Suasana pagi yang begitu suram bagiku. Tak ada yang spesial selain tatapan tak bersahabat dariku untuk siapapun yang duduk di meja makan ini. Yha… walau aku sudah tau pasti, Bibi Jean dan Sari berubah menjadi seperti semula ketika Yoongi kembali, tapi tetap saja rasanya seperti 'ini bodoh' terlebih mengingat perlakuan Yoongi pada Mark kemarin.
"Kamu mau kemana? Pagi-pagi sudah rapi begitu" tanya Bibi Jean sembari menunjukku yang duduk di sebelah Yoongi.
"Pacaran" sahutku asal yang mengundang tatapan kaget Sari juga Bibi, kecuali Yoongi yang sedang melancarkan hobinya menghentakkan sendok keras ke atas piring. Ia pikir harganya murah? Dapat piring itu saja aku harus membeli detergen pakaian dulu.
"Dengan siapa, Kak? Sama orang yang bawa banyak makanan itu, ya? Ih! Keren! Tapi, kenapa Kakak nggak pacaran dengan Yoongi Oppa aja?" tanya Sari lancang yang seketika menyulut emosiku. Aku ingin melempar piring kewajahnya sekarang.
"Dengar ya, adikku yang manis. Yoongi itu bukan tipe Kakak. Laki-laki kasar kayak gitu, hih! Besar nanti, kamu jangan dekat-dekat dengan orang model kayak dia, ya Sari?" sahutku dengan bahasa tanah air. Ah… aku bersyukur ia tidak mengerti karena aku akan puas mengumpatnya senantiasa.
"Neodo naega wonhaneun yeoja taib-i aniya! Siljero dangsincheoreom hwaga naissneun babo gat-eun yeojawa daiteureulhago sipseubnikka? Geunyang wonsung-ideul!" sahutnya menggunakan bahasa Korea yang membuatku terperangah kaget. Ia paham? Kapan ia belajar sampai sejauh ini?
(Kau juga bukan tipe gadis yang kuinginkan! Memang siapa yang ingin berkencan dengan gadis bodoh juga pemarah sepertimu? Hanya monyet saja!)
"Dangsin-ui mal-eul bakkwoyahabnikka? Dangsin-eun eoli seoggo bunnohan salam-ibnida! Yeongihago mwongareul malhagi jeon-e gyeolko saeng-gaghaji masibsio. Geuligo tto hana, dangsin-eun yeojacheoreom saeng-gyeossseubnida. Aya! Neo ban-eun siljero yeoja ya?," sahutku lalu menampakkan layar ponselku tepat kehadapan wajahnya yang sedang menganga tak percaya.
(Haruskah kubalikan ucapanmu itu? Kaulah yang bodoh dan pemarah! Kau tidak pernah berfikir sebelum bertindak dan mengucapkan sesuatu. Dan satu lagi, kau berwajah seperti seorang gadis. Aduh! Apa kau ini sebenarnya setengah perempuan?,)

"Markeuwa gat-i jal saeng-gin eolgul-eulhasibsio. Geuneun jinjja jinjja namjacheoreom boinda. Dangsin gat-eun sijang eolgul-eun amugeosdo anibnida!" olokku lagi sebelum aku hampir terkena serangan jantung karena hentakan meja juga kursi yang terjatuh kebelakang akibat gerakan Yoongi yang tiba-tiba, matanya begitu menyiratkan kemarahan padaku. Namun, tak ada satupun ocehan dari mulutnya, ia lalu berjalan kearah pintu, lalu lenyap ditelan waria. Eh?
(Makanya, milikilah wajah tampan seperti Mark. Ia benar-benar tampak seperti pria sejati. Wajah pasaran sepertimu itu tidak ada apa-apanya!)
"Ocehan kamu nggak jelas, Yen. Tapi Bibi yakin itu sudah keterlaluan. Dia kan suami kamu. Jangan diomelin terus, mau kamu masuk neraka? Durhaka, hah?" tegur Bibi Jean yang membuatku mengikuti jalur gerakan dan ekspresi Yoongi tadi.
"Bacot semua, anj*ng!"
~•~
Ramainya taman hiburan dengan berbagai macam wahana membuat mataku berbinar-binar begitu membeli tiket masuk bersama seseorang.
Terakhir aku pergi kesini saat bersama orangtuaku dan Sari, sudah 3 tahun yang lalu kalau tidak salah."Main dulu atau kita beli makanan baru habis itu kita main?" tanya Mark yang berjalan disampingku.
"Keduanya! Kamu belikan makanan, aku yang main!" seruku lalu berlarian tak tentu arah, ya intinya aku seperti orang udik. Persetan asal hati senang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dream✔ [MYGxY/N]
Fanfiction𝑫𝒓𝒆𝒂𝒎 Min Yoongi tak pernah menyangka situasi dan peristiwa yang ia alami adalah bagian dari skenario semesta belaka. Ketika mimpi aneh yang bahkan tak bisa dijelaskan menggunakan logika siapapunㅡakankah ia melepaskan bagian terindah dari kemba...