2 tahun lebih telah berlalu. Sekarang aku sudah menjadi senior tingkat atas, atau bisa dibilang sekarang aku sudah kelas 3 SMP. Semester 2 ini mulai padat-padatnya kegiatan, maklumlah sebentar lagi menghadapi Ujian Akhir.
Kali ini aku sempatkan istirahat ke perpustakaan sekolah, karena mau tidak mau tugas harus cepat dibereskan. Tidak ditemani Bintang, dia sibuk di kantin karena dia terbilang sebagai salah satu orang yang sangat benci terhadap perpustakaan. Minggu kemarin pun aku ajak ke toko buku karena aku paksa dan pastinya aku traktir, jika tidak mana mau dia ikut.
Lima belas menit aku berkeliling perpustakaan belum ada buku yang aku cari. Sampai akhirnya aku ke pojokan perpustakaan dan menemukan buku yang ku maksud.
Setelah membawa buku itu, aku duduk di kursi yang tak jauh dari tempat mengambil buku tadi. Tak lama kemudian ada seseorang menghampiriku.
"Boleh gue duduk disamping lo?." ujarnya agak canggung.
Aku menoleh ke arahnya. Seorang lelaki dengan seragamnya yang rapih lengkap dengan buku yang ia bawa.
"Gak ada tempat lagi apa?." jawab aku ketus. Entah kenapa aku selalu risih jika dekat dengan laki-laki, kecuali jika sudah kenal akrab.
"Lo bisa liat sendiri, tinggal satu kursi ini yang tersisa" ucapnya.
"Mmm... yaudah duduk aja." seruku ceepat sembari langsung fokus ke ke buku yang sedang aku baca.
Bel masuk berdering. Aku langsung bergegas masuk ke kelas dan menandatangani untuk buku yang aku pinjam. Dari belakang laki-laki tadi memanggil dan menepuk pundak ku.
"Ini ada yang ketinggalan, punya lo?." katanya dan ada simpul senyum di bibirnya.
"Oh iya hampir gue lupa, ini jepit punya Bintang. Thanks."
"Iya sama-sama, gue Raka." ucapnya sambil megulurkan tangannya.
"Raka?" ucap aku ragu.
"Iya. Raka Halilintar"
"Jingga Kamila," ucapku lalu sama-sama mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
"Gue masuk duluan ya, takutnya udah ada guru." seruku dan langsung keluar dari perpustakaan dengan berjalan cepat.
Beruntungnya ketika masuk kelas belum ada Pak Untung datang. Jika ketahuan telat, kelar hidupku.
Pelajaran matematika pun berlangsung, membosankan memang. Aku yang tak begitu mengerti pun hanya menulis saja. Yang terpenting ada catatan fisik bahwa aku belajar matematika.
"Eh entar pulang sekolah kita nonton futsal yuk." bisik Bintang di sebelah ku.
"Enggak ah, gue ga suka."
"Yaelah temenin gue kali-kali. Mau yah mau?." ujarnya mulai merajuk.
"Gue bilang gue gak suka Bintangku sayang."
"Minggu kemarin aja gue temenin lo ke toko buku, sekarang giliran lo temenin gue nonton dong. Gue traktir es krim yang lo suka deh."
"Yaudah gue mau, tapi cuma sekali ini yah." akhirnya aku mengalah karena tawarannya mentraktir es krim.
"Hey kalian berdua yang duduk dipojokan, ngapain berisik? Maju kedepan dan kerjakan halaman 49 no satu dan dua." ujar pak kumis yang sedang menerangkan didepan.
"Mampus kan gue kena, lo sih Bintang ngajak gue ngobrol segala." ujarku jengkel.
"Yah maaf, kirain gak bakal kedengeran sampe depan." ujar Bintang menyesal.
Mau tak mau kita berdua maju kedepan dan mengerjakan soal yang tadi di berikan sebisa yang otak kita bisa kerjakan.Sampai akhirnya bel pulang pun berbunyi. Bintang langsung mengajakku ke lapang futsal yang berada di belakang sekolah. Kita duduk di barisan paling bawah kata Bintang supaya kelihatan lebih dekat.
"Lo tau Raka kan?" Ucap Bintang yang baru datang dengan membawakan minum.
"Raka?" ulang ku kaget.
"Iya Raka, dia nanti bakal ikut main futsal. Jadi ketua tim malah, jago banget deh mainnya." ujar Bintang.
"Bukannya Raka suka pake baju rapih yah?" tanyaku penasaran.
"Iya kan dulunya dia osis. Udah pinter, ganteng, jago olahraga lagi. Ah pokoknya idaman semua cewe di sekolah deh." Ujar Bintang menceritakan penuh semangat.
Deg.
Sontak aku terdiam. Entah kenapa jantung ini rasanya akan lepas."Yeee ada Raka."
Riuh suara para cewe yang histeris disini memenuhi lapangan."Berisik." ujarku ketus. Suara itu mengingatkanku lagi pada satu hal.
"Sabar yah Ga." jawab Bintang dengan menjulurkan lidahnya tanda meledek.
"Gue mau pulang aja yah"
"Jangan gitu Ga, itu ada Raka." ucap Bintang.
Lagi-lagi jantung itu berdetak kencang jika disebut namanya. Rasanya jantungku makin tak karuan. Mengapa nama Raka Halilintar membuatku seperti ini?
Apakah aku sedang jatuh cinta?To be continue...
Hai reader!!!
Maaf baru upload dan kayaknya sekarang lebih pendek dari yang kemarin. Maklum lah yah faktor libur panjang yang membuat semuanya terhambat.
Semoga suka yah!
Bisa comment kalo ada kritik dan sarannya biar kalian bacanya lebih enak.
Happy reading 🙃
![](https://img.wattpad.com/cover/131886915-288-k359542.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu, dan Apa Yang Kita Akan Rasa
Teen FictionJalan hidup selalu dipenuhi kejutan, entah itu menyenangkan ataupun menyedihkan. Rahasia memang, namun kehilangan adalah hal yang begitu memilukan. Seakan bagian dari hidup kita tercabut, terhempas, dam hilang. Tak ada lagi senyuman. Tak ada lagi ha...