Bab 13 - Cemburu

90.6K 7.2K 119
                                    

An sibuk dengan kerjaannya yang semakin menumpuk. Kalau tidak segera diselesaikan pasti bosnya marah-marah. Disisi lain adiknya berkali-kali menelepon untuk diantarkan ke rumah Hafis.

"Naik angkot sendiri aja ya. Abang masih ngurus kerjaan nih. Nanti dimarahin bos abang yang baik hati itu gimana?" tanyanya pada wanita disebrang telepon.

An mengaruk kepalan yang sebenernya tidak gatal ataupun ketombean. Ketombe sirna berkat shampo yang diiklankan oleh Zayn Malik. "Nanti uang transport abang ganti. Apa harus sekarang?"

Maryam kadang seperti anak kecil. Apapun kemauannya harus dituruti detik itu juga. Namanya juga An, tingkat kesabarannya selalu diatas rata-rata. Tenang, sabar, berwibawa, dan ramah. Orang tua manalagi yang tidak mengincarnya untuk menjadikan lelaki itu menantu. Sayang, An tidak pernah tertarik dengan serentetan gadis yang hendak dikenalkan. Bukan karena dia homo, dia normal hanya saja belum menemukan yang sreg dihati.

"Kalau cuma ngasih undangan apa harus sekarang?" Ada yang aneh dari Maryam. Atau Maryam merindukan Hafis sehingga ingin melihat lelaki itu? Dan An tidak tahu kalau dugaannya itu memang benar. Sejak tiga hari yang lalu Maryam selalu menumui Hafis dalam bunga tidur.

Hafis akhirnya menyerah. Dia mana tegaan sama cewek. Prinsipnya, lebih baik dia disakiti ketimbang nyakitin cewek. Cowok banget bukan?

"Yaudah. Kamu siap-siap, Abang segera meluncur ke rumah."

***

Entah sudah berapa kali Hafis bolak balik kamar mandi. Ia merasa mual. Setiap habis makan pasti ia keluarkan lagi melewati mulut. Alesa memijat leher belakang sang suami.

"Wuek... Wuek..."

"Olesin minyak kayu putih ya?"

Hafis mengganguk.

Alesa membantu suaminya tiduran di kasur. Hafis membuka bajunya, gadis itu pun mengusap minyak kayu putih pada leher, perut, serta pelipis sang suami.

"Mungkin ini gara-gara boom kemarin siang," cerocos Hafis ngasal.

Alesa yang masih mengusap perut sang suami, memukulnya pelan. "Ngawur! Emangnya gas yang Alesa keluarkan mengandung zat beracun." Matanya melirik sinis Hafis.

Hafis terkekeh. "Buktinya aku mual-mual sekarang."

Alesa mencubit pinggang Hafis hingga lelaki itu menjingkrak geli. "Mungkin aja hamil."

"Amit-amit. Aku ini cowok Alesa."

"Kirain cowok jadi-jadian."

"Seneng punya suami jadi-jadian?"

"Ya enggak lah."

"La iya."

Hari ini rumah sepi, hanya ada Hafis dan Alesa. Haris sekeluarga pergi ke rumah Fida karena Purnomo jatuh sakit.

"Kita priksa aja yuk Kak." Alesa mulai kasihan melihat wajah Hafis yang pucat.

Lelaki itu tersenyum, terlihat dipaksakan. "Kakak baik-baik aja kok sayang. Lagian kamu gak bisa nyetir mobil gimana dong ke kliniknya?"

"Alesa bisa mengendarai motor."

"Memangnya ada motor?"

"Ada. Motornya Bi Niem yang biasa digunain belanja ke pasar."

"Maksud kamu si burok?" burok sebutan sepeda motor milik Bi Niem. Sebutan itu diberikan Aisya kepada kedaraan itu sejak Aisya berusia 10 tahun karena saat berjalan suara sepada motor itu akan terdengar keseluruh kompleks. Meski begitu buroq bisa melaju dengan kecepatan 230 Km per jam.

Tulang Rusuk Menuju Surga (sudah diserieskan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang