Hari-hari berlalu begitu saja setelah kejadian itu. Tak ada yang berubah dariku, hanya menjadi sedikit pemarah pada siapapun. Karena apa?! Angel berceloteh dengan lancarnya, bahkan ia menambahkan sedikit bumbu tentang kejadian itu pada Bibi Jean dan Sari yang berteriak kegirangan.
Jika saja ia bukan sahabatku dan anak dari pasangan suami istri yang senantiasa membantu kehidupanku, mungkin Angel sudah meninggal 4 tahun yang lalu."Ya Tuhan!" jeritku kaget ketika melihat tugas menerjemahkan sebuah novel berbahasa Spanyol belum selesai. Bayangkan saja, ada 354 halaman dan besok harus dikumpulkan. Gila! Dosen gila!!!
Secepat kilat aku mulai menerjemahkan satu persatu kata disana hingga otakku mendadak buntu. Aku membongkar kamusku lagi dan lagi seperti orang kesetanan. Kurasa aku butuh kesegaran, kamarku terasa pengap.
Kakiku berjalan tidak karuan sembari membawa buku tebal, ponsel, dan kamus, tak lupa alat tulis kearah ruang tengah yang menyajikan seorang pria sedang tidur di sofa. Ini bahkan belum cukup malam, Sari saja masih mengunyah sisa tulang ayam di pencucian piring.Kuhempaskan ke meja segala benda yang berada di tanganku, kecuali ponselku. Lalu duduk bersila di karpet dan mulai bermain dengan paragraf-paragraf disana. Tak butuh waktu lama, otakku kembali tak berfungsi.
"ARGH! Novel sialan! Kenapa halamannya banyak sekali, sih? Hei! Porrrnesian Parrrapio! Kenapa novel ini punya 354 halaman?! Kamu nggak kasihan denganㅡ"
"NANEUN JAGOISS-EO?!," sambung seseorang dibalik punggungku membuatku menoleh kaget lalu mulai berceloteh tak jelas.
(AKU YANG SEDANG TIDUR?!)
"Aish! Serius! Bisakah kau tenang?" jerit Yoongi menutup kepalanya dengan bantal.
"Terserahku saja! Ini rumahku! Kenapa kau tidak pergi dan tidur di cafe saja sana?!"
"Cafenya tutup!"
"Tutup lagi? Angel ingin cafenya bangkrut?" tanyaku memasang ekspresi cengo yang sebenarnya murni dari jati diriku.
"Mana kutau!"
"Hei! Kenapa kau membentakku?! Aku pemilik rumah ini! Kau mau kuusir hah?!"
"Diam atau kucium bibirmu!" ujarnya lalu mendudukkan dirinya dan memunculkan kepalanya tepat disamping wajahku.
"H-hah? Dasar mesum!," seruku lalu memundurkan diriku darinya sembari menutup bibirku dengan kedua tanganku. Sialnya, Yoongi sekarang memang berniat menggodaku habis-habisan.
"BIBI JEAN!!!,"
"Aduh! Teriakan Kakak kayak nenek sihir! Nggak malu apa?"
~•~
Pagi kacau yang begitu mengenaskan. Aku tidak tidur semalaman demi menyelesaikan tugas keparat ini. Sungguh! Jika aku bisa melarikan diri atau berpindah tempat seperti Yoongi, aku benar-benar bersyukur.
"Kamu kelihatan kayak orang yang nggak tidur, kacau sekali," kritik Mark yang kubalas senyum masam.
"Pasti ngerjain tugas itu. Padahal kalau kamu mau, punyaku sudah selesai seabad yang lalu. Kamu boleh kok nyalin" tubuhku terasa lemas seketika dengan raut menganga tak percaya. Tau begitu aku lebih memilih menyalinnya.
"Sudah nggak guna lagi, Mark" ujarku kesal namun terbayar sudah ketika ia mengusap-usap kepalaku dengan gemasnya.
"Hahaha… iya, sih. Kamu sudah sarapan belum? Aku belum nih. Temenin aku, ya?" ujarnya lalu merangkulku kearah mobilnya, sebelum sebuah tangan memisahkan kami ibarat cerita nabi yang membelah lautan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dream✔ [MYGxY/N]
Fanfiction𝑫𝒓𝒆𝒂𝒎 Min Yoongi tak pernah menyangka situasi dan peristiwa yang ia alami adalah bagian dari skenario semesta belaka. Ketika mimpi aneh yang bahkan tak bisa dijelaskan menggunakan logika siapapunㅡakankah ia melepaskan bagian terindah dari kemba...