku sudah hilang kontrol dan sangat menyukai kak Reinthard, aku langsung melumat bibirnya dengan penuh nafsu. Hingga nafasku ngos-ngosan. Aku berhenti sejenak. Ia hanya tersenyum nakal hingga itu membuatku lebih tak terkontrol.

Ia meletakkan kedua lengan berototnya ke pundakku. Kemudian ia merengkuh leherku dan kami berciuman lagi.

Bukankah ini tempat umum?

Gila! Gila! Gila!

Bagaimana kalau dilihat banyak orang?

Kak Reinthard waras?

***

To be continued...

My Mother is Fujoshi! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang