Sebelum mulai guys, kemarin ada yg dapat notif aku publish yang character introductions gak? itu kemarin aku salah klik nge-publish lagi soalnya pas aku cek di laptop chapter itu kok di private ya? padahal aku sama sekali ga tau cara mem-private cerita -_-
Aku minta maap ya, kesannya jadi PHP.
Semoga chapter ini bisa mengobati kesalahanku. :3 :3
Enjoy mantemaan <3
*****
"Sudah selesai?" Minhyun menatap pemuda tinggi menjulang di depannya yang terlihat malas-malasan mengerjakan tugas yang barusan dia berikan. Yang ditanyai hanya mengangguk lalu mendorong buku tulisnya ke arah Minhyun agak kasar, mengundang helaan nafas kesal dari sanng tutor. Minhyun menarik buku yang didorong Hyunbin tadi lalu memeriksa jawabannya.
"Hyunbin ini kamu ngerjain apa sih?!" ujar Minhyun kesal. Hyunbin hanya meliriknya sekilas lalu mengangkat bahu. "Ini nomer 1, 2, 3 aja udah salah padahal soal paling mudah. Cuma bangun ruang aja salah Hyunbiiiin gimana sih?!" Pekiknya lagi sambil geleng-geleng.
"Ya ngapain juga sih perlu tahu soal volume balok, prisma, dan sekeluarganya itu. Tugasku besok-besok kalau udah jadi CEO itu ngitung uang, bukan ngitung lebar gentong. Maksa banget harus ngitung hal-hal tidak penting begitu." Pemuda itu menyesap colanya sedikit lalu tersenyum remeh. "Yah untuk golongan menengah kebawah seperti kalian sih aku maklum. Kalian tidak punya cukup banyak uang untuk dihitung, makanya lebih memilih ngitung balok, kubus dan benda-benda tak penting itu."
Minhyun menatap pemuda yg barusan bicara didepannya tidak percaya. Mulutnya bahkan sampai ternganga. Dengan kesal ditariknya buku tadi lalu digulungnya dan dinatamkannya ke bahu Hyunbin.
"Jadi CEO untuk ngitung uang katamu."Minhyun tertawa sarkas "Makanya kalo punya duit banyak tuh dipake beli vitamin. Biar otak kamu itu ada nutrisinya dikit. Udah kelas tiga tapi rumus bangun ruang aja ga ngerti, mau sok jadi CEO. Mending mati aja kamu!" tangan pemuda itu tetap melayang ke bahu lebar Hyunbin.
"ARGH! SAKIT! HEY STOP! STOP!" Yang menjadi korban kekerasan hanya mengaduh kesakitan. Tangannya segera menahan pergerakan tangan Minhyun yang beringas. "Cantik-cantik kok kasar. Untung aku pantang balas mukul orang cantik."
Minhyun semakin semangat berusaha menghantamkan buku ke bahu Hyunbin meskipun ditahan oleh si pemilik bahu. Kesal karena keberingasan tangannya yang seolah tidak ada apa-apanya dibanding tenaga Hyunbin yang menahan, pemuda itu menghentikan aksinya. Hyunbin yang melihat Minhyun mulai tenang perlahan melepaskan tangannya. Sesuai prediksinya, minhyun tidak lagi melayangkan pukulan. Malah pemuda cantik didepannya itu sibuk membereskan buku-bukunya.
"Sudah mau pulang?" tanyanya. Ada sedikit nada kecewa yang bisa Minhyun tangkap disana. Minhyun menghentikan gerakannya sebentar untuk menatap Hyunbin.
"Aku ada kerja part time jam 5. Besok aku akan kesini lagi. Dan pastikan ketika aku datang kau sudah menghapal rumus-rumus yang kuajarkan tadi karena aku akan memberikan quiz. Setiap kau salah satu nomor..." Pemuda itu mengambil sebuah mainan palu plastik yang terletak tidak jauh dari meja lipat Hyunbin."Aku akan memukul kepalamu dengan ini." Ucapnya serius. Sebelumnya Minhyun memang menatap heran pada benda aneh yang ada di kamar Hyunbin tersebut, bertanya-tanya mengapa pria dewasa seperti Hyunbin punya mainan anak-anak seperti itu. Yang Minhyun tidak tahu, mainan itu adalah senjata milik Donghan yang selalu digunakannya untuk menghajar Hyunbin setiap kali anak itu membuatnya emosi.
Hyunbin menatap benda keramat milik Donghan itu sedikit ngeri, teringat siksaan yang sering sekali dilakukan sahabat macannya tersebut. "Hey. Hey. Jangan pakai kekerasan oke." Ujarnya. Minhyun berdiri dan menggendong tasnya di bahu.
YOU ARE READING
TUTOR (MINHYUNBIN)
FanfictionAkibat keadaan ekonomi yang buruk, Minhyun terpaksa mengiyakan permintaan dosennya untuk menjadi tutor bagi siswa kelas 3 SMA. Menjadi tutor bagi siswa SMA harusnya tidak akan sulit, mengingat dirinya memiliki cukup pengalaman sebagai guru les dada...